Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 Sarapan Pagi

Bab 6 Sarapan Pagi

"Aku bangun, orang tua sudah tidur. Nasib jadi anak yang sering ditinggal," ucap Abian sedih dan menuju dapur. Ia mengambil gelas yang berada di lemari piring, mimpi' buruk yang ia alami membuat ia kehausan. Ia menuju dispenser yang berada tidak jauh dari tempat ia berdiri. Matanya yang masih ingin terpejam, Abian paksakan untuk tetap terbuka.

"Tidak lagi aku ketiduran kalau mimpinya buruk seperti ini," ucap Abian sambil menunggu gelasnya terisi air penuh.

Ia tidak langsung ke kamarnya, ia duduk dahulu di meja makannya yang bundar. Sembari melamun ia meminum sedikit demi sedikit airnya hingga air di dalam gelas habis. Lama ia terdiam dalam lamunannya, ia pun meninggalkan meja makan bundarnya dan menuju ke lantai dua kamarnya.

Dengan mata yang sudah terpejam-pejam, ia memaksakan diri menaiki tangga menuju kamarnya dan memegang dinding tangga agar ia tetap seimbang dan tidak terjatuh dari tangga. Sesampainya di kamar ia langsung merebahkan dirinya dan kembali tertidur.

****

"Kring....... Kring..... Kring......" bunyi alarm.

Mama Abian yang mendengarkan bunyi alarm langsung mematikan alarmnya dan meregangkan tubuhnya. Ia pun terbangun dan duduk di pinggir tempat tidurnya. Ia pun terdiam sejenak sambil menunggu nyawanya terkumpul. Ia pun melihat ke belakang tubuhnya, suaminya masih tetap tertidur lelap. Suaminya tidak terdengar bunyi alarm yang sangat kuat.

Mama Abian pun menghampiri suaminya yang masih tertidur, "Pa, bangun. Sudah pagi."

Papa Abian membalikkan tubuhnya ke kiri membelakangi istrinya. Mama Abian yang melihat suaminya masih tetap tidak terbangun mencoba kembali membangunkan suaminya.

"Pa, bangun. Ingat tadi malam pagi ini kita mau sarapan bersama dengan Abian," Mama Abian memaksakan suaminya terbangun.

Masih terpejam kedua mata papa Abian hanya menjawab, "Iya."

"Ayo, cepat bangun. Mama mandi dulu," ucap mama Abian meninggalkan papa Abian sendirian.

"Iya, mandilah," ucap papa Abian yang masih tertidur.

Mama Abian pun meninggalkan suaminya sendirian di tempat tidur. Namun, papa Abian tetap melanjutkan tidurnya hingga mama Abian selesai mandi. Dengan menggunakan handuk ditubuhnya dan juga melilitkan handuk kecil di kepalanya, mama Abian hanya menggelengkan kepalanya melihat suaminya masih tertidur dengan lelap.

Mama Abian menghampiri suaminya dengan membawa gayung berisikan air, "Pa, bangun tidak?" ujar mama Abian.

"Hem," jawab papa Abian singkat.

"Mama hitung sampai tiga ya? Kalau tidak bangun juga mama guyur air di tangan mama," ucap mama Abian yang mulai terlihat kesal.

"Iya, sebentar lagi ya," ucap papa Abian yang masih bermalas-malasan.

"Tidak ada alasan. Satu........ Dua........ Ti........" ucap mama Abian.

Papa Abian pun menyatu, "Ga......"

Mama Abian yang sudah kesal sedari tadi karena suaminya yang susah dibangunkan akhirnya memercikkan air di gayung yang dipegang olehnya. "Bangun.... Bangun...." ucap mama Abian sambil memercikkan air.

Papa Abian pun terbangun dan meminta istrinya menyudahi memercikkan air ke wajahnya. "Iya, iya. Papa bangun," ucap papa Abian sambil mengeringkan wajahnya menggunakan selimut.

"Disuruh bangun, itu, bangun. Jangan seperti anak kecil, susah sekali dibangunkan," ucap mama Abian dan meletakkan kembali gayungnya ke kamar mandi.

Papa Abian yang masih mengantuk, duduk dan terdiam di pinggir tempat tidurnya. "Ayo, cepat mandi. Sudah jam berapa ini. Kita punya acara sarapan bersama di meja," ujar mama Abian yang masih berada di dalam kamar mandi.

Tanpa bersuara, papa Abian beranjak dari tempat tidurnya dan menuju ke kamar mandi. "Ya, mama kenapa di dalam? Mama keluarlah, gantian papa yang mandi. Atau mama mau ikut papa ya?" tanya Papa Abian centil.

"Tidak mau. Sudah bangunnya lama, mentel lagi sama mama. Dah, mandilah. Mama mau memakai baju," ucap mama Abian dan meninggalkan suaminya sendiri di dalam kamar mandi.

Papa Abian pun melanjutkan mandi dan mama Abian melanjutkan memakai baju. Setelah memakai baju, mama Abian pun menggunakan perias wajah seadanya. Tidak seperti hari-hari biasanya yang sedikit lebih tebal.

Papa Abian pun telah selesai mandi dan langsung mengenakan baju yang telah disiapkan oleh mama Abian sewaktu papa Abian sedang mandi. Seperti biasa, setelan kantor suaminya menggunakan kemeja dibalut dengan jas hitam kesayangannya dan celana kerja berwarna hitam. Tidak lupa, sebagai pemanis pakaiannya, ia menambahkan dasi berwarna hitam dibajunya.

"Sudah rapi belum ma?" tanya Papa Abian.

Mama Abian hanya mengacungkan kedua jempolnya sebagai jawaban dari pertanyaan suaminya. Setelah selesai, mereka berdua menuju meja makan yang berada di dapur. Belum terlihat Abian duduk di meja makan.

"Pasti Abian masih bersiap-siap di kamarnya," ujar mama Abian.

Papa Abian menunggu di ruang keluarga sambil menonton televisi. Sedangkan mama Abian sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk keluarganya. Terlihat mama Abian kesana kemari mengambil peralatan yang belum ada di meja makan.

Setelah selesai mama Abian mempersiapkan sarapan untuk keluarganya, papa Abian mematikan televisinya dan menghampiri meja makan. Papa Abian mengambil posisi tempat duduk membelakangi dapur.

Dari kamar Abian terdengar suara yang sangat bising dari lantai satu. "Papa dan mama belum berangkat kerja jam segini?" ucap Abian yang sedang memakai dasi. Ia pun melihat ke arah jam dinding kamarnya.

"Ada apa ya, mama dan papa belum berangkat? Biasanya jam segini aku sudah ditinggal sendirian," tanya Abian pada dirinya sendiri di depan cermin.

Setelah selesai mempersiapkan diri untuk berangkat sekolah, ia pun turun menuju lantai satu. Belum sampai dirinya di tanggal paling akhir, ia melihat mamanya sedang sibuk mempersiapkan sarapan dan papanya sedang menunggu juga melihat mamanya yang sedang sibuk.

"Pagi ma, pa," ucap Abian menuruni tangga.

"Eh, anak mama sudah turun. Sini cepat duduk," ucap mama Abian.

"Tumben sekali mama dan papa belum pergi?" tanya Abian.

"Sesekali kita sarapan bersama disini. Rasanya percuma kita punya meja makan bersama tapi tidak pernah digunakan untuk duduk bersama," ujar papa Abian.

Abian merasa senang paginya disambut kehangatan oleh kedua orangtuanya yang sebelumnya sangat jarang dilakukan dikeluarganya. Ia pun tersenyum di depan kedua orang tuanya. "Terima kasih, ma, pa," ucap Abian.

"Iya, sama-sama. Ini makanan kamu sudah siap. Ayo dimakan, habiskan ya supaya kamu tidak kelaparan di sekolah," ucap mama Abian sambil meletakkan makanan Abian di depan Abian.

Abian pun dengan lahap makan masakan mamanya yang jarang sekali ia rasakan. Sesekali ia melihat kedua orang tuanya sambil tersenyum. Mama dan papanya juga ikut senang melihat anaknya makan dengan sangat lahap.

"Hraghhh...." bunyi sendawa Abian. Ia melihat jam dinding yang ada di dapurnya. Setelah selesai makan bersama Abian mengambil tasnya dan beranjak ingin pergi dari meja makan.

"Pa, ma, Abian berangkat ya?" ucap Abian dengan tangan ingin bersalaman.

"Eh, jangan pergi dulu. Tunggu mama dan papa," ucap mamanya.

"Ada apa ma?" tanya Abian.

"Hari ini kamu mama sama papa yang antar ke sekolah ya. Tidak usah bawa motor dulu," ujar mamanya.

"Tapi ma, apa mama dan papa tidak telat ke kantor? Sekolah Abian terlalu jauh perjalanan ke arah kantor mama dan papa. Belum lagi papa mengantarkan mama terlebih dahulu," ucap Abian.

"Tidak apa hari ini sekali-sekali mama dan papa telat. Mama dan papa juga di kantor lagi tidak banyak kerjaan juga. Mama juga mau lihat sekolah kamu, sudah lama mama tidak kesana. Terakhir hanya waktu kamu pertama masuk sekolah," ucap mama Abian.

"Hem... Baiklah kalau mama dan papa mau mengantar Abian ke sekolah. Tetapi, Abian pulang nanti bagaimana? Mama dan papa tidak bisa menjemput Bian karena belum jam pulang kerja," tanya Abian kembali.

"Minta tumpangan teman kamu ya? Atau nanti mama kasih uang lebih buat kamu naik ojek online atau angkot gitu, ya," ujar mamanya.

Abian pun terdiam dan memikirkannya sejenak, ia berpikir "jika ia pulang naik angkot, bisa satu angkot dengan Calya, asyiknya. Ada teman juga setidaknya walaupun Calya turun dari angkot lebih dulu dari ku."

"Baiklah kalau begitu, ma. Nanti Bian pulang naik angkot atau menumpang dengan teman," Abian mengiyakan ajakan mamanya untuk berangkat bersama.

Ia pun menunggu mamanya mengemasi peralatan makan yang telah digunakan untuk sarapan bersama dengan menonton televisi. "Sudah lama tidak nonton kartun, ada kartun apa ya pagi ini? Jadi kangen masa kecil," ucap Abian sendiri. Ia pun beberapa kali mengganti siaran di televisinya dan mencari kartun yang tayang dipagi itu.

"Ah, ini, nih. Sudah lama tidak menonton kartun ini," ucap Abian. Ia pun dengan santai menonton kartun Spongebob yang sudah lama tidak ia nonton. Terakhir kali sewaktu SMP kelas 1 ia menonton kartun tersebut.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel