Bab 10 Perjalanan Pulang
Bab 10 Perjalanan Pulang
"Calya," tegur Abian.
Calya menoleh ke belakang mendengar namanya dipanggil.
"Tunggu! Kita pulang bersama ya?" tanya Abian.
"Baik. Ayo, cepat!" ucap Calya menunggu Abian dari kejauhan.
Abian berlari mendekati Calya yang sedang menunggunya di ujung lorong sekolah. Mereka pun bersama-sama berjalan ke depan gerbang di temani dengan siswa-siswa lainnya. Beberapa siswa berjalan ke arah parkiran dan juga gerbang depan sekolah menunggu orang tua mereka menjemputnya.
"Ingat, kamu jangan lupa untuk mengirimkan lokasi rumah kamu ya," ucap Calya.
"Iya, aku tidak akan lupa," ucap Abian.
"Ngomong-ngomong, kamu tahu angkot menuju rumahmu? Kamu kan jarang naik angkot. Bahkan tidak pernah pulang sekolah naik angkot," tanya Calya.
"Sebenarnya aku tidak tahu. Jadi aku ikut kamu aja mampir pulang ke rumah kamu, hehe," ucap Abian sedikit malu.
"Serius kamu tidak tahu? Terus kamu pulang bagaimana? Lalu, ke rumah ku untuk apa?" tanya Calya dengan sangat terkejut.
"Supaya nanti perginya bersama saja ke rumahku. Jadi kamu tidak sendiri di jalan," ucap Abian dengan santai.
"Alasan," ucap Calya singkat.
"Cal, kamu setiap hari naik angkot tidak takut telat atau takut ada kejadian apa gitu di jalan?" tanya Abian penasaran.
"Takut pasti ada. Tetapi berdoa saja di jalan supaya tidak terjadi apa-apa," ucap Calya.
"Kamu... Emm..." ucap Abian terbata-bata.
"Kenapa?" tanya Calya sambil menatap Abian.
"Kamu....."
"Iya, aku kenapa?" tanya Calya kembali.
Abian pun memberanikan diri mengatakan yang lama ia simpan sendiri. "Kamu tidak mau aku antar ke sekolah naik motor bersama?" ucap Abian dengan suara yang sedikit pelan. Abian takut dengan jawaban Calya yang menolaknya atau pun Calya menganggap dirinya ada maunya saja.
"Bagaimana ya?" ucap Calya. Calya pun memikirkan sejenak kata demi kata yang diucapkan oleh Abian baru saja.
"Jika Calya tidak mau, tidak apa. Aku hanya menawarkan diri saja," ucap Abian yang terlihat pesimis.
Calya pun masih memikirkannya dengan diam di samping Abian. Dalam hatinya, Calya mau saja diantar oleh Abian, hanya saja itu akan membuat dirinya menjadi bahan pembicaraan satu sekolah oleh perempuan-perempuan itu. Ia pun kebingungan dengan dirinya sendiri. Hati menjawab ingin sekali namun otak menjawab tidak.
Melihat Calya memikirkannya, Abian pun berkata, "Tidak usah dipikirkan, Cal. Tidak apa jika kamu tidak mau. Aku hanya khawatir saja jika kamu di jalan sendirian," ucap Abian.
Calya pun hanya terdiam dan berjalan lurus menuju ramainya kendaraan. Mereka pun berhenti di pemberhentian tempat angkot berhenti. Abian hanya mengikuti Calya yang sudah terbiasa menaiki angkotnya.
"Cal, kita naik yang mana ya?" tanya Abian.
Calya melihat kiri dan kanan. Tak jauh dari tempat mereka berdiri, angkot yang ingin Calya naiki berada di depannya. Calya pun menunjuk angkot hijau di depan Abian, "Itu."
Mereka berdua pun menghampiri angkot tersebut dan segera menaikinya. Tak butuh waktu yang lama, angkot hijau yang mereka tumpangi sudah penuh dengan penumpang. Angkot pun jalan dan menuju rumah Calya.
Di sepanjang perjalanan menuju ke rumah Calya, mereka tidak berbicara hanya terkadang saling pandang satu sama lain. Di dalam angkot yang begitu ramai membuat mereka berdua hanya terdiam dan Calya fokus melihat tempat turun mereka nantinya.
Terlihat beberapa penumpang kini mulai turun di tempat pemberhentian yang mereka inginkan di dalam angkot kini menjadi sepi. Akhirnya mereka seperti merasa bisa bernafas dengan lega dan duduk sedikit berjarak.
Abian pun meluruskan kakinya yang lelah ditekukkan. Ia merasa di dalam angkot seperti menumpang di dalam mobilnya sendiri. Calya hanya melihat Abian yang sedang meluruskan kakinya.
Tiga puluh menit perjalanan, Calya terlihat fokus ke depan melihat tempat pemberhentiannya dan berkata, "Pak, saya turun dan teman saya turun di depan ya," ucap Calya yang berada di balik supir.
Abian yang mendengarkan Calya akan segera turun bertanya kepada Calya, "Berapa harganya?"
"Lima ribu saja," ucap Calya.
Abian pun merogoh saku bajunya dan memberikan Calya uang sebesar sepuluh ribu. Calya pun memberikan uang lima ribunya yang sudah ia pegang sedari tadi. Abian pun menolaknya dan berkata, "Aku bayar saja."
Calya pun menyimpan uangnya kembali ke dalam sakunya dan akan ia gunakan kembali untuk membayar angkot menuju rumah Abian. Angkot pun berhenti tepat di tempat pemberhentian Calya. Mereka berdua pun segera turun dan Calya memberikan uang yang ia pegang kepada supir angkot.
Tak jauh dari tempat pemberhentian Calya dan Abian, mereka sedikit berjalan kaki masuk ke dalam perumahan untuk sampai ke rumah Calya. Abian pun membuntuti Calya dari belakangnya. Calya yang berjalan menuju rumahnya ia sedikit memikirkan lagi pertanyaan Abian tentang pergi bersama. Ia pun berjalan dengan lamunannya.
Akhirnya mereka berdua pun sampai di rumah Calya. Calya pun membukakan pintu pagar rumahnya dan mempersilahkan Abian masuk ke rumahnya. Calya pun menyuruh Abian untuk tunggu di teras rumahnya.
"Masuk lah, Bian. Kamu tunggu disini ya. Aku mengganti baju sekolahku dahulu," ucap Calya.
Abian melepaskan sepatunya dan menuju kursi yang berada di teras rumah Calya. Ia pun mengistirahatkan dirinya sebentar saja. Calya pun meninggalkan Abian sendirian di depan rumahnya.
Sembari menunggu Calya mengganti baju sekolahnya, ia melihat handphonenya dan melihat notifikasi yang masuk ke handphonenya. Beberapa pesan masuk dari kelompok belajarnya menanyakan alamat tempat tinggalnya.
"Abian, kirim lokasi rumah kamu sekarang!" perintah Gita.
"Aku belum berada di rumah. Sedang menunggui Calya di rumahnya. Jika sudah sampai rumah langsung aku kirim lokasinya," balas Abian.
"Baik, jangan lama-lama di rumah Calya," balas Gita kembali.
"Git, kamu pergi dengan siapa?" tanya Abian.
"Kami bertiga bersama-sama menuju ke rumahmu. Faki dan Wiko berkumpul di rumahku," balas Gita.
"Oh, begitu. Baiklah, sampai jumpa di rumahku!" Abian mengakhiri berbalas pesan dengan Gita.
Tidak lama Calya mengganggu bajunya, ia pun keluar dari rumahnya dan bertanya kepada Abian, "Mereka bertiga sudah di mana?"
"Sepertinya masih di rumah Gita. Mereka pergi bersama. Kamu sudah selesai?" tanya Abian.
"Sudah. Ayo berangkat," ucap Calya.
"Eh... Tunggu, Cal. Aku tidak tahu angkot mana yang menuju rumahku. Kita pesan saja kendaraan via online, karena di aplikasi itu sudah aku atur titik rumahku," ucap Abian.
Calya pun menghentikan langkah kakinya dan kembali mendekati Abian dan berkata, "Ya, sudah jika begitu. Segeralah pesan," ucap Calya.
Abian pun memesan kendaraan online. Setelah memesan via online, mereka berdua pun menunggu kendaraannya datang di depan rumah Calya. Namun, sebelum pergi Calya mengunci pintu rumah dan juga pintu pagarnya.
Tak butuh waktu yang lama untuk menunggu kendaraannya, dari kiri Abian kendaraan tersebut muncul dan menuju depan mereka.
"Abian ya?" ucap sang supir.
"Iya, pak," ucap Abian.
Tanpa basa-basi, Abian dan Calya pun memasuki mobil yang telah berada di depannya. Mereka berdua duduk di kursi belakang supir. Mobil mereka pun berangkat menuju rumah Abian.
"Mau kemana, mas?" ucap supir basa-basi.
"Mau pulang, pak," ucap Abian.
"Tadi bukan tempat tinggal mas ya?" tanya supir.
"Bukan, pak. Yang tadi rumah perempuan di sebelah saya," balas Abian.
"Oh, begitu. Jadi mas baru pulang sekolah?" tanya supirnya kembali.
"Iya, pak. Kami berdua baru saja pulang sekolah dan ingin ke rumah laki-laki di sebelah saya untuk belajar bersama," ucap Calya membalas pertanyaan supir.
"Jauh juga ya kerja kelompoknya. Semangat dan rajin sekolah ya mbak dan mas. Jangan sampai bolos sekolah. Supaya nantinya gampang sekali masuk ke jenjang yang lebih tinggi lagi," ucap sang supir dengan fokus mengendarai.
"Iya, pak, terima kasih," ucap Abian.
"Saya juga punya anak sudah kelas tiga sekolah menengah pertama. Saya selalu bilang padanya untuk terus rajin sekolah jangan suka bolos, supaya bisa masuk sekolah yang dia inginkan," cerita sang supir.
"Iya, pak, benar sekali," ucap Calya.
"Mas dan mbak sekolah di mana?" tanya supir.
"Kami berdua sekolah di Sekolah Menengah Atas Negeri 125, pak," ucap Abian.
"Oh, iya, saya tahu juga. Karena biasanya saya dapat penumpang anak sekolahan disitu. Lumayan bagus juga ya sekolahnya," ucap sang supir.
"Iya, pak," jawab Calya.
"Nanti jika anak saya tidak masuk ke skolah yang ia inginkan, saya juga ingin memasukkan anak saya ini ke sekolah itu, agar tidak jauh juga dari rumah," ucap supir.
Lama berbincang dengan supir, Abian dan Calya sampai di rumah Abian. Abian pun membayarkan Calya, Calya yang dibayarkan kedua kalinya merasa tidak enak dengan Abian. Namun Abian tetap menolak jika Calya memberikan uang kepada dirinya.
Abian pun mengambil handphonenya yang berada di dalam tas dan mengirimkan lokasi rumahnya ke Gita. Ia pun mempersilakan Calya masuk dan menunggu teman-teman yang lainnya datang ke rumahnya.
.
Bersambung.....