Bab 4 Malam yang Panjang
Bab 4 Malam yang Panjang
"Mamaku kalau libur begitu, istirahat aja. Tidak pernah sibuk tanam-tanam seperti ini. Oleh karena itu, teras rumahku hanya rumput saja," ujar Abian.
"Lalu, kalau libur kamu ngapain saja? Kamulah yang tanam pohon biar rumahmu sedikit adem dan teduh karena dari pohon itu. Sesekali liburan berkegiatan di rumah," timpal Calya.
"Huh, kamu tidak tahu saja aku di rumah melakukan apa. Di rumah semua pekerjaan rumah aku yang kerjakan termasuk libur. Tidak ada gotong royong di dalam rumahku. Kedua orang tuaku selalu sibuk bekerja, jadi hari liburnya untuk istirahat. Terkadang juga liburan mendadak mendapatkan telepon dari klien. Jadi, ya begitulah," cerita Abian yang sedikit sedih.
Belum dijawab oleh Calya, Abian menimpal kembali, "Lagi pula, tidak ada teman untuk berkebun di rumahku dan aku tidak tahu juga harus beli bibit tanaman yang bagus di mana, Cal."
"Ya, kalau kamu mau berkebun kan ada aku. Kita bisa kerja bersama. Apa susahnya kamu menghubungi aku? Biasanya juga kita sering bersama di sekolah," jawab Calya memberi saran kepada Abian.
"Hem... Nanti aku pikirkan ya di rumah. Duh, maaf jadi cerita sedih," ucap Abian.
"Tidak apa, saling terbuka saja. Biar kita cari solusinya bersama," ucap Calya tersenyum. "Eh, langitnya mulai gelap, kamu tidak pulang? Tidak enak dilihat tetangga kalau kita berdua sampai malam disini," ujar Calya sambil melihat-lihat ke langit dan tetangganya.
"Oh, iya. Keasyikan ngobrol jadi lupa waktu, hehe," ucap Abian. Abian pun beranjak keluar dari teras rumah Calya menuju motornya yang terjemur di bawah sinar matahari langsung. Abian pun bersiap-siap untuk pulang dari rumah Calya. Calya mengantarkan Abian sampai di depan pagar rumahnya.
Abian pun bersiap-siap akan pulang dan menggunakan helmnya yang sudah ia lepas sedari tadi. Abian dan Calya masih berbicara hingga di ujung pagar rumah Calya dan Abian mengucapkan terima kasih untuk makanan yang Calya berikan. Abian pun pamit pulang pada Calya menuju rumahnya. Ia memanaskan mesin motornya terlebih dahulu sebelum meninggalkan rumah Calya. Abian dan Calya saling melambaikan tangan tanda perpisahan mereka pada hari itu. Abian pun pamit dan meninggalkan Calya di depan pagar rumahnya. Terlihat di kaca spion motor Abian Calya masih melambaikan tangannya hingga Calya tidak lagi terlihat di kaca spion motor Abian.
Dalam perjalanannya yang sendiri, Abian mulai merasakan kesepian. Yang tadinya terlihat sangat senang di depan Calya, sekarang berada di atas motor dan mengendarai motor sendiri kesepian itu menemaninya hingga sampai ke rumah.
Sekilas dalam perjalanan Abian terpikirkan sosok Calya. Lama kenal dengan Calya membuatnya semakin merasa nyaman dan ingin berada di dekatnya setiap saat. Namun, Abian harus menangkis pikiran itu karena Calya adalah teman terbaiknya. Abian tidak ingin memikirkan hal itu yang nantinya akan merusak pertemanan yang telah lama mereka lalui bersama.
Perjalanan rumah Calya ke rumah Abian sedikit jauh. Namun, tidak membuat Abian mengeluh mengantarkan Calya ke rumahnya. Abian ingin Calya selamat sampai di rumahnya. Terkadang Abian tidak tega jika Calya menggunakan angkot pulang ke rumahnya. Walaupun jalan pulang yang searah kenapa tidak bagi Abian untuk mengantarkan Calya pulang ke rumah dengan selamat.
Sesampainya Abian di rumahnya sendiri, rumah terlihat gelap seperti tidak ada yang menjaga rumah dari dalam. Ia pun membuka pagar rumahnya dan memasuki motornya ke dalam parkiran rumah. Ia pun mengunci kembali pagar rumahnya agar kendaraan kesayangannya aman dari bahaya orang lain.
“Sendiri lagi,” ucap Abian sendiri.
Tampak wajahnya yang lesu selalu sendirian di rumah dan tidak memiliki teman di rumahnya membuat Abian merasa bosan berada di rumah. Ia pun segera membuka pintu rumahnya dan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket oleh keringatnya sendiri.
Ketika ia membuka bajunya, “Ya ampun, busuknya diriku. Kenapa bisa ya hidung Calya mampu bertahan dengan aroma tubuhku ini.”
Abian pun mandi setelah puas mencium aroma tubuhnya yang bau itu. Tak lama Abian mandi seperti laki-laki pada umumnya. Hanya butuh beberapa menit saja Abian sudah selesai melakukan pembersihan diri di dalam kamar mandi.
Dengan handuk yang dililit dari bawah pusar hingga lutut, ia keluar dari kamar mandi dan berkata “Ah, segarnya..” dan menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Namun sebelum menuju ke lantai dua kamarnya, ia mengunci pintu rumahnya karena ia tau ia tidak akan lagi turun ke lantai satu jika sudah bertemu dengan kasur tidurnya.
Belum mengenakan baju ia mengambil handphonenya yang masih berada di dalam tas dan mengabari Calya jika dirinya sudah sampai di rumah. “Halo Calya cantik. Aku sudah di rumah ya. Jangan khawatir!” pesan itu terkirim ke nomor Calya.
Sambil mengenakan baju yang ia pilih dari dalam lemari handphonye muncul notifikasi pesan masuk. Tak lain pesan tersebut balasan dari Calya. “Tidak ada yang khawatir sama kamu,” pesan Calya.
“Jutek sekali,” balas Abian. Sambil menunggu balasan Calya, ia membuka aplikasi Twitter di handphonenya dan menghidupkan televisi hanya untuk menemani dirinya di dalam keheningan kamarnya sendiri.
“Ada yang lucu apa ya hari ini. Capek sekali hari ini. Cuci mata dulu, ah, lihat dunia maya ada kegiatan apa,” ucap Abian dengan meregangkan tubuhnya di atas kasur.
“Ya,” balas Calya.
“Ya, sudah, makanlah lagi Cal. Lalu istirahat,” balas Abian yang tidak beda beberapa menit dari balasan Calya.
“Iya, kamu juga,” balas Calya.
Abian pun tidak membalas lagi pesan Calya yang terakhir. Ia pun membuka bermacam-macam aplikasi yang ada di handphonenya dan menunggu orang tua Abian pulang ke rumah.
“Cal, temani aku sebentar saja boleh?” tanya Abian.
Kali ini Calya tidak membalasnya dengan lama, “Ada apa?”
“Tidak ada, hanya ingin ditemani saja.”
“Hari ini satu hari penuh aku menemanimu, loh Bian.”
“Kumohon,” Balas Abian dengan memohon kepada Calya.
“Baiklah, aku temani kamu. Sendirian ya di rumah?” balas Calya.
“Iya, ku pikir orang tuaku sudah pulang. Ternyata belum. Oleh karena itu, aku minta kamu temani aku sebentar saja.”
“Berkarir sekali ya orang tua kamu. Ya, lagi pula, hasilnya juga tidak sia-sia kan? Hidup kamu juga serba enak sekarang. Bisa ini itu.”
“Iya, sih, aku bisa beli ini itu dan bebas apapun yang aku mau. Tetapi aku tidak ada waktu bersama orang tuaku, Cal.”
Belum Calya sempat membalas, Abian mengirim pesan kembali, “terkadang aku igin sepertimu yang orang tuanya memiliki waktu denganmu. Tapi tidak semua orang tua akan sama.”
Calya tidak bisa menjawab ceita Abian yang sedih karena orang tua tidak memiliki bnayk waktu pada anaknya dan sibuk bekerja dari waktu ke waktu. Dan Calya pun hanya membalas, “Maaf, Bian. Ya, sudah. Kamu nikmati saja hidup ini dan ada aku kok yang menemani kamu. Jangan sedih, ya.”
“Ya,” balas Abian dengan singkat.
Keasyikan berkirim pesan dengan Calya membuat dirinya mengantuk karena terlalu lama menatap handphone. Ia pun menyudahi berkirim pesan dengan Calya dan menyuruh Calya untuk tidur karena masih ada hari esok untuk bersekolah. Calya pun tidak lagi membalas pesan Abian.
Sebelum memejamkan matanya, Abian menatap langit-langit rumah cukup lama walaupun kelopak mata sudah ingin tertutup. “Tunggu sebentar lagi saja, pasti mereka akan pulang sebentar lagi,” ucap Abian dalam kesendiriannya.
Lama menatap langit-langit rumah dan menunggu orang tuanya pulang, Abian ketiduran di kamarnya dengan televisi yang belum ia matikan. Televisi itu menjadi teman tidurnya di dalam kamar yang gelap dan dingin.
Calya yang masih membuka matanya dan belajar di kamarnya sedikit kepikiran dengan pesan Abian yang ternyata di dalamnya lebih merasa sendiri dibandingkan dengan dirinya. Padahal jika Calya bertemu dengan Abian, Abian sangat ceria dan memiliki banyak teman di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
“Begitu kesepiannya dirimu, Bian,” Calya sedikit kepikiran Abian. “Ternyata ada yang lebih merasa sendiri dari aku walaupun ia memiliki banyak teman.”
“Yang sabar ya kamu di sana,” ucap Calya sendiri.
Calya melihat jam yang tertempel di dindingnya dan menunjukkan waktu yang sudah malam bagi Calya. Ia pun mengakhiri belajarnya dan menuju ke tempat tidurnya yang sangat empuk dan juga berhenti memikirkan Abian. Sebelum tidur ia melamun dengan melihat langit-langit kamarnya dan malam itu Calya tertidur dalam lamunannya sendiri.