Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Pulang

Bab 2 Pulang

Di tengah teriknya matahari, Abian dan Calya makan bersama di bawah pohon rindang di halaman depan kelas mereka. Pohon tersebut menjadi tempat tetap mereka untuk makan bersama. Beralaskan rumput yang tak begitu tinggi, mereka berbincang dan tertawa bersama diiringi dengan suara siswa lainnya yang sedang kejar-kejaran di lapangan.

"Panas sekali ya hari ini," ucap Calya dengan mengibaskan kedua tangannya di samping lehernya.

Abian yang memiliki sifat jahil kepada Calya dari samping ia berinisiatif untuk meniup-niup leher Calya. "Hussshhh.... Huusshhh....," terdengar hembusan udara yang keluar dari mulut Abian. Ia pun melakukan itu hingga Calya merasa tidak nyaman pada dirinya.

"Bian!! Nafas kamu bau, ih!" sambil menutup hidung.

Dengan polosnya, Abian menghembuskan nafasnya di depan telapan tangannya. "Hah, hah, hah," Abian merasakan bau nafasnya. Setelah mencium nafasnya sendiri, Abian terdiam sejenak seperti memikirkan baunya.

"Ta.. tapikan bau nafasku bau makanan yang baru saja aku makan. Aneh kamu," ucap Abian.

"Ya, tapi sama sajakan bau?" ucap Calya yang tidak mau kalah.

Abian terdiam dan tidak membalas ucapan Calya. Abian tahu, jika ia terus-terusan menjawab Calya tidak akan ada habisnya. Calya tidak akan mengalah pada Abian. Mereka pun terdiam yang cukup lama.

"Tak terasa sebentar lagi kita akan naik kelas ya?" ucap Calya memecahkan keheningan diantara mereka.

"Iya, Cal. Kenapa kalau sebentar lagi kita akan naik kelas?" tanya Abian kembali sambil menatap Calya.

"Apa kita akan sekelas nantinya? Setiap kenaikan kelas selalu saja kita tidak dikelas ini terus," ucap Calya.

"Ya, aku pasti ke kelasku nanti jika tidak sekelas lagi. Tetapi di waktu istirahat aja aku jemput makan disini," ucap Abian meyakinkan Calya agar dia tidak merasa sendiri.

"Janji sama aku?" sambil mengacungkan kelingking kecilnya.

"Janji," ucan Abian dan membalas dengan kelingkingnya yang dua kali lebih panjang dari Calya.

Bel berbunyi dengan sangat lantang menandakan waktu istirahat sudah usai. Abian dan Calya beranjak dari tempat ternyaman mereka menuju ke kelas. Siswa lainnya terlihat juga mendatangi kelasnya masing-masing.

Menunggu guru datang ke kelas, Abian dan Calya masih terlihat berbicara bersama di kelas. tempat duduk mereka bersebelahan.

Awalnya Abian duduk di tempat yang paling belakang. Namun, karena rasa ingin terus berdekatan dengan Calya, Abian berinisiatif untuk berpindah dari tempat duduknya. Ia pun memohon pada temannya untuk pindah tempat.

"Vian, boleh aku duduk disini? Aku ingin bersebelahan dengan Calya," bisik Abian pada Vian.

"Tapi, aku tidak mau di belakang," ucap Vian menolak.

"Ayolah, kitakan teman. Ku mohon," Abian memohon layaknya perempuan memohon pada laki-laki.

Vian pun luluh dan tidak mau ribet, ia pun mengemasi barangnya yang berantakan di atas meja dan pindah menuju tempat duduk Abian yang di belakang. Abian pun merasa senang sekali temannya mau mengalah padanya.

"Terima kasih, Vian!" ucap Abian.

Vian hanya mengangguk dan Abian pun bertukaran dengan Vian hingga saat ini. Namun, apabila Vian tidak kelihatan tulisan di papan tulis, Abian mempersilahkan Vian untuk duduk di tempat duduknya terdahulu.

Guru pun akhirnya datang memasuki kelas mereka dan melanjutkan pelajaran terakhir mereka di hari itu. Jika bersekolah, tak terasa waktu berjalan dengan sangat cepat. Mereka berdua dan siswa yang lainnya mengikuti pelajaran akhir dengan sangat tenang.

Lama guru menjelaskan, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Jam pelajaran pun akan usai. Tak menunggu lama, bel sekolah otomatis berbunyi jika sudah waktunya pulang dan seluruh siswa diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing. Tak lupa pesan guru kepada mereka untuk segera pulang ke rumah tanpa singgah ke tempat yang lain. Kekhawatiran guru pada siswanya setelah pulang sekolah menjadi nasihat para siswa setiap pulang.

Abian dan Calya masih berada di dalam kelas. Abian menunggu Calya yang sedang piket kelas setelah pulang sekolah. Terkadang ketika jadwal Abian yang piket, Abian memohon pada Calya untuk menunggunya selesai membersihkan kelas.

"Aku tunggu disini ya," ucap Abian mengarah ke depan pintu.

"Pulang duluan saja tidak apa, Bian. Aku nanti pulang sendiri saja naik angkot," ucap Calya.

"Tidak boleh begitu. Aku mau pulang bareng kamu!" ucap Abian memaksa.

"Ya, sudah. Tunggulah disitu. Aku bersihkan kelas ini dulu," ucap Calya.

Menunggu Calya selesai piket terlihat beberapa perempuan mendekati Abian yang sendiri, perempuan tersebut sedikit bercanda yang menggoda kepada Abian. Namun tanggapan Abian yang biasa saja bahkan terkesan cuek membuat perempuan-perempuan itu kebingungan melanjutkan candaan menggodanya.

Dengan tiba-tiba, Calya menghampiri Abian yang telah lama menunggunya. "Maaf, lama," ucap Calya.

"Iya, tidak apa. Ayo kita pulang," ucap Abian sambil menarik tangan Calya.

"Ehhh.... Jangan tarik gitu," Calya kehilangan keseimbangan mengikuti Abian.

Mereka berdua berjalan melewati lorong sekolah yang sudah begitu sepi menuju ke parkiran motor. Sekolah mereka memperbolehkan siswanya membawa motor ke sekolah asalkan sudah mendapatkan surat izin dari sekolah dan menunjukkan surat izin mengendarai ke sekolah.

Sebelum diperbolehkan siswanya membawa motor ke sekolah, Abian seringkali diam-diam membawa motor ke sekolah dan menitipkan motornya di rumah temannya yang dekat dengan sekolah. Beberapa kali Abian dan siswa lainnya yang membawa motor secara diam-diam mendapat hukuman dari sekolah dan mereka tidak bisa membuktikan dengan surat izin mengemudi yang dikeluarkan oleh polisi.

Namun, sekarang Abian sudah terbebas dari masalah hukuman yang sekolah keluarkan. Karena Abian sudah memiliki surat izin mengemudi yang telah dikeluarkan oleh polisi.

"Bian, aku tidak bawa helm ke sekolah," ucap Calya sedih.

"Ini, pakai saja helmku," Abian menyodorkan helmnya ke Calya.

"Tapi, kepala kamu?" tanya Calya kembali dengan memegang helm Abian.

"Kita ke rumah temanku sekitaran sini ya. Pinjam helm ke mereka supaya kamu tidak lagi khawatir sama kepala aku," sambil menghidupkan motornya.

"Tidak ada aku khawatir dengan kamu," Calya menutupi.

"Lalu? Kalau bukan khawatir terus apa?" tanya Abian.

"Ya, cuma...." belum selesai Calya berbicara, Abian memotongnya, "Ya, sudah, cepat naik. Aku tidak mau jadi penunggu sekolah ini."

Calya terdiam dan menaiki motor Abian. Saat di perjalanan ke rumah teman Abian, Calya hanya terdiam dan membisu. Tidak berbicara sepatah katapun. Namun Abian tidak mempermasalahkan hal tersebut dan tetap fokus pada jalan.

Sampailah mereka berdua di rumah teman Abian. Abian mematikan motornya dan turun dari motor. Sedangkan Calya hanya menunggu di atas motor tanpa mengikuti Abian walaupun cahaya sore membakar tubuhnya.

"Tidak mau turun?" tanya Abian.

Calya hanya menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sebagai jawaban ke Abian.

Abian pun menuju pagar rumah Raka, teman Abian dan memanggil dari luar, "Permisi. Rakaaa..." dengan bernada.

"Permisi," ucapp Abian kembali.

Terdengar dari dalam teriakan perempuan, "Raka, tidak dengarkah kamu temanmu datang?" Tak lama dari teriakan itu terlihat sosok laki-laki dengan menggunakan baju kaos putih dan celana bola yang pendek menuju ke depan rumah.

"Ada apa kamu datang ke rumah?" tanya Raka dengan singkat.

Dari dalam teriakan perempuan terdengar sampai liat, "Masuk dulu nak, duduk di teras ya. Raka, suruh temanmu masuk dulu!" perintahnya.

"Masuk sini. Jangan malu-malu gitu depan perempuan gak mau masuk rumahku, haha," Raka bercanda.

"Haha, tidak usah, Ka. Aku tunggu disini saja. Aku cuma mau pinjam helm satu saja, soalnya aku mau mengantar Calya. Aku lupa bawa helm dua nih," ucap Abian yang langsung ke intinya.

"Oh, begitu. Ya, sudah, sebentar ya, aku ambilkan dulu helmnya di dalam," ucap Raka dan meninggalkan Abian di depan pintu pagar.

Abian sesekali melihat Calya duduk di atas motor dan menunggu Raka datang memberikan helm kepadanya. Calya yang risih Abian sesekali melihatnya bertanya pada Abian, "Kenapa?"

"Oh... Eng... Tidak. Aku lihat kamu aja sanggup panas-panasan seperti itu," ucap Abian yang gugup.

"Yakin?" tanya Calya kembali.

Abian mengangguk kepalanya dan Raka pun datang membawa helmnya keluar rumah.

"Nih. Jangan sampai rusak ya. Aku sayang banget sama helm ini," ucap Raka dan memberikan helmnya ke Abian.

"Iya, tenang aja. Pantas saja masih sendiri, sayangnya aja ke helm, hahaha," Abian sedikit mengejek Raka.

"Emangnya kamu sendiri sudah ada pasangan? Belum aja ngejek orang," Raka membalas ejekan Abian.

"Tidak apa tak punya pasangan. Yang penting perempuan-perempuan tergila-gila denganku, hahaha."

Calya yang mendengar Abian berkata seperti itu merasa geli dengan kata-kata yang barusan saja keluar dari mulutnya. Dalam hati Calya, "Sok iya sekali kamu, Bian. Buta kali mata perempuan itu lihat kamu, dih."

"Ya, udah. Aku pulang dulu ya, mau ngantarin gadis pulang, nanti dicariin pula bisa panjang urusan ini," Abian memotong perbincangan candaan dengan Raka.

"Baiklah. Hati-hati ya anter anak perempuan orang pulang ke rumahnya. Ingat, jangan lupa kembalikan helmku!" ucap Raka.

"Iya, iya. Besok aku kembalikan ya. Tenang saja, kesayanganmu aman samaku," Abian menuju motornya. Ia pun mengenakan helm Raka dan menghidupkan motornya dan pergi meninggalkan rumah Raka.

Bersambung......

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel