Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 5

"Iya pak,Ada lagi pak?".

"Tidak, kembali saja keruangan kamu".

"Iya pak" ucapnya lagi.

*******

Erik memijat kepalanya sebelah, sudah terlalu banyak ia kerja keras. Erik menyudahi aktivitasnya, ditatapnya jam yang melingkar ditangannya, menunjukkan pukul lima sore. Erik menyampirkan jas hitam dipunggung tanganya. Erik menatap ruangan disebelah masih menyala. Erik menatap Zee, wanita yang baru di mutasi ke Jakarta. Erik dapat menilai, dari segi fisik dan penampilan Zee tidak begitu buruk, dan entah kenapa ia dapat menilai bahwa Zee sengaja menutupi kecantikkanya, dan Erik lalu membuka pintu ruangan Zee. Reaksi Zee spontan mengarah kepadanya, ia gelagapan menatap dirinya.

Erik menaikan alis sebelah, "Zee, mari kita pulang".

"Iya pak" ucapnya tersenyum, menampilkan deretan gigi putihnya. Lalu mengambil tasnya di meja dan melangkah keluar ruangan.

"Zee, ini kunci ruangan saya, dan ini kunci ruangan kamu, dan ini credit card, setiap pagi saya mesti sarapan Roti yang berbeda, saya mennyukai segala jenis roti apapun itu, kamu tidak perlu khawatir saya tidak menyukainya. Jangan lupa besok ingatin saya ada meeting dengan pak Handoko jam 2". Erik mencoba menjelaskan, karena Zee harus tahu itu.

"Iya pak" lalu dengan cepat menulis di buku agendanya.

"Dan kamu harus tau, saya tidak suka ruangan saya dimasuki oleh OB ataupun orang lain, kecuali sekretaris saya. Jika ada yang mencari saya, tanyakan kepada saya terlebih dahulu".

"Iya pak, ada lagi pak?".

"Sementara itu saja dulu".

"Iya pak" Zee lalu mengikuti langkah Erik dari belakang.

Zee lalu menutup pintu ruangan dengan kunci yang di peganggnya. Zee mengikuti langkah Erik hingga ke lobby utama.

"Pak, saya pulang dulu ya" ucap Zee.

"Iya".

"Mari pak" ucap Zee sopan.

****

Erik menatap ruangan apartemen bernuansa putih miliknya, entahlah kenapa ia sangat menyukai warna putih, nyaris seluruh ruangan berwarna putih. Menurutnya warna putih memberikan rasa yaman dan tentram. Erik merebahkan tubuhnya di tempat tidur berukuran king size. Handphonenya berbunyi, Erik lalu mengambil Handphone dengan tangan kirinya, di tatapnya layar handphone itu.

Mama calling

Erik lalu menekan tombol hijau.

"Iya ma" ucap Erik.

"Kamu dimana nak?".

"Baru saja pulang. Ini lagi Apartemen, ada apa ma?".

"Besok Elsa datang loh dari paris? Kamu yakin tidak jemput dia?".

"Saya sudah menyuruh Pak Heri yang menjemputnya. Saya besok ada meeting penting tidak bisa ditunda".

"Kamu gitu saja terus, alasannya banyak sekali, mama jadi bingung. Ini tunangan kamu sendiri loh , kalian sudah tunangan dua tahun, kamu masih saja seperti ini, terlalu cuek sama Elsa, mama tidak suka anak mama seperti ini".

"Mama mengertilah, besok saya ada meeting. Saya tidak bisa meninggalkannya begitu saja".

"Yaudahlah kalo begitu, mama pusing mikirin kamu, oiya kapan rencana pernikahan kamu dan Elsa? Soalnya mama dan papa sudah tidak enak jika terlalu lama. Bagaimanapun orang tuanya minta kejelasan atas setatus anaknya".

Erik mengerjitkan dahi, memegang pelipisnya mendadak pusing memikirkannya, "iya ma, Saya masih mencari waktu yang tepat".

"Mama sudah bosan loh Rik, dengar kata-katamu itu".

"Iya ma, yasudah Saya mandi dulu ya ma" Erik menyudahi percakapannya.

"Selalu saja begitu, yasudah kalau begitu, ingat umur kamu sudah 32, mama ingin secepatnya kamu nikah".

"Iya ma".

Erik lalu meletakkan handphonenya dinakas kembali. Elsa, entah kenapa ia tidak ingin mendengar nama itu lagi dihidupnya. Ada perasaan muak terselubung dihatinya, Elsa yang dulu di cintainya, kini hanya bisa menatap miris. Siapa yang tidak tahu Elsa, Elsa designer terkenal, mempunyai butik dan brand terkenal di Indonesia. Mungkin orang diluar sana berpikir mereka adalah pasangan yang serasi. Sering di undang acara talk show tv swasta, dan majalah bisnis terkenal, selalu tertera nama mereka berdua. Dan akan digadang-gadang menjadi pernikahan termewah.

Erik menarik nafas, orang tuanya memang berhubungan erat dengan keluarga Elsa. Ada beberapa kerja sama bisnis diantara keduanya. Tapi, semenjak beberapa bulan lalu, Erik tidak lagi memperdulikan statusnya. Ia bukan jenis pria yang langsung meluapkan kemarahannya, ia bisa mengendalikan emosinya, dan cukup tenang, diam tanpa banyak bicara.

***

Zee menatap penampilannya sekali lagi, kini Dress selutut berwarna hitam menjadi pilihanya. Rambut itu sengaja ia ikat dengan hairnet hitam agar terlihat lebih rapi. Zee berjalan menuju toko roti di depan Swiss Hotel, aroma roti tercium diseluruh penjuru ruangan. Zee mulai memilih berbagai macam roti di estalase kaca, Zee mulai memilih, fluffy doughnut isi stroberry, pie fruit, dan swiss roll cake menjadi pilihannya. Zee tertegun roti itu semua adalah roti favoritnya. Zee menelan ludah, sementara ia membeli roti yang sama untuk dirinya.

Zee lalu membayar terpisah, satu dengan credit card untuk boss nya, dan satu lagi dengan debit card yang dimilikinya. Zee membawa 2 kantong dengan lebel roti ditangannya. Zee melangkah menuju ruang kerjanya, pertama yang harus ia lakukan adalah menyalakan lampu dan menghidupkan AC. Zee meletakkan roti dan tas di meja, dan mulai membersihkan ruangan. Ruangan ini sudah cukup bersih, hanya ia mesti membersihkan kembali, sebelum atasanya datang.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel