Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 6

Setelah selesai merapikan ruangan, Zee lalu meletakkan roti di piring dan kopi tanpa gula di meja milik Erik. Zee lalu kembali keruanganya. Mulai menatap cermin,memastikan penampilannya, tidak ada yang kurang. Zee menyalakan komputernya dan Zee tersadar terdengar suara derap langkah masuk. Sudah ia pastikan itu atasanya Erik, Zee lalu keluar dari ruangannya.

Zee tersenyum menyambut sang direktur utama, "selamat pagi pak".

"Selamat pagi juga Zee" ucap Erik.

Erik menatap Zee, dress hitam tanpa lengan sangat kontras dengan kulitnya yang putih. Erik lalu melangkah membuka ruangan dan mengedarkan pandangannya di ruangan, sudah terlihat rapi dan bersih. Menatap secangkir kopi dan roti tersedia di hadapannya.

"Zee" panggil Erik.

"Iya pak" ucapnya lalu masuk keruangan Erik. Erik mempersilahkannya duduk.

"Ada apa pak?" Tanya Zee.

Erik melipat tangannya di dada, dan memandang roti dihadappannya.

"Kamu sudah sarapan?" Tanya Erik.

"Hemm ini mau sarapan pak".

"Kamu sarapan apa?" Tanyanya lagi.

"Roti juga pak" ucap Zee.

"Bawa roti kamu kesini, kita sarapan bersama".

"Iya pak" Zee lalu berdiri melangkah keruangannya, dan mengambil roti yang sama dibelinya tadi.

Zee duduk, menghadap Erik, dan diam-diam diliriknya Erik sedang mengunyah roti itu.

"Kamu membeli sendiri".

Zee mengangguk "iya pak".

"Lain kali, pakailah credit card yang saya berikan. Saya tidak jatuh miskin hanya karena membeli beberapa roti".

"Iya pak" Zee hanya mengangguk.

"Kenapa kamu membelikan roti yang beraneka ragam warna ini Zee" tanya Erik penasaran.

"Roti ini sangat enak teksturnya lembut, dan manis. Agar menyambut pagi lebih bersemangat".

Erik menaikkan alis disebelahnya "begitu ternyata".

Zee mengangguk "tapi...."

"Tapi apa Zee?" Erik manatap bingung.

"Sebenarnya ini roti favorit saya pak, dan tidak ada salahnya bapak mencoba roti ini, jika tidak suka saya bisa kembali kedepan membeli roti yang lain" ucap Zee gelagapan, sepertinya ia harus berkata jujur.

"Saya tidak mengatakan saya tidak suka. Saya cuma tanya saja alasannya, mari kita makan" ucap Erik lalu memakan roti itu kembali.

"Rasanya enak, pilihan kamu tepat" ucap Erik.

"Iya pak" Zee mangangguk lagi.

Erik kembali dalam diam, tanpa berkata-kata. Diliriknya lagi Zee di hadapannya.

"Jadwal hari ini apa saja Zee" tanya Erik menyudahi makannya tanpa sisa, agar tidak menyinggung sekretarisnya.

"Jam 10 meeting direksi, jam 2 meeting dengan pak handoko, dan bapak bertemu dengan klien jam 4 jam di West Restoran".

Erik mengangguk, "kamu bisa kembali ke ruangan kamu Zee" ucap Erik.

Zee lalu mengundurkan diri, dan tak lupa ia bawa piring itu bersamanya, dibawanya ke wastafel, dan di cucinya. Setelah itu Zee kembali keruangannya, kembali dengan berkas-berkasnya.

Zee menjalani aktivitasnya menjadi sekretaris. Zee mencatat hasil meeting direksi, menyimak, apa yang dijelaskan oleh Erik. Zee terpana kewibawaan Erik didepan seluruh direksi, penjelasnya singkat, padat dan jelas. Wajar ia bisa sukses seperti ini, bagitu serius dalam bekerja, menjadi pimpinan yang cukup disegani oleh karyawan.

Setelah meeting direksi, Zee mengikuti langkah Erik, begini lah menjadi sekretaris, kemana saja sang direktur pergi, ia selalu mendampinginya.

"Kamu ada saran, kita makan dimana?" Tanya Erik menyalakan mesin mobil.

"Saya baru pak disini, saya tidak tahu makanan enak dimana. Saya ikut bapak saja" ucap Zee.

"Sebaiknya kita makan yang tidak jauh dari Dari Green Hotel pak. Jam 2 bapak ada Meeting dengan Pak Handoko".

Erik mengangguk, "baik kita cari dulu restoran mana yang enak disana".

"Iya pak" ucap Zee.

****

Restoran tradisonal menjadi pilihan Erik. Zee menatap hidangan yang dipesannya tadi, Ayam kalasan, ayam betutu, sop tulang rusuk dan dua jus jeruk menjadi pilihannya. Ternyata selera atasanya ini, mempunyai lidah indonesia yang penuh akan rempah-rempah.

Zee menatap Erik, Erik makan dalam diam tanpa berkata-kata. Wajah itu sangat tampan. Zee mengeluarkan handphone miliknya. Zee terdiam membaca beberapa notifikasi masuk. Line, bbm, dan instagram miliknya.

"Zee".

"Iya pak" Zee lalu memasukan kembali handphonenya ke dalam tas.

"Makan lah dulu" ucapnya lalu menyesap jus jeruk, mencoba memperingatkan agar tidak memainkan handphone kita sedang bersamanya.

"Iya pak" Zee lalu terdiam, dan melanjutkan makanannya.

"Ada yang ingin kamu tanyakan Zee?" Tanya Erik.

"Tidak ada pak".

"Bagaimana, kost yang saya berikan? Apakah kamu suka?".

Zee mengangguk "suka pak, hanya saya tidak terlalu suka dengan lingkungannya. Saya hanya takut terpengaruh" ucap Zee.

"Lingkungannya seperti apa?" Tanya Erik penasaran.

Zee mendekatkan wajahnya dan mulai berbisik, "banyak Ledy’s club yang memilih tinggal disitu pak" Zee memundurkan kepalanya lagi, kembali normal.

Erik mengangguk paham, Erik tidak dapat memungkiri, bahwa setiap hotel seperti itu, apalagi hotel berbintang. Dari mulai LC, sexy dance, trapist, yang menjadi tempat favorit para anak muda mencari nafkah secara instan. Bahkan banyak anak kuliahan jaman sekarang menjadi profesi sampingan, demi kebutuhan gaya hidup mereka.

"Hemmm, jadi kamu mau pindah".

Zee mengangguk, "jika ada yang lebih baik, saya tidak masalah, misalnya ada dapur mungkin".

Erik menaikan alis "dapur?".

"Iya pak, masalahnya saya malas keluar. Saya lebih suka masak sendiri, kost yang bapak berikan tidak ada dapurnya".

"Baik lah, saya akan mencarikan secepatnya"

Erik menatap Zee sekali lagi "kerjaan kamu tidak ada masalah kan?".

"Tidak pak, sekarang saya sudah tahu jalan kerjanya bagiamana" Zee tersenyum.

"Semoga kamu betah" ucap Erik menyudahi makannya.

"Iya pak".

Zee menatap kedepan, gadis berambut hitam, berseragam SMA berlari ke arahnya, dengan senyum cantiknya.

"Abang, kok ada disini?" Tanyanya.

Zee dan Erik melirik arah gadis berseragam SMA itu. Zee menatap bingung dan lalu tersenyum.

"Abang sama siapa?" Tanyanya lagi.

"Oiya kenalin, ini sekretaris abang yang baru, namanya Zeze. Zee ini adek saya Rara" ucap Erik memperkenalkan. Zee mengangguk dan tersenyum menatapnya.

"Kamu bolos sekolah" tanya Erik penasaran.

"Udah pulanglah bang, ini sudah hampir jam 2 ".

"Kamu biasa pulang jam 4 Ra, kamu mencoba bohongin abang".

"Ya ampun bang, Rara emang full day. Rara masih lanjut lagi nanti, ini istirahat Rara lapar mau makan dulu, tuh liat pak mamang juga laper nungguin Rara dari pagi" Dengus Rara.

"Yaudah kamu makan yang banyak, abang mau kerja lagi".

"Iya abang, hati-hati, salam juga buat embak cantik di samping abang" Rara mengedipkan mata menggoda Erik.

Erik menghela nafas pajang, mengelus dada, kelakuan absrud adiknya.

"Maaf ya Zee, Rara emang gitu orangnya" ucap Erik meninggalkan Rara.

"Ah, enggak apa-apa pak, biasa adik saya juga begitu" ucap Zee.

“kamu punya adik?”.

“tentu saja”. Percakapan itu berlanjut hingga di mobil.

****

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel