Bab 6 Akhirnya Akan Wisuda
Bab 6 Akhirnya Akan Wisuda
Di sebuah ruangan seorang gadis berdiri di depan dua wanita dan dua pria yang sedang berdiskusi. Tangannya sudah meremas tidak jelas dan tangan itu juga sudah basah dengan keringatnya. Napasnya mulai tidak teratur melihat para dosen penguji dan dosen pembimbingnya.
Jantungnya sudah sangat berdebar tidak beraturan menunggu hasil sidang yang akan dia dengar dari dosennya. Naura, dia masih menjaga raut wajahnya agar terlihat baik-baik saja meski nyawanya sudah terasa tidak berada dalam raganya lagi.
Keempat dosen itu sudah selesai berdiskusi dan menatap Naura yang sudah berdebar tidak jelas. Tubuhnya terasa melayang tidak menapak di tanah. Dengan memantapkan hatinya, Naura menggigit bibir bagian dalamnya mendengarkan apa yang akan dosennya katanya.
Napas lega keluar setelah beberapa menit yang lalu tidak beraturan, kini napas itu menjadi sangat panjang dan rasa ingin berteriak datang. Naura menyalami para dosen saat keempat dosennya itu akan keluar dari ruang sidang. Setelah dosennya keluar, Naura pun melompat kegirangan.
Naura membereskan barangnya dan keluar dari ruangan yang sudah terlihat Agni yang menunggunya. Naura segera memeluk Agni dengan erat dan berbagi kebahagiaan. Ternyata sahabatnya itu juga ikut lulus sidang.
Setelah banyak waktu melewati banyak revisi untuk tugas akhirnya, kini Naura sudah selesai sidang dan dinyatakan lulus. Gadis itu akan mengikuti wisuda secepatnya. Cakka datang dan membawa dua bucket untuk dua gadis yang mewarnai harinya. Pria itu datang dengan senyuman. Naura menyambutnya dengan bahagia.
“Selamat adik dan pacar gue tersayang,” ucap Cakka sambil memberikan bucket yang dibawanya. Keduanya menerima dengan senyum yang merekah. Cakka pun berswafoto dengan keduanya.
“Kka, lo gak mau ajak gue makan? ‘Kan gue lagi senang nih?” tanya Naura yang memeluk lengan Cakka. Agni hanya melihat tingkah sahabatnya yang memang dekat sekali dengan pacarnya, justru tidak membuatnya cemburu.
“Dih, aturan lo yang ajak gue makan. ‘Kan gue rela nih datang ke sini buat ikut lo bahagia. Ya kali, gue juga yang ajak lo makan,” sahut Cakka.
“Oh gitu, ya udah deh gue balik,” ucap Naura yang menggunakan nada ngambeknya. Cakka hanya terkekeh dan menarik tangan Naura pelan.
“Iya, ayo makan. Yuk, Ag,” ajak Cakka sambil merangkul Agni.
“Gue juga yang jadi kambing congek,” dengus Naura.
“Protes mulu lo, Ra,” sahut Agni membuat Cakka tertawa.
“Songong lo berdua. Nanti kalau gue jadi pacar dan nikah sama G Dragon gak akan gue undang lo semua,” kata Naura yang menghasilkan toyoran dari Cakka di kepalanya.
“Halu lo ketinggian dik, ayo bangun kesiangan loh ya,” kata Cakka.
“Kurang ajar,” dengus Naura.
Mereka pun masuk ke dalam mobil Cakka dan mengikuti saja di mana pria itu akan mengajaknya makan. Cakka mengajaknya makan di cafe tempat mereka biasa hangout. Cakka selalu tahu bahwa pacar dan adiknya itu sangat menyukai makanan di sini. Terbukti mereka terlihat bersemangat setelah masuk ke dalam cafe ini.
Naura dan Agni pun memesan makan hingga dessert yang ingin mereka makan. Cakka hanya menggelengkan kepalanya melihat dua gadis tidak tahu diri ini jika berurusan dengan makanan hingga dessert. Cakka hanya tersenyum saat Naura menoleh ke arahnya.
“Lo gak marah kan, Kka?” tanya Naura terdengar dengan nada prihatin.
“Enggak. Selama orang yang gue sayang senyum seperti ini apa yang harus buat gue marah?” balas Cakka.
“Enggak ada si Kka, cuma kan lo hanya diam dan senyum mulu. Gue takut kalau gue punya pacar rada miring gitu,” kata Agni. Naura tertawa mendengar perkataan Agni .
“Tinggal lo putuskan dan cari pacar lagi, kalau kata Mas Setia Band,” sahut Naura dengan gelak tawanya.
Mereka makan dengan bercanda dan saling sharing tentang ke depannya. Bahkan Cakka ingin membantu CV mereka berdua dan membantu merekomendasikan pekerjaan yang cocok untuk mereka. Setelah makan, Cakka mengantar Naura pulang terlebih dahulu. Naura pun pulang dan melambaikan tangan pada Cakka dan Agni yang mulai melaju meninggalkan rumahnya.
Naura masuk dengan membawa bucket yang diberi oleh Cakka. Naura melihat kedua orangtuanya berada di ruang keluarga dan melihat ke arahnya. Pak Ilham tersenyum melihat Naura masuk membawa bucket, Naura memeluk Pak Ilham dengan erat. Pak Ilham membalas pelukan putrinya itu.
“Ara lulus, Papa. Ara akan wisuda,” kata Naura bangga.
“Selamat Sayang. Papa tunggu kamu dari tadi di sini. Maaf, Papa gak nyusul kamu di kampus, Papa bangga sama kamu bisa lulus tepat waktu, Sayang,” sahut Pak Ilham dengan membelai rambut panjang putrinya.
“Selamat ya, Sayang. Mama juga senang kamu segera lulus,” kata Bu Rani. Naura menganggukkan kepala dan tersenyum melihat Bu Rani.
“Kamu telfon Kakak kamu dulu, tadi telfon Papa tanya kamu,” suruh Pak Ilham yang membuat Naura mengambil hpnya yang ada di dalam tas. Naura menelfon Line kakaknya.
“Halo Kak? Kakak sibuk?” tanya Naura saat panggilannya diangkat oleh kakaknya.
“Ara hanya mau bilang, kalau Ara lulus, Kak. Ara akan wisuda secepatnya. Kakak harus datang wisuda Ara, ya” pinta Naura yang terlihat bahagia sekali.
“Oke, nanti Ara kabari lagi kapan Ara wisudanya,” ujar Naura sebelum mematikan panggilannya.
Naura kembali memeluk Pak Ilham dengan erat melampiaskan perasaan bahagianya. Naura tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang dia rasakan saat ini. Perjuangan empat tahun yang dia lewati dengan perasaan yang seperti roller coaster membuat dia bahagia saat perjuangannya kini sudah berakhir dengan sempurna.
“Ara mau lanjut S2 atau kerja sayang?” tanya Pak Ilham tentang rencana anak gadisnya kedepannya.
“Kerja, Papa. Ara masih lelah belajar, nanti kalau udah ada kemauan untuk lanjut S2 baru Ara lanjut, Papa,” jawab Naura yang terlihat yakin dengan pilihannya.
“Di perusahaan Papa kan?” tanya Pak Ilham lagi.
“Enggak Papa, kan di perusahaan Papa sudah ada Kakak sama Papa. Ara mau di perusahaan lain aja Papa,” jawab Naura pada Pak Ilham. Terlihat pria paruh baya itu mulai terlihat sedikit kecewa.
“Kenapa gak di perusahaan Papa aja, Sayang,” tanya Bu Rani.
“Kan sudah ada Kakak, sudahlah Ma, Ara mau cari pengalaman yang lain aja. Ara ke kamar dulu ya, Ma,” jawab Naura yang berjalan meninggalkan Mamanya dan menuju ke kamarnya di lantai dua.
Naura menatap bucket snack yang diberi oleh Cakka dengan penuh senyum. Semua snack itu kesukaannya membuat dia merasa Cakka sangat baik padanya hingga mengingat dengan detail apa yang dia suka. Gadis itu berganti baju dan memilih untuk beristirahat saja.
Naura bangun saat hari mulai petang. Gadis itu memilih untuk mandi agar lebih segar. Setelah mandi dia memilih menghabiskan sisa harinya di dalam kamarnya saja. Naura menonton drama korea demi menunggung tingkat halunya yang semakin meningkat. Saat makan malam, akhirnya Bu Rani memanggil putrinya untuk turun dan makan bersama.
“Sayang, bebas ya sekarang mau ngapain aja, sampai gak mau keluar kamar,” kata Bu Rani yang duduk di depan Naura.
“Iya, lagian Ara keluar juga gak ada temannya. Mama sudah pasti sibuk sendiri, Kak Iyel gak ada, teman Ara juga ngerayain sendiri hari bahagianya. Ara mah sendiri juga udah bahagia di temani Oppa Korea,” sahut Naura pada Mamanya itu.
“Papa gak mau pindahkan Kakak ke sini aja apa, Pa? Ara kangen sama Kakak,” lanjut Naura pada Pak Ilham.
“Kalau Kakak mau, Papa bisa kok pindahkan Kakak kapan aja, tapi Kakak belum minta, ya mana bisa Papa pindahkan. Kakak kamu bisa ngamuk,” kata Pak Ilham membuat Naura sedikit kecewa.
‘Hem, gak papa lah, yang penting Kak Iyel datang wisuda gue,’
**