Bab 2 Bertemu dan Kenal
Bab 2 Bertemu dan Kenal
Naura POV
Halaman samping kafe yang tidak banyak dikunjungi oleh para tamu membuat gue ingin pergi ke sana. Gue melangkah dan melihat sebuah playground yang ada di halaman samping itu. Gue duduk di salah satu ayunan yang tersedia di sana.
“Di sini lebih nyaman dari pada di dalam. Ramai banget ibu-ibu kalau nggosip,” gerutu gue.
Di sini gue bisa menggerutu dengan bebas tanpa takut mama menatap tajam ke arah gue. Gerah mulai menyapa diri gue membuat gue ingin mengikat rambut gue. Gue ikat rambut gue tanpa peduli soal kerapiannya.
“Bodo amat nanti gue rapiin lagi kalau mau masuk ke dalam,”
Gue melihat ke arah sebuah pintu yang menghubungkan halaman samping dengan area indoor tanpa sengaja. Gue menangkap sosok pria yang terlihat sedang memperhatikan gue. Sejenak gue menepis perasaan yang terlalu percaya diri ini.
‘Ya Tuhan itu manusia kah? Kok tampan sekali? Siapa dia ya?’ batin gue memuji ketampanan pria itu. Wajahnya memang tidak mengecewakan untuk dilihat. Saat gue lihat dia mendekat gue hanya bisa diam dan mencoba tidak peduli. Jantung gue sudah berdebar dua kali lebih cepat. Gue sembunyikan perasaan senang gue saat dia mulai duduk di samping gue.
‘Ternyata seperti ini rasanya duduk di samping cowok tampan yang buat deg-degan’ batin gue terus menerus mengoceh sejak melihat sosoknya tadi. Kita hanya saling diam dan sesekali gue lihat dia dari ekor mata gue.
“Lo kenapa ada di sini? Kenapa enggak di dalam aja?”
Mendengar suaranya membuat gue ingin berteriak histeris. Suara beratnya cukup membuat gue melupakan para bias gue di korea. Gue mencoba biasa saja dan menoleh ke arahnya yang terlihat sangat tampan saat di lihat lebih dekat seperti ini. Gue pun menjawab pertanyaannya dengan jawaban wajar dengan wajah datar gue mencoba menyembunyikan ekspresi senang gue.
“Karena gue suka di sini. Lo sendiri kenapa di sini?” tanya gue.
“Bosan di dalam” jawabnya.
Gue hanya mengangguk mendengar jawabannya. Gue sudah enggak tahu harus bersikap seperti apa sama dia. Gue memejamkan mata dan mengayunkan ayunan yang gue duduki. Gue merasakan angin yang yang menerpa wajah gue, di sela itu gue merasa dia memperhatikan gue. Gue intip sedikit dari ekor mata gue dan benar saja dia sedang menatap gue dengan lekat.
“Ngelihatnya gak usah begitu, takut ada ibu-ibu salah paham kalau tahu,”
Gue pecahkan keheningan dengan mengatakan hal yang membuat dia terkejut dan mencoba biasa saja. Gue menahan tawa melihat ekspresinya yang seperti penjahat tertangkap basah. Gue tetap memejamkan mata mencoba biasa saja.
“Nama lo siapa?” tanyanya membuat gue menghentikan ayunan gue. Gue lihat dia mengulurkan tangannya menunggu respon gue. Tatapan mata kita bertemu dan dia tersenyum.
‘Ya Tuhan, dia adalah makhluk dengan tingkat kesempurnaan mendekati batas. Apa dia dewa?’ puji gue dalam batin. Gue menyadarkan diri dan meraih tangannya dengan memberikan sebuah senyuman di wajah gue.
“Naura,” jawab gue sambil menyalami tangannya.
“Nama yang bagus,” ucapnya
‘Tolong gue melayang di puji seperti itu,’ batin gue menjerit setelah mendengar dia memuji nama gue. Baru nama gue yang di puji aja sudah melayang banget gue.
“Gue Mario.” Saat dia menyebutkan namanya, dia tak lupa menambahkan senyum di wajahnya yang buat gue sangat ingin waktu ini berhenti sejenak. Bisakah?
“Oke salam kenal ya”
Tangan kami pun saling melepaskan dan dia masih setia duduk disamping gue. Gue pun tak mempemasalahkan, secara cowok tampan duduk disamping gue gitu loh. Tak lama setelah perkenalan kami, dia pamit dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam cafe.
Gue lihat dia pergi dengan perasaan sedikit kecewa gue tersenyum
melihat punggungnya makin menjauh. Hari ini sudah menjadi sangat sedikit
menyenangkan buat gue. Bagaimana tidak menyenangkan, jika hari ini gue berkesempatan melihat dan berkenalan dengan makhluk Tuhan yang mendekati sempurna di mata gue.
-Naura POV END-
***
Gadis cantik dengan dress berwarna maroon ini berjalan mendekati sekumpulan wanita cantik yang sedang berbincang. Senyum selalu dibubuhkan di wajahnya saat seseorang dari kumpulan itu menatapnya.
“Sini sayang,” suruh seorang wanita yang memakai baju senada dengannya dan berada di antara perkumpulan itu. Gadis itu pun melebarkan langkahnya untuk mendekati wanita yang di panggil ‘mama’ itu. Saat berada di samping wanita itu, wanita itu langsung merangkul tubuh putrinya.
“Perkenalkan, ini Naura anak aku,” kata Bu Rani memperkenalkan putrinya pada teman-temannya.
“Waah, Rania, ternyata anak kamu cantik sekali. Bolehlah daftarkan jadi menantuku,” sahut salah satu teman Bu Rani yang berada tepat di hadapan Naura. Gadis itu hanya bisa tersenyum canggung mendengar percakapan para wanita ini.
“Eits, kalau itu sudah gak bisa. Rania sudah punya kontrak nih sama aku. Gimana dong?” balas wanita di samping Naura. Naura hanya menatapnya dan tersenyum tanpa minat menjawab.
“Tenang Ta, kalau itu bisa di atur. Dia aja masih sibuk sama skripsi yang dia kerjakan sekarang,” kata Bu Rani pada wanita di samping Naura itu.
Naura mulai bosan dan semakin mendekat ke arah mamanya. Naura hanya mendengarkan pujian dan godaan dari para wanita yang ada di dekatnya. Naura mulai mendekatkan bibirnya ke telinga mamanya.
“Ma, mama masih lamakah? Ada yang harus Ara kerjakan. Besok Ara sudah harus bimbingan,” bisik Naura pelan pada Bu Rani. Wanita itu mengangguk mengerti dan merangkul putrinya lebih erat.
“Oh ya sudah, aku duluan dulu ya. Ada urusan mendesak nih. Nanti kita kumpul lagi aja, Ta. Aku duluan ya,” pamit Bu Rani pada teman-temannya. Naura menyalami ibu-ibu yang ada di sekitaran Bu Rani dan pamit pulang.
“Mari tante, Naura sama mama pulang dulu. Terima kasih sudah undang Naura sama mama,” pamit Naura yang keluar bersama mamanya setelah semua menjawabnya.
Naura dan mamanya pun pulang dengan menaiki taxi yang kebetulan lewat depan kafe. Bu Rani tidak banyak bicara dalam perjalanan pulang. Perasaan Naura menjelaskan bahwa, akan ada saatnya mamanya akan mengomel. Bukan sekarang, mungkin nanti.
Benar saja yang di duga Naura dan ini saatnya. Setelah perjalanan yang cukup memakan waktu, Naura sampai di dalam rumah dan Bu Rani mulai mengomel karena Naura yang mengajak pulang terlebih dahulu. Naura hanya duduk dan mendengarkan saja semua yang di keluarkan oleh mamanya itu.
“Kamu ini, mama minta kamu temani mama malah ajak pulang dulu. Mama kan jadi gak enak sama yang lain karena habis makan malah pulang,” omel Bu Rani.
“Ara ‘kan sudah temani mama. Ara juga harus urus tugas akhir Ara, mama. Masa mama mau sih anaknya enggak lulus-lulus? Ara ‘kan mau segera lulus dan cari pekerjaan, mama. Lagi ‘kan mama di sana juga bisa-bisanya lama sekali. Ara sampai lelah menunggu mama. Sudah Ara mau istirahat dulu, Ara harus bimbingan besok, jangan marah terus,” sahut Naura sambil mencium pipi mamanya dan berlalu ke kamarnya.
Di kamarnya, gadis ini tanpa mengganti bajunya terlebih dahulu langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur dan memejamkan matanya sebentar. Naura menoleh ke arah meja belajarnya dan melihat tumpukan kertas juga laptop yang belum sempat dia tutup, hanya dia matikan saja.
Ingin rasanya dia bangkit dan mengerjakan apa yang belum selesai. Tapi apa daya, acara hari ini sungguh menguras tenaganya meski hanya diam saja. Mamanya yang terlalu asyik dengan teman lamanya membuatnya bosan. Naura kembali memejamkan matanya, karena rasa lelah yang di rasakannya, gadis itu dengan cepat tertidur pulas.
**