Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

8

Empat hari berlalu. Bayu dan Rissa belum berbaikan. Keduanya masih diam-diaman satu sama lain. Alexa sudah meminta keduanya untuk berbaikan, namun mereka tetap bersikap demikian. Alexa tak bisa dan tak mau memaksakan kehendaknya pada kedua temannya itu. Alexa berpikir untuk membiarkan keduanya berbaikan atas kemauan dan keputusan mereka sendiri.

Unfortunatelly, Bayu dan Rissa tergabung dalam satu kelompok untuk tugas Ekonomi. Alexa kini menjadi semakin geram dengan tingkah keduanya.

Saat istirahat pertama.

"Al, tolong kasih tahu ke teman sebangkunya Andra kalau bagian dia harus diperbaiki, karena beberapa materi masih belum dibahas dan ada yang sebenarnya gak perlu dibahas tapi malah dibahas. Jadi butuh perbaikan." Kata Rissa pada Alexa yang duduk di sampingnya. Rissa menunjukan ekpresi kesal yang menggemaskan.

"Males. Ngomong sendiri, gih. Posisi duduk kamu lebih dekat." Jawab Alexa.

"Al, please." Rissa memasang muka memelas. Ia memanyunkan bibirnya.

Alexa menghela nafas, ia bangkit dan menghampiri Andra serta Bayu di kursinya.

"Bayu, bagian lo harus direvisi, banyak materi yang masih keliru." Kata Alexa.

"Al, bilang ke temen sebangku lo, ini juga lagi gue kerjain. Dia udah ngasih tahu gue lima kali. Gue gak budek, dan gue gak pikun." Jawab Bayu sambil memperbaiki posisi kacamatanya. Ia lalu membuang muka ke arah lain.

"Resek." Alexa kemudian berbalik dan menyampaikan sesuai dengan apa yang Bayu katakan pada Rissa.

"Al, bilang ke dia kalo itu kudu' diselesaiin sebelum minggu depan. Kalo gak awas aja!" Rissa menyuruh Alexa kembali menyampaikan pesannya pada Bayu. Padahal Bayu sendiri dapat mendengar itu karena Rissa mengucapkannya dengan lantang.

"Yaaaaahhh, mulai lagi, deh!" Keluh Dwi.

"Itu mereka betah amat bertingkah kayak gitu. Kayak anak kecil aja. Ampun, deh!" Sahut Grace.

Teman-temannya yang lain hanya menghela nafas dan merasa lucu dengan tingkah Bayu dan Rissa. Mereka tidak mau berbicara satu sama lain, malah menjadikan Alexa sebagai kurir penyampai pesan.

Ice girl kok polos? Ada-ada aja. Imut. Andra hanya tersenyum, dalam benaknya ia merasa Alexa itu imut.

"STOP IT! Both of you, follow me! Right now!" Alexa memukul meja dengan cukup keras. Sambil menunjuk Bayu dan Rissa bergantian. Teman-temannya, termasuk Bayu dan Rissa terdiam. Alexa lalu melangkah keluar. Rissa dan Bayu mengikutinya dari belakang.

Bimo, Radith, Grace, dan beberapa anak lainnya menebak Alexa akan membawa mereka ke belakang gedung kelasnya. Banar saja, kini mereka bertiga di sana. Beberapa anak memerhatikan mereka melalui jendela dari atas. Ya, ruang kelas mereka ada di lantai dua.

"Tell me, what do you really want? Both of you." Ucap Alexa sesaat setelah sampai di belakang kelas. Ia tetap pada ekspresi datarnya dan nada bicaranya yang dingin.

Bayu dan Rissa hanya terdiam. Alexa kesal.

"Hey, do you guys wanna die?" Alexa menyilangkan tangannya di dada, ia menatap tajam pada Rissa dan Bayu.

Bayu dan Rissa merasa terintimidasi dengan tatapan itu.

"GAK!" Teriak Rissa dan Bayu spontan secara bersamaan.

"Ngapain lo ikut-ikutan? Itukan perkataan gue! Dasar taik kucing!" Rissa lalu mengumpat kesal pada Bayu.

"Gua gak ikut-ikutan! Namanya juga reflex! Dasar cewek tomat!" Bayu membalas dengan mengejek Rissa. Ia menamai Rissa 'cewek tomat' karena saat marah, Rissa akan mengembungkan pipinya dan pipinya akan memerah.

"Apaan!? Cewek tomat 'pala lu peyang, hah! Dasar cicak!" Rissa bercakak pinggang menantang Bayu. Di matanya Bayu seperti cicak.

Alexa merasa geram.

"Guys, stop it!" Alexa berusaha mengehentikan perdebatan kekanakan yang terjadi antara Bayu dan Rissa. Namun tak berpengaruh, keduanya terus saling melempar ejekan-ejekan.

"Dasar taik kucing lo!" Kata Rissa.

"Lo taik cicak!" Balas Bayu.

"Dasar cowok dodol!"

"Lo cewek tomat!"

"Lo ... "

"STOP!!!" Alexa berteriak kesal. Bayu dan Rissa seketika terdiam.

Anak-anak yang semula hanya beberapa orang, kini menjadi bergerombol ingin menyaksikan apa yang terjadi. Tak terkecuali Andra. Mereka berdiri bergerombol di dekat jendela.

Alexa mulai melemaskan tulang-tulang tangannya. Ia meregangkan lehernya.

"Hehe. Al, kok ngelemesin otot? Pegel ya? Mau gue pijitin, gak? Hehe." Tawar Rissa sambil cengengesan. Ia sangat paham saat Alexa mulai betingkah seperti itu. Itu tandanya Alexa akan mulai membuat ancang-ancang untuk mengeluarkan jurus-jurus bela dirinya.

"Mampus! Alexa udah pemanasan tuh! Rasain mereka berdua." Celoteh Grace.

"Kenapa? Pemanasan apa?" Tanya Andra ingin tahu.

"Pemanasan mau ngeluarin jurus bela diri, sob! Gua gak tahu yang mana, secara Alexa menguasai tiga jenis bela diri. Hahaha." Sahut Bimo.

"Itu beneran!?" Tanya Andra tak percaya.

"Ya iyalah, lo pikir kenapa cobak, kalo Alexa ngomong kita sekelas diam, bukan cuma gara-gara dia dingin dan jutek tentunya, tapi juga ya karena hal itu. Kudet lo, Ndra!" Sambung Radith.

"Wow!" Andra kembali menatap ke arah Rissa, Bayu, dan tentunya Alexa.

Gila! Gue kira cuma si Bayu yang lebay, ternyata emang beneran, ya? She's really something! Pikir Andra.

"Cara halus atau kasar?" Tanya Alexa pada Bayu dan Rissa.

"Halus aja, Al. Hehe." Bayu cengengesan. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Yang halus aja, Al." Rissa nyengir sambil menurunkan tangan Alexa dari depan wajahnya.

"Kenapa?" Tanya Alexa singkat. Ia kembali menyilangkan tangannya di dada. Tak lupa, ekspresinya kembali datar seperti semula.

"Hah?" Tanya Bayu tak mengerti.

"Dia yang duluan manggil gua cewek bar-bar di group chat. Siapa yang gak kesel cobak!?" Jawab Rissa yang langsung paham maksud pertanyaan Alexa.

"Gue kan cuma becanda, Al. Gue dikatain taik kucing gak marah tuh. Dianya aja nih, yang baperan." Bayu membela diri.

"Ya tapikan gue gak suka, masa dia ikut-ikutan manggil gue bar-bar!? Jadi sama kayak itu si Nana cabe'! Gue gak suka!" Bantah Rissa.

"Terus?" Alexa bertanya datar.

Bayu dan Rissa diam. Tak ada yang ingin menjawab terlebih dahulu.

"Jawab sekarang atau mati?" Kata Alexa dengan nada yang sangat dingin.

"Ya namanya juga becanda, Al. Gue gak niat ikut-ikutan si Nana. Cuma kayak reflex aja, gitu. Dia juga kan sering main fisik ke gue, dicubit, dipukul, ditampol, dilemparin kotak pensil, ditabok. Makanya gue bilang dia bar-bar, bukan gegara ngikutin si Nana." Bayu kembali membela diri. Ia menunjukan ekspresi serius. Ia memang tak pernah bermaksud mengejek Rissa karena Nana, itu hanya spontan ada di pikirannya malam itu.

"Ya sorry, Bay. Gue juga cuma becanda kali. Gue mukul lo pelan, kok. Kalau sakit ya paling cuma gegara kebablasan, namanya juga emosi. Yang penting muka lo udah hancur dari sononye, jadi gak bakalan ngaruh mau gue apain juga!" Rissa meminta maaf, namun kembali mengejek Bayu.

"Lo resek banget, dah! Muka gue ini ganteng tahu! Mike Lewis dan Verrel Bramasta aja kalah ama gue!" Bayu narsis.

"Tapi, gue juga minta maaf deh, kalo bikin lo sampe tersinggung sebegitunya. Tapi gue berani sumpah! Gue gak ada niat mau ikut-ikutan si Nana! Males amat gua! Bahkan gue lupa orangnya yang mana. Jijique!" Sambung Bayu. Ia menedikan bahu sambil memeluk dirinya sendiri. Saat menyebutkan kata 'jijique', tak lupa Bayu menggunakan 'qolqolah qubra'.

"Hahaha. Apaan sih, Bay? Lebay lo! Hahaha." Rissa tertawa geli melihat ekspresi Bayu yang sangat lebay. Ia bahkan menepuk bahu Bayu pelan.

Alexa mengeluarkan half-smilenya.

"Udah, kan? Ayo balik!" Kata Alexa kemudian. Ia langsung melangkah kembali ke ruang kelas. Bayu dan Rissa sama-sama terdiam.

"Hah? Riss, itu beneran Alexa, kan?" Tanya Bayu heran.

"Ho-oh." Rissa menjawab sambil mengangguk. Namun tetap menunjukan ekspresi cengoh di wajahnya.

"Kok jadi lebih sering senyum perasaan?"

"Gak tahu." Rissa menggeleng perlahan.

"Kok jadi ... "

"Buruan!" Alexa memanggil Bayu dan Rissa untuk segera kembali ke ruang kelas. Tanpa menoleh dan terus berjalan.

"Iya!" Sahut Rissa dan Bayu bersamaan. Keduanya dengan langkah cepat segera menyusul Alexa dari belakang.

"Finish! Finally ... " Grace menghela nafas lega melihat kejadian itu.

"Apaan? Gak seru! Gak ada adegan action-nya. Cih!" Radith lalu kembali duduk.

"Lo kira film? Dodol!" Sahut Ayu.

Anak-anak XII IIS I kemudian kembali duduk di bangkunya masig-masing. Mereka telah menyaksikan adegan drammatis antara Alexa, Bayu dan Rissa. Meskipun mereka tidak mengetahui apa yang mereka bicarakan, dan tidak dapat melihat jelas bagaimana ekspresi ataupun reaksi ketiganya.

"Keren, Al! Akhirnya itu anak berdua bisa damai. Gak resek lagi. Hehe." Andra membuka percakapannya dengan Alexa. Mereka kini sedang membawa buku an tugas yang harus dikumpulkan ke ruang guru.

Ya, kini Andra sudah berani berbicara dan bercakap-cakap dengan Alexa. Secara, dia adalah ketua kelas, maka sudah seharusnya ia lebih banyak berinteraksi dengan teman-teman sekelas. Ini juga kesempatannya menjadi lebih dekat dengan Alexa.

"Biasa aja." Jawab Alexa singkat.

"Oh, gitu, ya. Tapi menurut gue keren. Thanks." Andra tersenyum tulus. Ia menatap ke arah Alexa yang ada di sampingnya.

"Buat?" Alexa bertanya. Tetap dengan ekspresi datar dan berjalan lurus tanpa memandang Andra.

"Ummm, nothing. Just ... thank you. Hehe."

"Gaje."

"Thank you for everything." Andra tersenyum tulus.

"Mm." Alexa hanya meresponnya dengan sangat singkat.

"Kak Alexaaaa..." Panggil salah seorang siswi kelas X. Ia ngefans pada Alexa. Alexa hanya mengangguk pelan sebagai respon. Namun tetap terus berjalan.

Mereka sampai di ruang guru. Alexa meletakan lembaran tugas di meja Bu Retno. Andra meletakan buku-buku paket pelajaran tepat di sebelahnya. Mereka lalu keluar dan berjalan menuju ke ruang kelasnya kembali.

Saat keduanya sedang berjalan kembali menuju ke ruang kelas, beberapa anak dengan sengaja menyenggol Alexa. Tepat, itu teman-teman Nana, Mary dan Jessy.

"Ooopps! Sorry, gue pikir tembok. Hihihi." Mary menertawakan Alexa.

Alexa tak menanggapinya. Ia hanya terus berjalan.

"Sok beut! Pasti lagi modusin si murid pindahan itu! Dasar! Kegatelan!" Mary mulai mengejek Alexa. Alexa tak memedulikannya.

"Iyalah! Sama kayak temennya yang bar-bar itu! Keganjenan! Dasar! Cewek murahan!" Sahut Jessy yang malah membawa-bawa nama Rissa.

Alexa menghentikan langkahnya. Ia berbalik menatap kedua orang yang sedari tadi berusaha memancingnya.

Andra ikut berhenti. Ia hanya menatap Alexa, ia takut Alexa marah.

"Apa!? Lo pikir kita bakalan takut sama lo!? Dasar pecicilan!" Tantang Jessy.

Alexa menatapnya datar.

"Apaan sih!? Bisu, lo!? Balik aja ke temen lo yang bar-bar itu! Huss!" Mary mengusir Alexa dengan tangannya.

"Stop." Kata Alexa datar.

"Kalian jangan bikin masalah! Ke kelasmu aja sana!" Andra berusaha mengusir Jessy dan Mary agar tak membuat masalah dengan Alexa.

"Lo gak usah ikut campur! Murid pindahan aja sok!" Bantah Jessy.

"Kenapa? Marah gegara temen lo dihina? Temen lo itu emang pantes dihina! Berani-beraninya dia bikin masalah sama Queen Nana. Dasar kumpulan pecundang! Gak pada punya otak!" Sambung Mary.

"Gue bilang, berhenti." Kata Alexa, masih dengan ekspresi dan intonasi datarnya.

"Terus kalau gue gak mau kenapa? Sialan!" Tantang Jessy.

Alexa berjalan mendekati Mary dan Jessy. Andra hanya mengikuti dari belakang.

"Hina gue. Terserah. Jangan Rissa." Kata Alexa memperingatkan Jessy dan Mary.

"Uuuuuuhhh, atutt!" Kata Mary dengan ekspresi dan nada mengejek.

Jessy mendorong bahu Alexa.

"Gak usah sok! Gak usah berasa kecakepan!" Sambungnya.

"Don't touch me, if you don't wanna die." Kata Alexa memperingatkan.

"So? Gue harus takut sama lo, gitu? Hah? Hah? Hah? Sialan!" Jessy terus-menerus mendorong bahu Alexa.

"Stop! Lo gak usah bikin ulah, ya!" Teriak Andra sembari menyingkirkan tangan Jessy dari Alexa.

Jessy kemudian mendorong Andra dengan kedua tangannya. Cukup keras hingga Andra hampir terjatuh karena kehilangan keseimbangan. Namun ia berhasil mengembalikan keseimbangannya.

"Rasain! Kenapa? Ice girl marah, ya? Pangeran kesiangannya didorong? Marah? Hah?" Jessy kembali mendorong bahu Alexa.

Alexa tak dapat lagi menahan emosinya. Ia menarik tangan Jessy lalu memelintirnya ke belakang, hingga badan Jessy ikut berbalik.

"Aaaahh! Sakit!" Rintih Jessy kesakitan.

"Al!" Andra berusaha menghentikan Alexa. Alexa lalu menatapnya tajam, Andra pun megurungkan niatnya.

"Cewek gila! Lepasin tangan Jessy sekarang!" Mary ikut-ikutan ingin mendorong Alexa. Dengan cekatan Alexa menampisnya dan kembali memelintir tangan Mary, sama seperti yang ia lakukan pada Jessy.

"I've told you, you touch me, you die!" Kata Alexa dengan nada bicara yang dingin. Ekspresinya tetap datar seperti biasanya. Namun kali ini tatapannya sangat tajam, menunjukan kalau ia sedang marah. Andra tak tahu harus bagaimana.

"Sialan! Lepasin tangan kita!" Mary dan Jessy berusaha membuat Alexa melepaskan tangan mereka, namun hasilnya nihil. Alexa sangat kuat, bahkan semakin erat meremas tangan keduanya.

"I'll tell you, don't disturb me, if you don't wanna die!" Ancam Alexa pada Jessy dan Mary dengan intonasi yang tegas dan dingin, penuh penekanan yang mengintimidasi. Ia lalu mendorong keduanya hingga hampir tersungkur ke lantai. Alexa kemudian berbalik, melangkah kembali menuju kelasnya, bersikap seakan tak ada yang terjadi. Andra hanya mengikutinya dari belakang.

"Sialan! Dasar anjing! Tangan gue sakit banget!" Mary mengumpat pelan pada Alexa.

"Iya, nih. Kita harus laporin masalah ini ke Queen. Jangan sampe dia berasa hebat." Jessy mengiyakan perkataan Mary sambil mengelus tangannya yang kesakitan. Keduanya lalu berjalan kembali ke kelasnya.

~ ~ ~

"Are you okay?" Tanya Alexa pada Andra.

"Hah? Oh, gak papa, kok. Tenang aja." Jawab Andra sambil tersenyum kaku.

"Ok." Sahut Alexa singkat.

"Lo sendiri gak papa? Tadi lo didorong-dorong, kan?" Tanya Andra kemudian.

"Ya. No problem." Jawab Alexa.

Andra terdiam. Ia tak tahu lagi harus berbicara apa. Keduanya kini hanya berjalan dengan diam menuju ruang kelasnya. Suasana canggung.

"Al! Dari mana? Kok gue gak diajak?" Sapa Rissa saat melihat Alexa masuk kelas.

"Ruang guru. Lo gak ada." Jawab Alexa. Singkat dan padat seperti biasanya.

"Ooohhh. Andra juga dari mana? Kok masuknya barengan? Kalian abis berduaan, ya? Ecieeee...." Canda Rissa sambil tersenyum lebar tanpa mengetahui apa yang baru saja terjadi.

"Dia ketua kelas." Kata Alexa.

"Terus?" Tanya Rissa.

"Gue juga harus ngumpulin tugas kalian dan ngembaliin buku paket ke mejanya bu Retno, Riss." Sahut Andra sambil tersenyum.

"Ooooooohhhhh.... Udah, duduk, yuk!" Rissa mengangguk. Ia lalu merangkul tangan Alexa dan mengajaknya duduk ke kursinya. Alexa menurut dengan diam.

Andra juga kembali duduk ke kursinya.

"Bayu mana, ya?" Tanya Andra pada teman-temannya di kelas.

"Paling lagi di kantin." Sahut Bian yang duduk tepat di belakang Andra.

"Atau palingan lagi boker tuh anak! Hahaha." Sambung Rissa. Anak-anak lain hanya tertawa mendengarnya. Alexa tersenyum tipis.

"Apaan? Masa' cowok ganteng 'kek gue kerjaannya cuma boker? Ngaco lo Riss!" Kata Bayu yang tiba-tiba ada di depan pintu kelas.

"Ecieeee, yang udah baikan. Jangan-jangan, nih! Hahaha." Ejek Radith melihat Bayu dan Rissa yang sudah kembali seperti sebelumnya, easy going dan ceplas-ceplos.

"Apaan sih, Dith? Gaje." Bayu menjawab ejekan Radith dengan ketus.

"Iya, tuh. Apaan, sih? Gaje." Rissa mengulangi perkataan bayu kepada Radith.

"Lah? Sans, woy! Malah pada nyerang gue. Iya deh, gue diem. Huh!" Kata Radith.

"Ekheeemmm, tanda-tanda, nih!" Kata Bian kemudian.

"Apanya?" Kata Rissa dan Bayu bersamaan sambil menoleh ke arah Bian.

"Yaaaaaaa, gitu deeeehh! Hehe." Kata Bian sambil cengengesan.

"Gaje." Kata Rissa dan Bayu bersamaan.

"Apaan sih, Riss? Kok ngikutin perkataan gue mulu? Gak kreatif!" Kata Bayu kemudian sambil memanyunkan bibirnya pada Rissa.

"Gue? Ngikutin elo? Najis! Kurang kerjaan amat idup gue kalo sampe ngikutin elo! Gak usah GR!" Jawab Rissa sambil menjulurkan lidahnya pada Bayu.

"Siapa yang GR? Itu emang faktanya, kalo elo dari tadi ngikutin omongan gue! Dasar cewek, gak kreatif!"

"Enak aja! Emang itu kalimat elo yang bikin? Hah? Narsis banget!"

"Bukan narsis, gue kan ganteng, jadi banyak yang naksir. Jangan sampe lo juga naksir gue! Ogah!"

"Idih! Males banget gue! Ngapain juga gue naksir sama lo? Kayak gak ada yang bagusan aja. Model kayak lo itu cocoknya jadi supir pribadi gue aja, tahu!"

"Kenapa? Biar bisa diantar-jemput dan ngeliat muka gue tiap hari, ya? Modus amat lo, mah!"

"Ih! Najis! Wleee." Rissa menjulurkan lidahnya.

Krek. Krek. Alexa melemaskan jari-jarinya.

"Berantem? Mati." Kata Alexa kemudian.

"Woy, sans Al. Kita cuma becanda kali. Serius amat jadi orang. Kita cuma main-main, kok. Iya kan, Bay?" Rissa cengengesan lalu menoleh member isyarat pada bayu.

"Iya! Betul kata Rissa! Kita cuma becanda kok, Al! Sans, gak usah dibawa serius. Hehe." Sahut bayu paham isyarat yang diberikan Rissa.

Wow! Dia gampang banget bikin Bayu dan Rissa diam. Padahal kalo gue yang nyuruh diam bakal dibantah terus. Padahal gue ketua kelasnya, tapi kenapa malah pada takutnya ama Alexa, ya? Kesian amat gua. Inilah nasib jadi ketua kelas yang ternistakan. Ngenes banget, dah. Batin Andra sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil menunjukan ekspresi yang ... 'kecut' (?).

"Don't disturb me,

If you don't wanna die!"

(Alexa Aurelia).

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel