Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

6

"Nah, anak-anak. Sekarang seperti yang bapak bilang kemarin, kita akan menentukan pengurus kelas baru melalui pemungutan suara, alias vote. Ok?" Kata pak Ahyar pada siswa-siswanya di kelas XII IIS 1.

"Iya, pak." Jawab anak-anak serempak.

"Alexa, coba kamu ke sini. Tolong bagikan kertas-kertas ini ke teman-teman kamu! Satu orang satu." Titah pak Ahyar pada Alexa yang langsung melakukannya.

"Nih." Alexa membagikan satu persatu pada teman-temannya.

"Sudah, pak." Alexa melaporkan tugasnya yang telah selesai pada pak Ahyar.

"Kamu udah ambil juga, satu?" Tanya pak Ahyar yang melihat Alexa mengembalikan potongan kertas yang lebih ke meja guru.

"Belum, pak." Jawab Alexa.

"Loh? Kenapa gak diambil?" Tanya pak Ahyar heran.

"Belum disuruh sama bapak."

"Kan tadi udah saya suruh ambil." Bantah pak Ahyar.

"Bapak cuma nyuruh bagiin ke teman-teman yang lain" Jawab Alexa terus terang.

"Hahahahaha..." Teman-temannya menertawakan Alexa.

Alexa menoleh. Ia menatap teman-temannya bingung.

Ice girl? Innocent, banget. Batin Andra sambil menatap Alexa.

"Haduuuuh! Ini, anak. Kamu ini maunya apa, sih? Tampang aja nyeremin, aslinya dalamnya masih putih. Sudah! Ini ambil!" Kata pak Ahyar sambil menyodorkan sepotong kertas kosong pada Alexa.

Alexa hanya menerima kertas itu dengan diam. Ia menunduk sebagai tanda hormat, lalu kembali ke kursinya.

"Sekarang, tulis nama orang yang kalian pilih untuk menjadi ketua kelas, kita. Satu orang satu, ya! Jangan curang!" Perintah pak Ahyar.

"Loh? Pak? Kita harus milih siapa di antara siapa? Kandidatnya aja belum ditentuin, pak!" Protes Bayu.

"Hah? Oh, iya juga, ya. Maaf, maaf, bapak lupa. Ayok, siapa yang mau jadi calon?" Tawar pak Ahyar kemudian.

"Alexa aja, pak!" Rissa mengacungkan jari memberi usul.

Sahabat kalengan. Batin Alexa. Ia menatap tajam pada Rissa. Rissa tak memedulikannya dan membalas Alexa dengan senyuman lebar yang terukir di wajahnya.

"Kak Alexaaaaaa..." teriak seorang siswa dari luar kelas yang berlari memanggil nama Alexa, untuk kesekian kalinya.

"Haduuuuh! Ribut bener! Alexa, urusin itu fans kamu! Kerjaannya bikin keributan aja tiap hari." Kata pak Ahyar geram.

"Saya gak kenal mereka, pak." Sahut Alexa terus terang.

"Heh! Dasar kids jaman now! Ayo lanjut, siapa yang mau nyalon?" Kata Pak Ahyar kemudian.

"Andra, pak!" Usul Bayu kemudian.

"Loh? Kok gue?" Protes Andra pada Bayu.

"Gak apa. Sama-sama." Bayu cengengesan.

Apaan? Gue gak bilang terimakasih, dodol! Gue gak minat jadi pengurus kelas. Batin Andra. Ia menatap Bayu kesal.

"Ada yang lain?" Tanya pak Ahyar setelah menuliskan nama Alexa dan Andra di papan tulis.

"Bayu, pak!" Usul Bimo.

"Dwi!" Usul yang lain.

"Rissa juga boleh!" Sahut yang lain.

"Gak mau, pak!" Dengan cepat Rissa menolak.

"Sandra, aja!" Usul Dwi.

"Baik. Sekarang kalian tenang dulu. Sudah diputuskan, kandidatnya ada 4 orang. Alexa, Andra, Sandra dan Dwi. Sekarang kalian tulis salah satu nama kandidat yang ingin kalian pilih sebagai Ketua Kelas, dan seterusnya. Buruan!" Titah pak Ahyar.

"Baik, hasilnya adalah : Andra sebagai Ketua Kelas yang baru, Alexa wakilnya, Dwi jadi sekretaris, dan Sandra jadi bendahara. Udah selesai, kan? Pengurus kelas pasti udah tahu dong, tugas-tugasnya? Jadi bapak gak perlu lagi menjelaskan. Kalian atur aja, kerjasama, ya!" Kata pak Ahyar saat mengumumkan hasil pemilihan tersebut.

~ ~ ~

Waktu istirahat.

"Al, sekarang tugas lo adalah ngajak Andra tour keliling sekolah, biar dia tahu sudut-sudut serta fasilitas apa aja yang ada di sekolah ini! Nih anaknya! Gue oper ke elo!" Kata Bayu pada Alexa yang duduk sendirian. Rissa sedang ke kantin membeli snack.

"Lo apaan, sih, Bay? Enak aja main oper-oper, emangnya gue bola?" Protes Andra.

"Ogah." Jawab Alexa dengan malas.

"Diam!" Bayu menenagkan Andra.

"Lo harus, Al! Dia ketua kelas, dan elo wakilnya. Jadi ini udah tanggungjawab lo! Gak lucu kalau ketua kelas gak tahu dan gak kenal lingkungan sekolah." Sambung Bayu sambil menatap Alexa dengan serius. Sok serius lebih tepatnya.

"Males." Jawab Alexa.

"Gak bisa gitu, Al! Gue laporin ntar ke pak Ahyar!" Bayu berusaha mengancam Alexa.

"Ok. Laporin, gih! Sekalian ingetin pak Ahyar juga kalau seharusnya hari ini kamu dihukum!" Alexa kembali menantang Bayu.

Bayu melongo. Andra hanya tertawa geli.

"Iiih, Alexa, mah. Gue cuma bercanda, kaliiii! Serius amat, jadi orang." Bayu cengengesan.

"Oh." Jawab Alexa.

"Tapi ayo, dong, Al! Kasian nih si Andra, dia ngerengek ke gue minta dianterin tour sekolah, tapi lo tahu sendiri, kan, gue itu sibuk? Ya? Ya? Ya?" Rengek Bayu.

"Apaan? Kapan gue ..." Andra hendak memprotes perkataan Bayu. Namun Bayu langsung dengan sigap membungkam mulut Andra dengan tangannya.

"Gak." Jawab Alexa ketus.

"Aaaallll, gue minta tolong, nih!" Bayu masih berusaha meyakinkan Alexa.

"Haaaahhh... ok. Sebelum pulang." Alexa menghela nafas. Ia mengalah, karena akhirnya Bayu menggunakan kata 'tolong'.

"Yes! Gitu dong, bosque! Gue ke kantin dulu, yak! Babay!" Bayu menjauh sambil melambaikan tangan. Andra menatapnya kesal. Namun dalam hati ia bersyukur

"Sama-sama!" Teriak Bayu sebelum benar-benar hilang dari pandangan Andra.

Gue tuh, ya, emang teman yang baik! Sangat peka-an orangnya! Calon suami idaman banget! Good luck, Ndra! Pikir Bayu sambil berjalan dengan tersenyum riang menuju kantin.

~ ~ ~

"Dari situ sampe sana, ruang kelas. Tepatnya kelas X. Lima ruang di atas kelas yang jurusan IPA, lima ruang yang di bawah yang IPS. Lurus, belok kanan di situ, toilet. Toilet tersedia masing-masing tiga di setiap gedung. Kalo mau liat, liat sendiri. Yang itu ruang guru. Ada tulisannya. Ruang Kepala Sekolah. Ruang Wakepsek. Kelas XI ada di gedung yang bagian sana. Sama kayak yang kelas X, lima kelas IPA, lima kelas IPS. Yang kelas XII gak usah gue jelasin. Lo sendiri harusnya udah tahu. Ada enam ruang kelas yang jurusan Bahasa. Karena peminatnya dikit, jadi terbatas. Masing-masing kelas X, XI, XII. Ada tulisannya. Baca aja. Kantin, you must know where is it, right? I don't have to tell you. Di sana ruang Tata Usaha, ada tulisannya. Yang ini UKS. Tahu UKS, kan? Yang itu ruang olahraga, kalau materi olahraganya butuh indoor, kita pakai ruangan itu. Lo bisa liat sendiri, itu lapangan basket, lapangan footsal, lapangan volley, lapangan tenis. Di bagian belakang ruang olahraga ada dua kolam renang, nanti kalau mau lo bisa liat sendiri. Ini ruangan-ruangan laboraturium. Lo bisa baca sendiri. Udah itu aja. Lo tahu sendiri aulanya di mana. Kalau mau yang lebih lengkap, buka website sekolah, lo baca di situ. Lengkap sama gambar dan penjelasannya. Udah, gitu aja. I have to go. Bye." Panjang-lebar Alexa menjelaskan pada Andra ruangan-ruangan yang ada di sekolah. Sebenarnya, daripada menjelaskan, Alexa hanya menunjuk dan memberitahukan nama-nama ruangan tersebut. Andra hanya mengikutinya dengan diam. Tak berani berbicara. Juga karena tidak ada kesempatan. Itu adalah kalimat terpanjang dari Alexa. Tak ada celah untuk Andra memotong atau bertanya. Alexa kemudian lagsung melangkah pergi. Menyusul Rissa ke kantin.

"Huh! Wow! Kalau ada Bayu pasti dia bakalan shock, deh! Jamin! Ok, sekarang nyusul Bayu aja ke kantin. Tapi kantin di mana, ya? Oh, di sana!" Andra segera melangkah dengan cepat untuk menceritakan pengalaman 'unik'-nya barusan.

~ ~ ~

"Dasar cewek bar-bar! Kalau jalan pakek mata, dong! Lo gak liat gue lagi jalan!?" Bentak Nana pada Rissa yang tak sengaja menabraknya sehingga membuat bajunya basah ketumpahan minuman Rissa.

"Woy! Sans, aja, dong! Di mana-mana tuh orang jalannya pakek kaki, bukan pakek mata, goblog! Lagian tadi lo yang nabrak gue!" Rissa membalas dengan ikut membentak.

"Dasar cewek bar-bar! Sialan, lo! Udah jelas-jelas salah, gak mau ngaku lagi! Lo pikir gue takut sama, lo!? Hah!? Gak usah bertingkah, deh!"

"Enak aja! Siapa yang bar-bar, hah!? Dasar cewek cabe! Baju lo kekurangan bahan atau apa!? Puser ampe menonjol gitu! Dasar cabe! Lo pikir gue takut ama orang kayak elo!? Gak!"

"Eh, anjing! Ini namanya fashion, tahu! Lo aja yang kudet! Lagian siapa juga yang bakal takut sama lo!? Lo gak level sama gue!" Nana bercakak pinggang.

"Iya! Emang gak level! Level lo ada jauh di bawah gue! Di telapak kaki gue, nih!" Rissa menunjuk telapak kakinya, lalu membantingkannya ke lantai.

Kini mereka berdua menjadi pusat perhatian. Namun tak ada satupun yang berusaha melerai. Mereka hanya memerhatikan. Keadaan kantin kini tidak ramai. Karena sekarang sudah waktunya pulang. Hanya tersisa beberapa anak yang masih di kantin.

"Anjing! Rasain, nih!" Nana mengambil segelas air yang ada di sampingya dan menyiramkannya ke wajah Rissa.

Rissa tak terima. Ia juga meraih sebotol saus dan menyemprokannya ke rambut dan wajah Nana.

"Rasain!" Ejek Rissa kemudian.

"Aaaahhhh! Mata gue! Mata gue perih! Aduuh!" Nana mengucek-ngucek matanya. Berusaha menyingkirkan saus yang ada di wajahnya.

"Rissa! Ada apaan, nih? Kamu berantem?" Tanya Bayu. Ia menjadi orang pertama yang berani angkat suara melihat kejadian itu.

Anak-anak lain bukannya tidak peduli, hanya saja mereka tidak berani dan tidak mau ikut campur dalam masalah.

Secara, Rissa adalah teman dekat Alexa yang disegani oleh satu sekolahan, sedangkan Nana sendiri adalah anak perempuan yang terkenal dengan kenakalan dan pembully-an yang sering ia lakukan. Tak ada guru-guru yang mengetahuinya, karena tak yang berani melaporkannya, selain karena takut terkena bully-an dari Nana and the genk, ayah Nana juga merupakan seorang Jaksa. Mereka tidak mau mengambil resiko dan terlibat dalam masalah hukum. Tentu saja, ayah Nana tidak mengetahui kelakuan puterinya di sekolah.

Nana memang pandai bermain sandiwara. Di depan orang tuanya ia bersikap sangat manis dan sopan. Namun sifatnya berubah 1800 saat orang tuanya tidak ada.

"Ya ampun! Queen, lo gak papa? Sini-sini gue bantuin!" Jessy dan Mary, teman Nana datang untuk membantunya.

"Eh, Rissa! Berani-beraninya loe bikin ulah sama Queen! Lo mau mati, hah!?" Ancam Jessy pada Rissa setelah membantu membersihkan wajah Nana dengan tissue.

"Apa!? Emang gue takut!?" Rissa menantang dengan menaikan dagunya.

"Kurang ajar, lo! Queen sampai kesakitan gini, dasar cewek bar-bar!" Sambung Jessy.

"Bodo'! Kalo gue bar-bar emang kenapa? Gak ada urusannya sama cabe kayak lo pada!" Rissa menjawab dengan lantang.

"Dasar sialan! Sini lo! ... " Nana hendak menjambak rambuk Rissa, namun segera ditahan oleh Bayu.

"Oh, wow! Sans, gak usah main fisik, kaleee. Gue gak tahu permasalahannya apaan, tapi mendingan kalian damai dan maaf-maafan, deh. Kalo gak, nanti urusannya bakal panjang." Kata Bayu cepat setelah dengan sigap menahan tangan Nana. Ia berusaha mendamaikan kedua belah pihak.

"Eh, mata empat! Lo gak usah ikut campur, ya! Sialan!" Nana menghempaskan tangan Bayu yang memegang pergelangan tangannya.

"Singkirin tangan, lo! Jijik gue! Najis!" Sambung Nana dengan menghina Bayu.

Rissa kembali kesal.

"Eh, cabe! Yang ada juga Bayu yang jijik harus nyentuh elo!" Balas Rissa tak terima.

"Bayu! Abis ini lo harus mandi kembang tujuh rupa buat ngilangin virus cabe!" Sambung Rissa menoleh pada Bayu.

"Oh, o-ok." Bayu tergagap. Ia takut, karena saat ini Rissa sedang marah. Dan saat marah, Rissa bisa bermain fisik. Apalagi jika diganggu.

"Sialan!" Nana mendorong Rissa hingga hampir terjatuh. Untung Bayu secara reflex menahan tubuhnya, sehingga Rissa tidak jadi tersungkur ke lantai.

"Lo yang sialan anjing!" Rissa berusaha mendorong Nana kembali, namun ditahan oleh Bayu.

"Udah, gak usah. Nanti jadi masalah."

Alexa melihat kerumunan di kantin.

Apalagi, nih? Pikir Alexa.

"Ada apa?" Tanya Alexa pada seorang siswi di sampingnya.

"Oh, kak Alexa. Itu, ada yang berantem, kak. Cewek." Jawab anak itu.

"Oh." Jawab Alexa singkat.

"Iya, kak. Kak Rissa sama kak Nana!" Sambung anak itu.

What!? Batin Alexa. Ia segera masuk ke kerumunan, mencoba melewati anak-anak lain. Siswa-siswa yang menyadarinya langsung memberikan jalan.

"Dasar sialan! Berani-beraninya lo ngelawan gue! Lo pikir gue takut!? Lo berani berulah, gegara lo temennya Alexa, kan!? Hah! Pecundang!" Nana kembali mencibir Rissa sambil menyilangkan tangannya di dada.

"Lo gak usah bawa-bawa Alexa, ya! Awas aja kalo lo berani ngehina, dia!" Rissa tak terima.

"Terus? Emangnya kenapa? Si cewek dingin yang sok kecantikan itu emang pantes buat dihina. Lo pada ngeliat gak cara dia nolak adik kelasnya kemaren? Sok banget!" Nana sengaja memancing Rissa dengan menghina Alexa.

Alexa hanya memerhatikan dari jauh. Belum saatnya dia ikut campur.

"Iya, dong, Queen! Berasa cantik banget tuh, dia! Hihihi..." Sahut Jessy dan Mary lalu tertawa genit mengejek.

"Apa lo bilang!? Dasar cewek cabe! Alexa emang cantik! Bukan kayak elo! Sok cantik! Muka udah kayak buku mewarnai anak TK! Dasar cabe!" Rissa tak terima dengan ulah Nana dan teman-temannya yang mengejek dan menghina Alexa. Ia lalu maju dan mendorong Nana.

"Rasain, loe!" Cibir Rissa pada nana yang hampir saja terhempas ke tanah.

"Sialan! Lo ... " Nana hendak membalas Rissa. Namun ia mendengar suara seseorang menghentikannya.

"Stop!" Kata Alexa. Ia kemudian berjalan menghampiri Rissa dan Bayu.

Alexa menyilangkan tangannya di dada. Menatap lurus. Tanpa ekspresi.

"Oh! Si ganjen datang, nih! Mau sok jadi pahlawan kesiangan buat temen lo ini, hah!?" Cibir Nana melihat kedatangan Alexa. Alexa tidak membalas. Konsisten pada ekspresi datarnya.

"Sialan! Gak berani ngejawab gue, kan!? Emang dasar, kumpulan pecundang! Cupu lo semua! Loser!" Nana menunjuk ke arah Alexa, Rissa dan Bayu.

Rissa hendak membalas. Alexa menahannya.

"Balik. Ayo pulang. Lo juga, Bay." Alexa lalu melangkah pergi sambil menarik tangan Rissa agar ikut berjalan di sampingnya. Ia tidak memedulikan Nana yang teriak-teriak menghina dirinya.

"Sialan! Sok, lo! Rissa! Urusan kita belum selesai! Dasar cewek bar-bar! Ayo pergi, gengs!" Nana kembali mengancam Rissa.

"Dasar cewek hina! You just have a bad attitude, trush!" Teriak Nana untuk terakhir kali kepada Alexa dan Rissa. Ia lalu berbalik dan pergi bersama teman-temannya.

Bayu sedang terpelongo.

Dua kali? Wow! Pikir Bayu sambil menunjukan dua jarinya ke depan dengan memasang wajah tak percaya.

Anak-anak lain memandang Bayu aneh. Kerumunan itu lalu bubar.

"I don't have an attitude problem.

I just have a personality you can't handle". (Alexa Aurelia).

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel