5
Ting-tong!
Alexa menekan bel. Bi Ijah, pembantu rumah tangga keluarga Alexa membukakan pintu.
"Udah pulang, non?" Tanya Bi Ijah pada Alexa.
"Iya, Bi. Assalammualaikum."
"Eh, iya. Waalaikumussalam. Tuan mana, non?" Tanya Bi Ijah melihat Alexa sendirian.
"Balik ke kantor. Mama mana, bi?"
"Oh, nyonya sedang ke café, non. Ada yang musti diurus katanya."
Ibunda Alexa sangat suka memasak sejak muda. Berangkat dari hobinya itu, Anna, ibunda Alexa mulai serius menekuni bidang kuliner. Dan kini ia berhasil mendirikan sebuah café yang cukup terkenal.
"Oh, ya udah. Alexa masuk kamar dulu ya, Bi."
"Baik, non. Non Alexa mau dibuatin apa?"
"Gak papa. Nanti saya turun aja."
"Baik, non."
Alexa kemudian naik menuju kamarnya. Ia menyimpan tasnya dengan rapi. Seperti kata Bayu, Alexa adalah anak yang perfeksionis, walau tidak parah.
Dinding kamar Alexa dicat warna biru muda. Tidak ada poster-poster idola seperti remaja pada umumnya. Di dinding kamarnya justru tergantung sepasang pedang anggar miliknya. Selain itu, terdapat banyak piagam serta sertifikat yang pernah Alexa raih tertempel di salah satu sisi dinding.
Di samping kanan tempat tidur terdapat meja belajar dengan beberapa buku yang tersusun rapi. Terpasang pula dua buah foto dalam bingkai di meja tersebut. Salah satunya adalah foto Alexa bersama Rissa saat taman kanak-kanak, dan yang satu lagi adalah foto Alexa bersama kedua orang tua dan kakak laki-lakinya. Kakak laki-laki Alexa kini sedang berkuliah di luar negeri. S1-nya ia selesaikan di New York, Amerika. Ia lalu memeroleh beasiswa untuk melanjutkan S2-nya di Seoul, Korea Selatan.
Ada juga lemari buku yang tertata rapi. Alexa sengaja menatanya sesuai dengan kebutuhan. Buku-buku komik, buku-buku pelajaran, novel, buku-buku bacaan non-akademik, foto copyan, semua tersusun secara berurutan berdasarkan jenis dan abjad. Tidak ada yang berantakan.
Alexa segera melepas seragam sekolahnya. Ia mandi dan membersihkan diri. Setelah berganti baju, Alexa membaringkan tubuhnya di atas kasur.
"I'm tired. It's a long day." Kata Alexa. Ia lalu menutup matanya. Perlahan menuju dunia mimpi. Belum sempat dirinya tertidur, ponselnya berdering.
Ting!
Notifikasi ponsel Alexa berbunyi. Ada pesan masuk.
"Siapa?" Tanya Alexa pada dirinya sendiri sembari meraih ponselnya di atas meja dan membukanya.
Marissa Cornelia : Al, Al, Al, Al, Al, Al, Al, Aaalllllllll! (14.57)
Cewek Es : What? (14.57)
Marissa Cornelia : Jalan, yuk! Yuk! Yuk! Yuk! Hehe... (14.58)
Cewek Es : Males. (14.59)
Marissa Cornelia : Kok gitchu, siih? Syedih akutu. TT (14.59)
Cewek Es : . (15.00)
Marissa Cornelia : Alexa resek, ih! Masa' pesan gue cuma dibales pake tanda titik. Cuma sebiji, lagi! (15.00)
Cewek Es : Makanya, jangan lebay. (15.00)
Marissa Cornelia : Terserah, deh. Aku mah apa, atuh! Tapi ayok dong, Al! Gue lagi bad mood, nih. Suntuk di rumah sendirian. Ayo, dooonngg!.... (15.01)
Cewek Es : G. Ajak yang lain. (15.03)
Marissa Cornelia : Alexaaaaa.... Emang gue harus ngajak siapa lagi kalau bukan elo? Cuma elo satu-satunya sahabat gue yang paling gue sayang seantero jagat raya! (15.04)
Alexa tidak lagi membalas pesan Rissa.
Marissa Cornelia : AAAAAALLLLLLLLLLEEEEEEEXXXXXXXAAAAAAAAAAA!!! (15.06)
Marissa Cornelia : Aaaaaaaalllllllllllll............ (15.07)
Marissa Cornelia : Alexa! Masa' gue dianggurin! (15.08)
Marissa Cornelia : Alllll.... (15.08)
Marissa Cornelia : Syedih! Pesanku gak direspond. Hiks. Hiks. TT TT (15.09)
Marissa Cornelia : Ayo, doooooonnnggg! Sahabatku sayang! Mwach! (15.09)
Cewek Es : Jijik. (15.11)
Marissa Cornelia : Ih! Alexa kok gitu!? Aku sakit hati, nih! TT (15.11)
Cewek Es : Bodo'. (15.12)
Marissa Cornelia : Al, ayo, dong! (15.13)
Marissa Cornelia : Al! Al! Al! (15.13)
Marissa Cornelia : Alexa! Please... TT (15.14)
Marissa Cornelia : -____________- (15.15)
Cewek Es : Cumolonimbus Cafe. Pukul 16.00. GPL. Telat, awas! (15.20)
Marissa Cornelia : Yuhuuuuuu! Gitu dong, dari tadi. Tapi pukul 16.00? Cepet amat, Al? Gue belum siap-siap, nih! (15.20)
Cewek Es : Protes? Cancel. (15.21)
Marissa Cornelia : Yaah? Iyq, iya. Gue siap-siap sekarang juga. Kita langsung ketemu di sana, okay? Mwach! (15.21)
Cewek Es : Telat? Mati! (15.22)
Marissa Cornelia : Iya, iya. Nyeremin amat sih lo, Al! Gue cepet-cepet ke sana ini. Tungguin aja. See you there. ^^ (15.22)
Alexa kemudian bersiap-siap. Beruntungnya ia baru saja selesai mandi, jadi tak perlu mandi lagi. Alexa memang orang yang tidak mau ambil pusing, apalagi repot hanya untuk masalah sepele.
Alexa berdandan seadanya. Kulit Alexa memang sangat putih dan mulus. Ia hanya menggunakan baby powder ke wajahnya dengan cara menepuk-nepukannya menggunakan telapak tangan serta mengoleskan sedikit pelembab bibir di bibirnya yang indah nan mungil. Ia memilih menggunakan kaos hitam, serta jacket hitam bertuliskan HATE di tengahnya. Dipadukan dengan celana Jeans berwarna hitam pula. Rambutnya yang panjang dan hitam ia biarkan terurai. Ia lalu menggunakan kacamata bulat seperti yang dikenakan dalam film Harry Potter.
"Enough." Kata Alexa di depan cermin sambil menjentikkan jarinya.
Alexa turun. Ia melihat bi Ijah yang sedang membersihkan rumah menggunakan vacuum cleaner.
"Bi, Alexa mau keluar. Kalau Mama atau Daddy nanyain, tolong kasih tahu aja Alexa jalan sama Rissa." Kata Alexa.
"Oh, baik, non. Tapi pulangnya jam berapa?" Tanya bi Ijah.
"Gak tahu, Bi. Tapi gak terlalu lama, kok. Mama udah aku SMS, sih. Tapi buat jaga-jaga aja." Jawab Alexa.
"Oh, baik, non. Tapi non ALexa gak mau makan, dulu? Bibi udah masakin omelette sayur." Tawar bi Ijah. Ia khawatir, karena Alexa belum makan siang.
"Gak usah, bi. Nanti makan di luar aja. Kalau gitu Alexa berangkat, Bi. Assalammualaikum." Alexa pamit lalau melangkah ke luar.
"Baik, non. Hati-hati."
"Iya!" Jawab Alexa setengah berteriak, karena ia sudah ada di depan pintu sekarang.
"Hmmm... naik motor? Males. Taksi? Mahal. Ojek? Repot. Udah jalan aja, ah. Toh dekat." Alexa bergumam sendiri untuk menentukan kendaraan yang akan ia gunakan untuk ke tempanya akan bertemu dengan Rissa. Namun pada akhirnya ia memilih untuk berjalan kaki karena memang jarak Cumolonimbus café dengan rumahnya tidak begitu jauh.
~ ~ ~
Andra kini tengah berbaring di kamarnya. Ia merasa lelah.
"Andra, makan siang dulu!" Teriak Eva, ibunda Andra.
"Iya, ma!" Jawab Andra. Ia beranjak bangun dari tempat tidurnya.
"Udah shalat?" Tanya Eva pada puteranya.
"Udah, ma. Mama masak apa, nih?"
"Kamu liat aja di meja makan. Buka tudung sajinya." Kata Eva yang sedang sibuk meletakan perabot kotor ke tempat cuci piring.
"Waaaahhh! Ada nasi goreng special, dan ayam bakar juga. I love it!" Kata Andra setelah membuka tudung saji dengan semangat.
"Iya, sengaja mama masakin makanan kesukaan kamu."
"Ayo, sini, ma. Kita makan bareng." Ajak Andra pada ibunya sambil tersenyumlebar.
"Iya, bentar."
"Siaaap! Selamat makan!"
"Hus! Doa dulu!" Eva memukul tangan Andra yang hendak langsung menyuapkan nasi goring ke mulutnya.
"Eh, iya. Lupa. Hehe." Andra cengengesan.
"Gimana sekolah kamu? Hari pertama, semuanya mulus?" Tanya Eva pada Andra.
"Ummm, gimana ya? Dibilang mulus, gak mulus-mulus amat. Tapi gak ada masalah juga. Tapi seru, sih, Ma." Jawab Andra sambil menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.
"Oh, ya? Seru kenapa? Kamu udah dapat teman?"
"Oh, iya! Namanya Bayu. Dia teman sebangku aku. Anaknya baik."
"Oh, ya udah. Sekolah yang bener, ya! Jangan bikin masalah!"
"Siap, Boss!" Jawab Andra sambil menunjukan posisi hormat lalu tersenyum.
"Udah, makan dengan tenang." Titah Eva. Andra hanya mengangguk.
~ ~ ~
"Sialan! Kalau nyebrang liat-liat jalan, dong! Lo mau bikin gue celaka, Hah!? Kalau mau mati, mati sendiri aja, jangan ngajak-ngajak, sialan!" Seorang ibu yang berusia 30-an keluar dari mobilnya dan lagsung berteriak marah-marah pada gadis yang hampir di tabraknya.
"Maaf. Tapi lampunya sedang merah. Anda yang seharusnya berhati-hati." Dengan tenang dan tanpa rasa takut gadis itu menjawab umpatan dan makian ibu itu. Yep! Gadis itu adalah Alexa.
"Heh! Dasar gak tahu diri! Lo pikir gue buta, hah!? Lo yang nyebrangnya gak hati-hati,! Dasar sialan! Berani-beraninya loe ngelawan gue. Berani lo sama gue!? Pakek ngejawab gue segala lagi. Kalau orang yang lebih tua ngomong tuh diam aja, gak usah ngejawab. Dasar!" Ibu itu tak mau mengakui kesalahannya dan malah lanjut memaki Alexa.
Alexa itu hanya diam. Ia mendengarkan perkataan ibu yang baru saja hampir menabraknya dengan tenang. Tak ada ekspresi marah, kesal, atau gentar yang terlihat di wajahnya.
"Kenapa sekarang diam aja, Anjing!? Kalau ditanya tuh ya jawab! Dasar sialan!" Umpat ibu itu untuk ke-sekian kalinya.
"Anda tadi menyuruh saya diam. Karena itu saya diam." Jawab Alexa terus-terang.
"Woy! Ajing lo! Setan! Babi! Berani ngelawan gue! Dasar ..."
"Mbak! Mbak emang salah tadi! Kita semua juga ngeliat, kalau mbak yang nerobos lampu merah. Jangan ngumpat sembarangan, dong!" Ucap salah seorang pengendara motor yang ikut menyaksikan kejadian tersebut. Ia juga merasa geram dengan kelakuan ibu itu yang tidak dewasa dan tidak bertanggung jawab.
"Eh, pak tua! Bapak gak usah ikut campur, ya! Ini bukan urusan bapak, paham!?" Ibu itu kini malah berbalik memarahi bapak itu.
"Woy, mbak! Gak usah nyolot dong! Udah salah ngeyel!" Sahut pengendara lain.
"Iya! Udah hampir nabrak anak orang juga! Gak bertanggung jawab banget!" Sambung seorang pejalan kaki.
"Kalian ..."
Tiiiin! Tiiiiinn! Tiiiiinn! Suara klakson mobil dan motor berbunyi serempak berulang kali. Memberi isyarat kepada sang pemilik mobil di depannya agar segera lanjut berkendara. Lampu lalu lintas kini sudah kembali hijau.
"Iiiiihhh! Sialan!" Dengan angkuh ibu itu berjalan menuju mobilnya. Ia kembali memacu mobilnya menjauh dari tempat itu.
Lalu lintas kini kembali berjalan seperti sebelumnya.
Alexa itu hanya memandang datar ke arah mobil itu yang melaju dengan pesat.
"Nak, kamu gak apa-apa?" Tanya seorang wanita tua pada gadis yang tadi hampir saja tertabrak.
"Oh, iya. Saya gak apa-apa, nek. Kalau begitu saya permisi." Jawab Alexa itu jujur. Ia kemudian sedikit membungkuk dan menyalimi tangan nenek itu.
"Kamu anak yang baik, ya. Wajah kamu juga cantik. Hati-hati ya di jalan." Kata nenek itu pada si gadis.
"Baik, nek. Terimakasih." Alexa itu sedikit menunduk sebagai tanda hormat, lalu kemudian melanjutkan perjalanannya.
***
"Alexa mana, ya? Padahal gue udah takut telat. Dianya sekarang gak tahu di mana. Huh!" Omel Rissa sesampainya di Cumolonimbus café. Baru saja ia mau menelepon Alexa, Alexa sudah berdiri di seberang tempatnya sekarang.
"AL!" Rissa berteriak memanggil Alexa sambil melambaikan tangannya.
Alexa menoleh. Mengangkat tangannya tanda sudah melihat Rissa. Ia segera menghampiri Rissa yang berada di seberang.
"Al, gimana? On time kan, gue?" Tanya Rissa saat Alexa tepat berada di depannya.
"Iya." Jawab Alexa singkat.
"Ngomong-ngomong, Al? Loe serius, nih?" Tanya Rissa heran.
"Apanya?" Tanya Alexa bingung.
"Ya penampilan loe lah! Apaan!? Loe mau ke pemakaman? Pakaian kok warnanya hitam semua kek gini! Rambutnya diurai lagi. Untung siang, kalau malam udah kek mbak kunti, tahu, gak!?" Rissa mengomeli Alexa karena penampilannya.
"Mbak kunti pakainya daster, warna putih." Alexa malah menanggapi omelan Rissa.
"Yaaah, terserah elo, deh! Bodo' amat! Semerdeka lo aja!" Rissa menyerah. Memang ia tak pernah bisa menang jika berdebat dengan Alexa.
"Udah, ah! Mau ke mana, nih?" Tanya Rissa kemudian.
"Lunch. Gue laper." Jawab Alexa jujur.
"Al, loe sehat? Lunch kok jam segini? Ntar lagi waktunya makan malam, gila! Kenapa juga elo belum makan, hah!?"
"Bawel."
"Jawab gue dulu! Kenapa loe belum makan!? Dari tadi ngapain aja? Kenapa baru mau makan sekarang?"
"Tadi belum lapar. Sekarang lapar. Makanya ayo makan."
"Hmmm, nih anak bener-bener, deh! Jam segini baru makan siang, yang bener aja? Pantesan tuh badan gak gemuk-gemuk. Udah kayak lidi sebatang tahu, gak!?"
"Bawel." Alexa langsung melangkah masuk ke café.
Rissa menyusulnya dengan cepat dan meraih tangannya.
Seluruh mata tertuju pada kedatangan mereka berdua. Bagaimana tidak? Penampilan Alexa dengan Rissa saat ini sangat berbeda jauh. Untunglah pada jam-jam seperti ini pengunjung café sedang tidak terlalu banyak atau ramai. Hanya ada beberapa remaja dan anak SMA yang bahkan masing mengenakan seragam sekolahnya.
Alexa menggunakan pakaian serba hitam dengan messy hair-nya yang diurai. Tak lupa, ia memakai sandal Carvil, yang model cowok. Sedangkan Rissa menggunakan topi, baju warna pink yang dipadukan dengan celana jeans biru. Tak lupa ia menggunakan anting cantik berwarna senada dengan bajunya.
Alexa dengan penampilan cewek tomboy, dan Rissa dengan penampilan yang girly.
Alexa tidak peduli dengan anggapan dan pandangan orang lain. Yang ia tahu, ia nyaman dengan penampilannya sekarang. Dan saat ini ia sedang merasa lapar, maka yang harus ia lakukan adalah memesan makanan dan mengisi perutnya.
"Al, loe gak lagi depresi atau semacamnya, kan?" Tanya Rissa khawatir.
"Gak sama sekali. Kenapa?" Jawab Alexa enteng.
"Gak sih, nanya aja. Secara penampilan, loe kayak orang yang segan hidup mati tak mau."
"Oh." Alexa hanya menanggapi sahabatnya itu dengan ber-oh ria.
Terlalu banyak hal yang patut ku syukuri.
Sampai-sampai aku gak ada waktu buat depresi. (Alexa Aurelia).
~ ~ ~
"Sekarang mau ngapain?" Tanya Alexa pada Rissa.
"Alexa, sayang. Kita udah di mall. Jadi ya pastinya mau belanja, dong!" Jawab Rissa sarkatis.
"Oh." Alexa menanggapinya dengan singkat. Seperti biasanya.
"Untung lo temen gua, Al. Kalo bukan udah gua tabok." Kata Rissa merasa geram dengan respon Alexa yang sangat singkat.
"Iya." Sahut Alexa. Rissa hanya menghela nafas.
"Ayo ke sana! Gue mau belanja baju." Ajak Rissa kemudian.
"Gak. Gue mau ke toko buku." Kata Alexa.
"Kok gitu? Kan gue yang ngajak, jadi harus ikut kata gue dong!" Protes Rissa.
"Lo yang ngajak. Tapi biaya masing-masing."
"Ih, Alexa ngeselin."
"Emang."
"Resek lo, Al!"
"Biarin."
"Sumpah! Pengen gue tabok!"
"Terserah. Bye." Alexa langsung berjalan menuju ke toko buku yang ia maksud sebelumnya.
"Tungguin! Gue ikut."
"Kenapa?"
"Gak seru jalan sendirian. Gue ngajak lo karena gak mau sendiri, lo malah mau ninggalin gue. Ya udah, sebagai teman yang baik, gue ngikut lo aja dulu. Tapi nanti kalo udah selesai kita belanja baju dan lainnya. Ok?"
"Ya."
"Huh! Dasar kutu buku. Gak di sekolah, gak di mall, ujung-ujungnya tetep aja ke perpus, toko buku. Itu otak lo gak ada pikiran lain apa, Al?"
Alexa hanya diam. Ia tak mau merespon pertanyaan Rissa.
"Al, jawab gua ngapa? Lo gak ada pikirin hal lain selain buku apa?" Tanya Rissa kemudian.
"Ada." Jawab Alexa singkat. Ia kini tengah sibuk mencari dan memilih-milih buku yang ia butuhkan dan ia inginkan.
"Ya apaan? Lo mah bener-bener, deh. Pertanyaan harus lengkap dulu, baru mau dijawab detail. Untung gue orangnya sabar. Buru' kasih tahu, apa aja yang lo pikirin?"
"Hidup. Pendidikan. Kebahagiaan. Keluarga. Teman. Hobi. Masa depan." Jawab Alexa dengan intonasi datar yang justru membuat Rissa semakin geram.
"Uuuuuuuhhhh, Alexa!" Teriak Rissa.
Sans, ini toko buku." Jawab Alexa santai.
Rissa menoleh ke sekeliling, orang-orang kini memerhatikannya yang baru saja berteriak. Sedangkan Alexa masih sibuk dengan buku-buku.
Oopps! Untung masih di toko buku, bukan perpus. Kalo gak gue bisa kena omel penjaga perpus, nih. Kata Rissa dalam hati.
"Dasar! Tapi Al, kayaknya masih ada yang kurang dari apa yang lo pikirin seperti yang lo bilang barusan." Kata Rissa kemudian.
"Apa?" Tanya Alexa sambil menoleh ke arah sahabatnya itu.
"Cinta. Hehe." Jawab Rissa sambil cengengesan.
Alexa menutup buku yang ada di tangannya. Bersiap menjitak kepala Rissa dengan buku itu. Rissa sigap menghindar dan memegangi tangan Alexa.
"Woy! Sans. Main fisik segala sih, lo! Tapi gue beneran, tahu! Emang lo mau jomblo seumur hidup?" Kata Rissa.
"Tergantung." Jawab Alexa. Ia menurunkan tangannya dari kepala Rissa lalu meletakan kembali buku tersebut ke tempatnya semula.
"Hedeh, bener-bener dah nih anak. Betul kata Bimo, cuma orang-orang terpilih dengan kemampuan khusus yang memang sengaja diturunkan oleh Tuhan yang mampu menembus dinding es dan meluluhkan hatimu." Ujar Rissa dengan nada bicara yang dramatis sambil menepuk dadanya sendiri.
"Terserah. Gue selesai. Ayo ke kasir."
"Siyap, bosque!" Jawab Rissa sambil menunjukan posisi hormat.
Kini Alexa dan Rissa berada di bagian toko pakaian. Rissa sibuk memilih-milih berbagai jenis baju dan rok. Alexa hanya mengikutinya dengan malas dari belakang. Tangan Alexa ia masukan ke kantung celananya. Kepalanya sesekali menoleh pada pakaian yang menarik perhatiannya.
"Selesai! Ayo pulang!" Ajak Rissa setelah membayar semua belanjaannya.
"Ya." Jawab Alexa singkat.
Kedua tangan Rissa kini telah dipenuhi oleh kantung belanjaan dengan berbagai ukuran. Sedangkan Alexa hanya menenteng satu kantung kecil yang berisi beberapa buku, serta sebuah paper bag yang berisi dua buah jaket berwarna coklat dan hitam. Mereka pulang menggunakan taxi.