Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

3

Al, ke kantin, yuk!" Ajak Rissa setelah bel istirahat berbunyi.

"Males." Jawab Alexa singkat.

"Loh, kok? Emang kamu gak laper?"

"Yep!"

"Kok gitu?"

"Kenyang."

"Masa', sih? Emang tadi kamu sarapannya pakai apa? Kok bisa kenyangnya awet?" Tanya Rissa polos.

"Roti tawar + selai coklat dan susu putih." Jawab Alexa jujur.

"Ya elah, Al! Kalau gitu mana mungkin kamu masih kenyang? Ini udah waktunya makan siang, tahu! Udah, gak usah ngeyel, ayok ke kantin!" Omel Rissa sambil menarik tangan Alexa.

"Ok, ok. Tapi gue mau nanya." Alexa berdiri.

"Tanya apa? Tanya aja, Al! Aku pasti jawab! Apa sih yang gak buat kamu? Hehe." Rissa cengegesan sambil merangkul lengan Alexa.

"Sejak kapan kamu, Rissa. Bukan, Marissa Cornelia ngomongnya lebih sering pake aku-kamu?" Tanya Alexa sarkatis sambil sedikit menyunggingkan senyuman mengejek.

"Oh? Iya juga, ya?" Rissa lalu menyadari Alexa yang tersenyum.

"Tapi gak apalah. Yang penting cara omongan gue bisa bikin seorang Ice Girl macam Alexa Aurelia tersenyum, walaupun hanya senyuman tipis yang mengejek dan sangat sebentar. Kalau perlu gue, bukan. Aku akan terus ber-aku-kamu-an. Hehehe." Sambungnya. Ia merasa senang, karena akhirnya bisa melihat senyuman terukir di wajah cantik sahabatnya itu.

"Jangan. Gak usah. Ayo pergi." Alexa kembali ke ekspresi datarnya seperti semula dengan gaya bicara yang dingin dan judes.

"Iiiihh, kok Alexa, gitu? Aku kan jadi syedih. Aku tuh senang liat kamu senyum gityuu. Ayo, dong! Jangan buat hatiku syedih dan kecyewa. Hnngggg..." Kata Rissa dengan nada yang dibuat-buat yang kemudian memeluk lengan Alexa dengan manja. Ia membuat ekpresi wajah sok imut yang ia tiru dari Drama Korea yang ia tonton.

Alexa pernah mendengar ia menyebutnya aegyo.

Alexa menatapnya dingin. Rissa segera paham.

"Ok, ok. Gue cuma bercanda kali, Al! Gak usah natap gue 'kek gitu, dong! Jadi takut, tahu!" Rissa lalu memanyunkan bibirnya.

"Bawel. Ayo jalan." Alexa berjalan terlebih dahulu. Rissa hanya menyusulnya dengan tenang.

Andra sedikit melirik ke arah dua sahabat itu. Ia tersenyum lalu menunduk.

Rissa melihat Andra yang masih duduk dan tidak ada ancang-ancang atau gerak-gerik yang menunjukan kalau ia akan ke kantin untuk makan siang.

"Andra, kok diam aja? Ke kantin bareng kita, yuk!" Rissa berinisiatif mengajak Andra.

Alexa berhenti melangkah dan menunggu sahabatnya dengan diam.

"Oh, bo..." Belum sempat Andra menjawab tawaran yang diajukan Rissa, Bayu langsung menyela.

"Ih, kok cuma Andra aja sih, yang diajak? Gue gak diajak sekalian, nih? Itung-itung sebagai permintaan maaf, gitu?" Bayu memainkan alisnya sambil merangkul Andra.

Ia menyindir Rissa yang tadi telah melempar wajahnya dengan kotak pensil.

"Ogah! Gue cuma nawarin Andra, buka elo! Dasar makhluk transparant!" Jawab Rissa lalu menjulurkan lidahnya, mengejek Bayu.

"Resek, loe! Gak ingat kata pak Ahyar tadi? Murid baru jangan digodain! Apalagi dimodusin!" Ucap Bayu kesal.

Andra hanya tersenyum lucu.

Rissa terdiam. Ia tak tahu harus menjawab apa. Ia hanya menunjukan ekspresi kesalnya yang dibalas juluran lidah mengejek oleh Bayu.

Alexa menoleh.

"Bukan modus. Cuma nawarin. Gak mau ya udah. Gak usah resek." Kata Alexa kemudian. Tentu saja tetap konsisten dengan ekspresi datarnya. Ia bukannya hanya ingin membela Rissa, tapi ia juga sudah mulai merasa jengkel. Ia hanya tak suka terlalu lama berdebat untuk hal-hal yang tidak penting, apalagi dengan Bayu.

Bayu memang anak yang baik dan humoris, namun terkadang ia bisa juga menjadi sangat menyebalkan.

Tanpa aba-aba, Alexa langsung melangkah ke luar. Bayu menganga, ini adalah kali pertama Alexa berbicara kepadanya lebih dari dua kata selain saat membahas pelajaran dan tugas.

Andra menatap punggung Alexa yang melangkah keluar. Ia merasa bahwa Alexa adalah gadis yang unik. Ia tersenyum tipis.

Sementara itu, Rissa tersenyum puas. Ia lalu menjulurkan lidah mengejek Bayu, lalu segera berlari keluar menyusul Alexa. Bayu hanya mengumpat dalam hati.

Dalam perjalanan ke kantin, seorang siswa menghadang Alexa dan Rissa.

"Alexa, mau jadi pacar aku?"

Kata anak itu tiba-tiba.

"Gak." Jawab Alexa singkat dan langsung melangkah menjauh. Rissa mengikuti dari belakang.

***

"Bayu, kenapa?" Tanya Andra heran melihat Bayu yang kemudian kembali membuat bentuk huruf 'O' dengan mulutnya.

"Wow! This is something! Amazing!" Kata bayu sambil meremas-remas tangannya.

"Hah? Apanya?" Tanya Andra penasaran.

"Lo mesti tahu, ini pertama kalinya Alexa si ice girl ngomong lebih dari dua kata ke gue selain masalah pelajaran dan tugas. Luar biasa! It's a news! Really important!" Jawab Bayu dengan ekpresi yang lebay dan dramatis.

Sebegitunya? Wow! Batin Andra.

"Pertama kalinya? Seriously?" Tanya Andra tak percaya.

"Iya, gue serius. Selain masalah pelajaran atau tugas, palingan Alexa bakal ngerespon gue seadanya. Misalnya, oh, ok, terus?, terserah, setuju, thanks, sama-sama, boleh, iya, gak, gitu. Pokoknya respon-respon singkat kayak gitu. Dan akhirnya, setelah kita udah naik kelas XII baru dia ngomong ke gue lebih dari dua kata selain masalah pelajaran dan tugas. Thanks, sob!" Bayu menjawab dengan antusias. Ia bahkan menirukan nada bicara serta ekpresi datar Alexa saat menanggapi omongannya. Ia lalu menepuk pundak Andra dengan bangga.

"Hah? Kok gue?" Tanya Andra bingung.

"Iya, thanks. Dia gak bakal ngomong kayak gitu kalau gue tadi gak nyindir Rissa, Gue gak bakal nyidir dia kalau dia gak ngajak ke kantin, dan Rissa gak bakal ngajak ke kantin kalau gak ada lo. Jadi kesimpulannya, kalo gak ada elo, ini gak akan terjadi." Jelas Bayu kepada Andra dengan serius.

Hah? Teori apaan, tuh? Lagian emang Rissa cuma ngajak gue kan, tadi? Lo aja yang nyambung, sob! Untung baik, kalau gak gue tabok juga nih anak!

Andra sebenarnya masih bingung dan sedikit geram dengan Bayu.

"Oh, o-ok. Haha." Andra hanya tertawa garing dan terpaksa.

Iyain aja, biar cepet. Kata Andra dalam hati.

"Ngomong-ngomong, Bay. Emangnya dia selalu gitu, ya?" Tanya Andra ingin tahu.

"Siapa? Rissa? Iya, dia emang selalu gitu. Ngeselin, resek, bawel, cerewet, eh sama aja, ya? Pokoknya gitu, dia nyebelin pokoknya. Tapi kadang-kadang dia juga baik, manis, imut, lucu, tapi kadang juga aneh. Moodnya gampang banget berubah, tapi dia itu orangnya setia kawan, care juga. Jadi pokoknya asyik gitu anaknya. Pokoknya baik, deh. Tapi ya gitu, tetep aja ngeselin, suka ngajak ribut! Hehe." Celoteh Bayu sambil tersenyum sendiri.

"Ih, bukan. Maksud gue tuh Alexa. Dia emang selalu gitu? Judes dan dingin?"

"Oooohhhh, bilang dong, bosque!" Kata Bayu kemudian.

Lah? Kan barusan gue bilang? Elunya aja yang langsung nyerocos kayak bajaj yang rem-nya blong. Batin Andra.

"Ya, buru' ceritain!" Pinta Andra.

"Ok, ok. Tenang, bosque. Jadi, Alexa, ya? Hmm, Alexa itu yang emang gitu, jutek, judes, dingin, mukanya datar kayak papan. Ya, namanya juga ice girl. Tapi dia gak selalu gitu, kok. Dia emang disegani sama murid-murid yang lain, selain karena sifat buruknya yang barusan gue sebutin, dia juga anaknya perfeksionis gitu, walaupun gak parah, sih. Dia juga menguasai tiga jenis bela diri, makanya banyak yang takut sama dia." Jelas Bayu.

What!? Tiga!? Mampus!

Batin Andra.

"Terus?" Andra penasaran.

"Terus..., dia anaknya baik, kok. Walaupun dingin gitu, kita sekelas tetap baik-baik aja sama dia. Artinya gak sampai yang benci-bencian, gitu. Tapi ya ada siiih rasa gak suka atau semacamnya, tapi gak yang parah bangetlah. Soalnya Alexa itu emang baik, kalau kita susah pasti ditolongin, apalagi kalau masalaha pelajaran. Yaa, walaupun saat dia nolong mukanya tetep aja datar. Kayak minta ditabok. Tapi mungkin karena kita udah sekelas terus dari kelas X, jadi kita semua udah tahu sifat dia kayak gimana, jadi gak ada yang ngebully or something, tapi ya tentu aja rasa kesal dan marah tetap ada, tapi gak banyak dan gak sampai ke rasa benci, juga. Hehe." Bayu bercerita panjang lebar. Dalam matanya terlihat kejujuran dan ketulusan.

Ya, iyalah gak ada yang berani ngebully, yang ada malah dihajar lagi sama Alexa. Waktu jadi siswa baru aja dia pernah nendang seniornya gegara diganggu. Lanjut Bayu dalam hati.

Ia tak mau memberitahu Andra masalah itu. Ia merasa akan lebih baik jika Andra mengetahuinya sendiri nanti.

"Dia emang gak pernah senyum, gitu? Sama sekali?" Tanya Andra penasaran dan membuyarkan Bayu dari lamunannya.

"Hah? Ya, gak-lah! Namanya juga manusia, masih hidup. Pastinya dia pernah senyum. Tapi emang jarang banget, sih. Gue gak tahu kalau di rumahnya, tapi kalau di sekolah dia jarang banget tersenyum. Paling satu-dua kali, dan itu hanya senyum tipis yang berlangsung cuma beberapa detik. Kalau dia senyum yang sampai giginya kelihatan, palingan di depan sahabatnya, Rissa. Dan kalau beruntung, elo bisa ngeliat, tapi kalau gak, ya sabar."

"Masa', sih? Sampai segitunya?"

"Iya! Pokoknya jarang banget, deh! Bahkan di foto aja, ekspresi Alexa tetep aja datar. Coba aja lo cek di akun sosmednya, dia jarang ngunggah fotonya sendirian, selalu yang rame-rame, minimal berdua sama Rissa atau orang lain juga, sih. Atau bahkan sama anak kucing peliharaannya. Pokoknya jarang upload fotonya sendirian. Terus kalo elo perhatiin, hampir di semua foto yang ada muka dia, ekspresi Alexa datar, atau palingan senyum tipis, bahkan hampir gak kelihatan tuh senyuman kalau mata lo gak jeli. Bahkan di foto buku tahunan siswa, foto rapor, foto kartu pelajar, foto SIM, KTP, sampai foto ijazah SMPnya, dia gak senyum. Mukanya datar, kalau kata pak Ahyar mah, udah kayak jalan raya yang baru diaspal." Jelas Bayu panjang-lebar.

"Lo pernah nge-cek itu semua? Alexa tahu? Diizinin?"

"Ya, enggak-lah! Mana mungkin bakal diizinin. Yang ada gue bakal ditabok sama Alexa. Bonyok muka gue ntar."

"Terus, lo tahu dari mana? Sampe foto kartu identitas dan ijazah SMPnya segala? Elo nge-stalk dia?"

"Oooohh, jangan salah bosque! Gue kan pernah jadi Sekretaris OSIS, jadi tahu dan bisa ngelihat itu data-data siswa secara keseluruhan, bukan cuma Alexa aja, tapi yang lain juga bisa." Jelas Bayu membela diri dari tuduhan Andra menjadi seorang stalker.

"Bener-bener gak ada foto dia yang senyum? Satupun?" Andra terus bertanya. Ia merasa sangat penasaran.

Kenapa nih, anak?

Batin Bayu.

"Oh! Ada. Gue pernah ngelihat fotonya Alexa di buku Rissa. Di situ Alexa pake kaos lengan pendek, pake topi terus sepatunya warna ijo. Posisi duduk bersilah gitu. Tulus banget senyumannya. Aura kecantikannya semakin terlihat. Gak, ding! Becanda! Tapi di foto itu dia emang beneran senyum dengan tulus. Itu pertama kalinya gue lihat Alexa bisa senyum selebar dan setulus itu. Tapi kayaknya itu foto lama, sih. Waktu dia SD atau SMP mungkin? Soalnya rambut Alexa di situ masih pendek, belum panjang kek sekarang. Panjang udah kayak mau ngalahin rambutnya mbak kunti. Hiiiii, serem! "

"Oh, foto itu ada di elu?" Tanya Andra pada Bayu kemudian.

"Ya, nggak-lah! Masih ada di Rissa tentunya. Ngapain juga gue nyimpan foto Alexa? Lagian mana mungkin si Rissa bakal ngizinin gue nyimpen foto sahabatnya dengan ekspresi yang sangat langka itu? Jangan harap, deh!" Jawab Bayu jujur.

"Kira-kira bisa gak, ya? Ngeliat dia senyum kayak yang elo ceritain itu secara langsung? Senyuman yang tulus dan lebar di wajahnya?"

"Kalau menurut gue sih, gak! Soalnya bisa ngeliat Alexa senyum aja itu kesempatan langka, padahal cuma senyum tipis, apalagi senyum lebar dan tulus? Bakal susah. Bukan berarti mustahil juga, sih. Tapi kemungkinannya sangat kecil."

"Ooohhh, gitu." Kata Andra yang kemudian secara reflex menunjukan ekspresi kecewa. Bayu menyadarinya.

"Aiiiiihhh, gak usah kecewa, bosque! Tadi lo udah liat dia senyum, kan?" Kata bayu sambil mengangkat kedua alisnya dan tersenyum.

"Hah? Kapan?" Andra bingung.

"Ya tadi. Kan tadi sebelum Rissa nawarin lo ke kantin bareng, dia ngomong dulu ama Alexa, gue gak tahu apa sih yang diomongin. Terus ada scene Alexa ngeluarin half smilenya tadi walau cuma sebentar. Lu juga ngeliat, kan!? Ngaku aja, deh!" Celoteh Bayu membuat Andra salah tingkah.

"Oh, iya ya? Iya, ternyata. Tapi cuma beberapa detik, sekitar 4 detik kayaknya. Bentar amat." Andra tersenyum sendiri.

"Wiiiihhh, ada apa, nih? Lo mencurigakan, deh! Sampe dihafal tuh Alexa senyumnya berapa lama. Ekheeeemmm..." Bayu mulai mengejek Andra. Ia menatap Andra dengan tatapan yang nge-judge.

"Apaan, sih? Gue cuma nebak aja, sekilas." Andra salah tingkah.

"Hmm, lu pikir gue gak tahu kalau elo merhatiin Alexa terus, curi-curi pandang? Hm? Hm? Jangan-jangan ..." Bayu menaik-turunkan alisnya menggoda Andra.

"E-enggak, kok. Lu sendiri kenapa sama Rissa?" Andra berusaha mengalihkan perhatian Bayu.

"Hah? Gue kenapa emang?" Tanya Bayu kaget.

"Iya, tadi pas ngomongin si Rissa, lo senyam-senyum, terus Rissa dipuji-puji mulu. Lo naksir sama Rissa, ya?" Kata Andra tanpa pikir panjang.

Ia hanya berusaha mengalihkan perhatian Bayu agar tak terfokus pada dirinya.

Bayu terkejut. Ia membulatkan matanya serta mengangkat kedua alisnya bersamaan.

"Hah? Apaan? Ogah! Ya gak-lah! Ngapain!? Males banget! Kayak gak ada cewek lain aja! Emang gak ada yang bagusan dikit apa!? Ogah! Pokoknya gue gak mau! Jangan sampe, deh! Males! Ogah pokoknya!" Cerocos Bayu, ia sedikit panik dengan pertanyaan dan pernyataan tiba-tiba Andra.

"Ok, ok. Sans aja kaleee! Gak usah ngegas gitu! Ntar kalau orangnya denger, gimana? Nanti malah berantem, lagi!" Andra menenangkan Bayu.

"Hah? Rissa udah balik? Kok cepet amat? Dia gak denger, kan!?" Bayu panik. Ia menoleh kesana-kemari. Kepalanya celingak-celinguk ke sekeliling. Jangan sampai Rissa mendengar semua ucapannya tadi. Bisa berabe. Bisa-bisa terjadi Perang Dunia ketiga di antara mereka.

"Sans. Gak ada orangnya, kok. Gue cuma ngingetin. Calm down, bro!" Ucap Andra.

"Fiuuuhhh, untung aja. Kalau dia denger, bisa berabe, ntar. Cabut, yuk!" Ajak Bayu tiba-tiba.

"Kemana?" Tanya Andra.

"Ya ke kantin-lah, bosque. Gue laper, nih. Ayok!" Bayu bangun terlebih dahulu dan beranjak dari kursinya.

"Ok." Jawab Andra dan mengikuti Bayu dari belakang.

Fiiuuuuhh, selamat.

Andra menghembuskan nafas. Ia bersyukur dalam hati sambil megusap dadanya.

Beruntung baginya bahwa Bayu orang yang perhatiannya gampang teralihkan, sehingga ia tidak lagi menjadi sasaran bagi Bayu untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan konyol dan introgatif.

"Cari tahu faktanya.

Jangan hanya mempercayai katanya.

Karena katanya, belum tentu sesuai dengan yang sebenarnya."

Banyak hal mengenai diri Alexa yang masih ingin diketahui oleh Andra.Namun apa daya, tidak mungkin ia bisa mengetahui semuanya dalam waktu satu hari. Terlebih ia belum pernah berbicara langsung dengan Alexa. Jangankan berbicara, berkenalan secara langsung saja belum. Ia hanya mengetahui namaAlexa saat pak Ahyar memanggilnya, serta sedikit mengetahui kepribadiannya hanya dari cerita Bayu. Masih banyak hal yang ingin ia ketahui. Andra tak ingin hanya mengambil kesimpulan dari cerita yang ia dengar, ia harus mencari tahufaktanya, hingga ia akan mengetahui kebenarannya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel