2
Bel masuk berbunyi. Semua siswa yang sebelumnya masih sibuk di luar kini telah duduk di dalam kelasnya masing-masing.
Namun sepertinya tidak terlalu berpengaruh bagi kelas XII IIS 1, tempat Alexa kini berada.
Teman-temannya masih asyik dan sibuk sendiri dengan ribut.
Pak Ahyar masuk.
Para siswa terburu-buru duduk ke tempatnya masing-masing.
"Semuanya. Beri salam." Ucap Alexa saat berdiri dari kursinya.
Ya, dia adalah Ketua Kelas. Setidaknya sampai pengurus kelas yang baru diputuskan.
"Selamat pagi, pak!" Salam dari siswa XII IIS 1 serempak. Alexa kembali duduk.
"Baik, terimakasih anak-anak. Selamat pagi. Kini kita berjumpa lagi di pagi yang cerah ini." Sapa pak Ahyar sambil tersenyum manis semanis es kepal milo.
"Ya, elah, pak. Cerah dari mananya? Orang kita gak jadi upacara gara-gara gerimis dari tadi." Ucap Bayu yang duduk di bangku kolom ke dua baris kedua dari kursi Alexa yang langsung disambut gelak tawa anak-anak yang lain. Kecuali Alexa tentunya.
"Oh, gitu, ya? Ya sori-sori aja. Bapak kan gak tahu, karena rumah bapak hangat selalu, sehangat pelukan si doi." Canda pak Ahyar yang disambut gelak tawa dari para siswa.
"Ihiiirr! Pak Ahyar bisa aja!" Seru salah seorang siswa.
"Sudah, diam. Ini hari pertama kalian sekolah di semester baru ini, tapi kalian sudah kenal saya, toh? Ya, iyalah. Secara bapak inikan femes sekali di sekolah ini dan sudah mengajar kalian sejak semester lalu. Tapi sekarang saya jadi wali kelas kalian. Yowes, gak usah perkenalan lagi." Ucap pak Ahyar sambil memperbaiki letak kacamatanya yang melorot.
Guru yang satu ini memang sangat kekinian dan gaul abis. Siswa-siswa bahkan menjuluki dirinya sebagai GURU JAMAN NOW.
"Yaaaahhh..." Protes anak-anak. Kecuali Alexa tentunya.
"Diam, diam. Kalian ini, bawel banget. Kayak emak-emak lagi ngegosip aja. Oh, iya. tadi bapak diberitahu kalau di kelas ini ada murid pindahan. Cobak, yang mana orangnya?" Tanya pak Ahyar sambil melihat sekeliling. Mengecek wajah baru yang muncul di antara siswa-siswa yang sudah ia kenal.
"Saya, pak." Jawab murid baru itu sambil mengangkat tangannya, sebelah.
"Cobak sini. Perkenalkan diri kamu." Titah pak Ahyar pada anak itu sambil memberikan isyarat dengan tangannya.
Murid pindahan itu berdiri dan maju ke depan menuruti perintah pak Ahyar.
"Baik. Perkenalkan nama saya Andra Putra Wijaya. Panggil aja Andra. Salam kenal." Andra memperkenalkan dirinya dengan tersenyum ramah yang membuat para siswi terpesona. Kecuali Alexa, tentunya.
Aura yang karismatik dan memesona. Seluruh mata tertuju padanya.
"Baik, ada yang ingin ditanyakan pada nak Andra?" Tawar pak Ahyar pada para murid yang membuyarkan lamunan penuh fantasi dan imajinasi para siswi.
Seorang siswi yang duduk di bangku belakang mengacungkan jarinya. Namanya adalah Sandra. "Loe dari sekolah mana?"
"SMA Nusantara." Jawab Andra sambil tersenyum.
“Ooohh..." Respon para siswa serempak.
"Andra, nama aku Rissa. Kita yang akur, ya?" Kata Rissa setelahnya dengan menunjukan ekspresi wajah yang cerah ceria sambil tersenyum manis dan alis yang diangkat beberapa kali.
Sontak saja hal itu membuatnya disoraki oleh teman-temannya. Andra hanya menyunggingkan half-smilenya yang khas.
'Aku'?, batin Alexa. Ia menoleh dan menatap sahabatnya itu dengan bingung.
Sejak kapan Rissa menggunakan aku? Pikirnya.
"Huusss! Sudah, sudah. Kamu boleh duduk, Andra." Kata pak Ahyar sambil sedikit mendorong bahu Andra dari belakang.
"Kalian dapat teman baru. Yang akur, ya! Jangan berantem! Jangan diganggu! Jangan dibully apalagi digodain, dirayu, dimodusin, jangan itu!" Celoteh pak Ahyar.
"Nah, untuk perkenalannya kalian lanjutin aja sendiri. Ini kan hari pertama, kita santai ajalah! Bapak pergi dulu. Mau ngopi di kantin!" Sambungnya.
"Yuuuhuuuu! Pak Ahyar emang yang the best-lah!" Seru Bayu kegirangan.
"Emang! Saya emang yang terbaik satu kelurahan! Permisi." Jawab pak Ahyar narsis.
Baru saja ia mau melangkah ke luar. Alexa mengangkat sebelah tangannya.
"Maaf, Pak. Untuk pengurus kelasnya bagaimana?" Tanya Alexa dengan wajah datar tanpa ekspresi kepada pak Ahyar.
"Oh, iya. Lupa, saya. Ya, udahlah. Gampang, itu. Untuk saat ini pakai aja dulu pengurus kelas yang lama. Besok kita atur." Jelas pak Ahyar.
Alamat. Gue repot lagi, nih. Batin Alexa.
"Baik, pak." Sahut Alexa dengan ekspresi yang sama seperti sebelumnya.
"Alexa Aurelia." Panggil pak Ahyar.
"Saya, pak."
"Kamu itu perempuan, udah remaja. Ya kalau ngomong itu pakai ekspresi dikit, napa? Itu muka datar amat kayak jalan raya baru diaspal. Nanti cowok yang naksir kamu kabur loh gegara takut." Tegur pak Ahyar pada Alexa yang berekspresi datar.
Beliau hanya bergurau, namun memang ia bertujuan untuk membuat Alexa lebih ekspresif.
Rissa tersenyum geli. Ia menutup bibirnya rapat-rapat untuk menahan gelak tawanya. Ia tak mau membuat Alexa marah.
Kena', deh. Ucap Alexa dalam hati.
"Ya, elah, pak. Alexa emang udah gitu dari sononye, gak bisa diubah. Ngomong ama dia tuh kudu' banyak sabar, kayak ngomong ama papan. Hahaha." Cerocos Bayu yang langsung disambut gelak tawa teman-temannya.
Apaan, sih? Batin Alexa.
"Iiiihhh, jangan gitu, Gini-gini Alexa banyak yang naksir tahu!" Bela Rissa yang malah membuat Alexa semakin kesal.
"Woooaaaahh...!" Seru anak-anak yang lain.
"Berisik. Rissa, jangan ngaco! Bayu, diam!" Kata Alexa jengkel.
Bayu dan Rissa langsung terdiam. Anak-anak yang lain hanya tersenyum geli melihat tingkah mereka bertiga.
"Alexa, jangan judes-judes amat-lah, nak. Teman-temanmu cuma becanda, itu." Ucap pak Ahyar berusaha menenangkan Alexa.
"Baik, Pak. Maaf." Jawab Alexa sambil sedikit menunduk. Namun tetap konsisten dengan ekspresi datarnya.
"Tuh, Al. Jangan judes-judes!" Kata Bayu yang justru membuat Alexa kembali jengkel.
Alexa menoleh dan menatapnya tajam. Bayu terdiam. Ia lalu cengar-cengir dan menunjukan pose peace dengan jarinya dan duduk dengan tenang di bangkunya. Andra yang duduk di sebelahnya hanya tersenyum tipis.
Lucu juga, ucap Andra dalam hati.
"Sudah, ah. Bapak sudah telat ini. Mau ngopi dulu di kantin. Permisi." Kata pak Ahyar pamit.
Alexa berdiri, bersiap untuk berkomando agar anak-anak memberikan salam.
"Udah, gak usah. Bapak pergi dulu. Wassalammualaikum." Ujar pak Ahyar sambil melambaikan tangan.
Alexa kembali duduk.
Mereka semua sangat akrab, ya, satu sama lain? Pasti sangat menyenangkan, pikir Andra sambil tersenyum sendiri.
***
Andra yang ramah dan selalu tersenyum pada setiap orang. Kini bangkunya tengah dikerumuni oleh teman sekelasnya. Ada yang hanya sekedar mengajak berkenalan, ada pula yang hanya numpang modus.
"Andra, nama gue Sandra. Nama kita mirip, deh. Jangan-jangan jodoh." Ucap Sandra sambil mengelus bahu Andra dengan genit.
"Huuuuu...!" Teman-temannya menyoraki Sandra.
"Haha." Andra hanya tertawa garing sambil menyingkirkan tangan Sandra dari bahunya.
Jujur saja, ia merasa tak nyaman dengan kelakuan Sandra.
Rissa yang juga kesal melihat tingkah Sandra yang terlalu genit itu merasa kalau Andra tidak nyaman. Ia melihat Andra yang menyingkirkan tangan Sandra dari bahunya.
"Hahaha... Ditolak nih, ye?" Cibir Rissa pada Sandra sambil tersenyum puas.
"Sirik aja sih, loe! Dasar nenek lampir!" Jawab Sandra menantang Rissa sambil bercakak pinggang dan mengangkat dagunya.
"Bodo'. Lagian genit amat, sih! Orang jadi ngerasa risih, tahu!" Sahut Rissa yang ikut-ikutan bercakak pinggang dan meng-copy pose Sandra. Ia tak mau kalah.
"Woy! Sans aja, kaleee... Ngapain dah pada berantem?" Ucap Bayu berusaha melerai.
Andra hanya tersenyum sambil bergeleng-geleng kecil.
"APAA!?" Tantang Sandra dan Rissa bersamaan dengan nada suara yang meninggi. Keduanya melotot pada Bayu.
"Ecieeeee, samaan. Tumben kompak. Posenya sekarang juga sama lagi. Hahaha." Kata Bayu sambil menunjuk dan mengejek Rissa dan Sandra bergantian.
Sandra dan Rissa menjadi semakin kesal. Rissa lalu melempar Bayu dengan kotak pensil yang tepat mengenai wajahnya. Sedangkan Sandra menjitak kepala Bayu dengan keras hingga Bayu tertunduk ke bawah.
"Adooh! Woy, anjir! sakit, nih!" Rintih Bayu kesakitan.
"Hahaha..." Anak-anak lain secara serempak menertawakan Bayu.
"Eh? Jangan berantem. Bayu, are you okay?" Kata Andra khawatir.
"Andra! Cuma elu yang peduli ama gua. Lu semua malah pada ngetawain gua, aja. Awas, ya, gue tuntut. Rissa dan Sandra dengan tuntutan kekerasan di sekolah, lu semua dengan kasus perbuatan tidak menyenangkan! Awas aja! Gue serius, nih! Tunggu aja, ya! Pokoknya gue tuntut!" Gertak Bayu sambil membuat ekspresi yang lebay dan dramatis.
Alexa yang sedari tadi hanya diam, sibuk membaca buku sambil mendengarkan lagu di earphone-nya merasa terganggu. Karena ia saja bisa mendengar keributan di sekitarnya. Bisa saja mereka sekelas terkena masalah karena membuat keributan.
"Berisik." Kata Alexa sambil melepaskan earphone dari telinganya. Ia menoleh ke arah Bayu dan yang lainnya.
Andra mengalihkan pandangannya pada Alexa.
Dia judes banget, ya. Pikir Andra.
"Apaan sih, Al? Lu gak liat nih ulah temen lu? Muka gue bonyok dilempar kotak pensil, 'pala gua sakit kena tabok. Eh, dijitak maksudnya. Pokoknya gue gak terima! Gue harus visum!" Cerocos Bayu dengan tampang mengesalkan minta ditonjok.
"Terus?" Tanya Alexa pada bayu sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Ya... ya, gitu. Pokoknya gue gak terima. Ummm, pokoknya gitu, deh." Jawab Bayu gelagapan. Ia merasa sedikit terintimidasi dengan tatapan Alexa.
Alexa memang memiliki mata yang tajam. Warna pupilnya hitam pekat. Ditambah dengan ia yang jarang berekspresi dan sering menatap seseorang dengan datar, membuatnya semakin ditakuti.
"Terserah." Jawab Alexa ketus. Ia lalu kembali memasang earphone di telinganya dan kembali fokus ke buku yang sedang ia baca.
"Dasar Ice Girl! Gak ada rasa belas kasihannya banget, dah ama gue yang teraniaya. Nyebelin!" Oceh Bayu yang kemudian kembali duduk di samping Andra.
Ice girl?, batin Andra.
"Gak papa?" Tanya Andra pada Bayu.
"Sans. Gue itu kuat. Tapi sakit, sih. Hehe" Ujar Bayu sambil cengegesan.
Teman-temannya yang lain hanya diam. Mereka takut jika Alexa marah. Karena mereka semua sudah tahu kalau Alexa menguasai tiga jenis beladiri. Bukan tidak mungkin ia akan mengeluarkan jurus-jurusnya jika ada yang mengganggunya.
Namun jujur saja, sampai saat ini mereka belum melihat Alexa menggunakan kekerasan atau teknik beladirinya pada orang lain, kecuali dalam keadaan tertentu.
Dulu saat masih menjadi siswa baru dan tengah menjalani Masa Orientasi Siswa Baru (MOS), Alexa pernah menunjukan keahlian beladirinya.
Saat itu Alexa dan anak-anak yang lain sedang berolahraga di lapangan. Lalu ada salah seorang senior laki-lakinya yang bertindak kurang ajar. Saat Alexa berjalan di tengah lapangan mengikuti instruksi dari satgasnya untuk mengambilkan bola, ia tiba-tiba memegang pinggang Alexa dan berusaha memeluknya dari belakang. Alexa yang terkejut secara refleks berbalik dan menendang tepat ke arah batang hidung senior kurang ajar itu. Senior itu langsung terjatuh ke tanah dengan hidungnya yang berdarah.
Semua yang melihat kejadian itu sangat terkejut. Alexa yang merasa tidak bersalah hanya menatap benci pada senior itu. Tidak ada niatan atau perasaannya untuk meminta maaf.
Kejadian itu terdengar oleh Wakil Kepala sekolah. Alexa dan seniornya itu dipanggil ke ruang BP. Bahkan ada anak-anak yang juga menjadi saksi. Senior itu diskors.
Dua minggu ia menjalani masa skorsnya dan harus melakukan kegiatan sosial. Saat kembali masuk sekolah, senior itu bahkan tak mau memita maaf pada Alexa. Namun kabar itu sudah menyebar dengan cepat. Ia dikenal sebagai bocah cabul dan kurang ajar.
Setelah itu, senior kurang ajar itu pindah sekolah karena malu dan tidak ada kabar tentang dirinya hingga kini.
Di sisi lain, Andra menatap pada Alexa. Ia tersenyum-senyum sendiri.
Jadi, kamu, Alexa Aurelia. Si Ice Girl yang terkenal itu? Okay, Ice Girl, let me introduce myself to you, I am Andra, Warm Boy. Nice to meet you, Ice girl. Ucap Andra dalam hati.
"Lah? Ini bocah kenapa? Woy, Ndra! Kenapa lu? Senyam-senyum gak jelas." Kata Bayu sambil menepuk bahu Andra yang membuat Andra tersadar dari lamunannya.
"Eh? Oh... gak apa-apa, kok. Hehe." Jawab Andra gelagapan. Ia malu jika ketahuan oleh Bayu tengah memerhatikan Alexa.
"'Paan, dah? Hari pertama sekolah aja lu udah kerasukan, mana masih pagi lagi, gimana besok-besok?Jadi takut gue duduk ama lo." Ujar Bayu dengan menunjukan ekspresi ngeri yang dibuat-buat sambil memperbaiki posisi kacamatanya.
Andra hanya tersenyum kaku lalu menoleh ke depan sembari mengangkat kedua alisnya.
Untung gak ketahuan, Bayu kayaknya gak bisa jaga rahasia, deh. Andra bersyukur dalam hati.