Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 7

Kimaya Darpitha Arseno POV

Malam ini Risnawan tidak mau menginap di apartemenku sehingga aku mengantarkannya turun ke basemen tempat mobilnya di parkirkan.

"Kamu nggak usah antar aku Kim," kata Risnawan kali ini.

"Nggak pa-pa Ris. Aku besok ke rumahmu ya?"

"Mau ngapain?"

"Mbabu kalo kamu nggak punya asisten rumah tangga."

Risnawan justru tertawa di sebelahku.

"Aku besok kerja Kim."

"Ngapain, perusahaan kamu sudah banyak tinggal kamu serahkan ke consultants management saja. Usiamu sudah seharunya untuk menikmati hidup bukan bekerja lagi." Kataku ketika kami memasuki lift.

Aku melihat Risnawan menghela nafasnya dan kini ia memandangku dengan tersenyum.

"Kamu kenapa lihatin aku begitu? Baru sadar kalo aku cantik dan menggairahkan?"

"Semua orang tau kamu cantik, tapi cuma aku dan Hamid yang tau kalo kamu memang menggairahkan apalagi kalo di atas ranjang."

"Ck...nggak usah di bahas tentang dia. Aku malas datang ke acara pernikahannya."

"Aku sih mau datang," jawab Risnawan dengan santainya.

Aku menatapnya dengan penuh rasa heran.

"Kamu mau datang sama siapa?" Entah kenapa aku tiba-tiba menjadi wanita yang sok over protective begini. Padahal dengan Hamid dulu tidak pernah aku seperti ini.

"Ya sendiri lah," jawab Risnawan sambil menatapku dalam.

Aku hanya diam dan menunggunya untuk mengajakku hadir di acara pernikahan Hamid. Namun sampai lift terbuka harapanku sia-sia.

Ting.....

Lift terbuka dan kami keluar bersama menuju lokasi mobil Risnawan di parkirkan.

"Sudah Kim sampai sini saja. Aku pulang duluan ya."

Tanpa memberi jawaban padanya, aku kalungkan tanganku di lehernya dan aku berjinjit untuk mencium bibir Risnawan yang benar benar sanggup memabukkanku. Aku kira ia hanya akan diam saja, siapa sangka jika Risnawan justru memeluk pinggangku balik dan menundukkan kepalanya. Kini kami berciuman tanpa lidah di mana mana, seolah aku merasakan jika Risnawan sedang membalas kasih sayangku yang coba aku sampaikan lewat bibir ini. Dengan seperti ini saja rasanya aku ingin menangis karenanya.

Risnawan adalah orang yang mengurai ciuman itu lebih dulu daripada aku. Dan ia tersenyum di depan wajahku.

"Sudah ya, kalo di terusin nanti nggak jadi pulang aku."

Aku hanya menganggukkan kepalaku dan aku tarik kedua tanganku dari leher Risnawan.

"Hati-hati ya Ris, kabarin aku kalo sudah sampai rumah."

"Iya. Bye."

"Bye."

Sesudah Risnawan pulang aku langsung berlari menuju lift dan naik kembali menuju apartemenku. Aku langsung mencari handphoneku dan mengirimkan pesan kepada Rasi, sahabat sekaligus partner bisnisku.

Agatha Rasi Walandi, perempuan 27 tahun dan merupakan sahabatku sejak SMA. Cantik, pintar dan tentunya memiliki latar belakang yang mirip denganku. Bedanya adalah Papa Rasi sudah meninggal dunia beberapa waktu lalu.

Aku tidak pernah mengira jika Rasi akan kuat bersahabat denganku yang notabennya adalah gadis urakan yang sulit diatur sejak kecil.

Segera aku mengirimkan pesan WhatsApp kepadanya.

Kimaya : akhirnya gue nggak perlu masturbasi lagi Ras....

Rasi : gue penasaran laki laki yang bikin Lo sampai rela ninggalin Hamid dan nolak di ajak nikah sama dia kaya apa bentuknya.

Kimaya : lo pengen lihat bentuknya?

Rasi : iya, kalo perlu fotonya.

Kimaya : *sending picture*

Rasi : astaga... Lo nggak salah kirim foto Kim?

Kimaya : why?

Rasi : ini foto kakek atau pakdhe Lo?

Kimaya : wah, Lo penghinaan banget ?gue aja di gempur do'i seharian lebih dari 9 kali, Lo bilang kakek kakek? mana ada kakek kakek begitu. Risnawan itu lebih dari itu semua. Bersama dia membuat gue merasa penuh, bahagia dan rasanya dunia cuma punya gue sama dia ?

Rasi : kalo Lo cuma mau dapat yang sudah bangkotan gini kagak usah jauh jauh ke Dubai. Di Indonesia juga banyak.

Kimaya : ngomongin soal balik kampung nih, gue punya misi nih.

Rasi : misi apalagi?

Kimaya : meluluh lantakkan hati anak anak Risnawan biar gue bisa jadi emaknya.

Rasi : memang umur anak Risnawan berapa tahun?

Kimaya : 35 sama 30 tahun

Rasi : are you crazy??

Kimaya : ya nggak lah. Itu syarat dari Risnawan biar dia bisa terima gue. Seorang Kimaya di tantangan kaya gitu, pantang mundur gue. Gue akan maju terus apapun rintangannya demi bisa bareng sama Risnawan.

Rasi : sudah Kim, gue pusing baca pesan dari Lo. Gue anggap Lo lagi mabuk. Bye...

Kimaya : Ras....Ras...Rasi...

Setelah Rasi tidak menjawab pesanku lagi. Segera aku pergi tidur dan berharap pagi lekas datang. Aku sudah berencana akan ke rumah Risnawan, tidak peduli dirinya siap kedatangan diriku atau tidak.

***

Pagi ini aku sudah siap dengan penampilanku yang menurutku cukup akan menggoda batang Risnawan agar bertamu kepada intiku lagi. Tidak peduli dengan tubuh yang terasa kaku, kaki yang terasa pegal dan badan yang sedikit terasa lelah setelah sex maraton kami, aku tetap ingin dirinya memasukiku lagi.

Hari Senin...

Hari di mana kebanyakan orang stress dengan tumpukan dateline pekerjaan. Aku yang seharusnya berangkat bekerja ke kantor memilih untuk mengambil ijin hari ini. Bagiku Risnawan lebih penting daripada bekerja di perusahaan Papa. Andai aku di pecat aku justru akan melakukan syukuran. Sayangnya papa tidak pernah berniat memecatku. Ia ingin aku belajar tentang seluk beluk bisnisnya.

Aku memandang diriku di cermin dan tersenyum puas dengan penampilanku kali ini. Mini dress berwarna coklat dengan belahan dada sedikit rendah sanggup membuatku tampil paripurna pagi ini.

Coba kita lihat Ris....hari ini berapa ronde lagi kamu sanggup bermain denganku.

Kataku dalam hati. Setelah itu aku berjalan keluar dari apartemen dan menuju parkiran tempat Lamborghini milikku di parkir.

Hampir satu jam aku melakukan perjalanan menuju rumah Risnawan yang ternyata tidak terlalu besar untuk ukuran seorang pengusaha ketika aku sampai di sana. Aku memencet bel dan tidak ada yang membukakan pintu untukku. Aku mencoba menghubungi Risnawan namun tidak di angkat olehnya. Karena bosan aku memutuskan untuk berjalan jalan di sekitar daerah perumahan Risnawan. Ketika aku sampai di dekat taman, mataku menangkap sosok yang sudah aku rindukan untuk aku peluk lagi hari ini sedang berolahraga pagi.

Ya Tuhan....

Benar benar Hot as hell...

Umur saja yang tua tetapi tubuhnya tetap sebugar pria muda berusia 30 tahunan. Wajah yang kharismatik. Aku sungguh penasaran kenapa mantan istrinya bisa menolak untuk rujuk dengan laki laki ini. Aku pastikan andai aku memiliki kesempatan, aku akan menanyakannya.

"Ris.... Risnawan..." Panggilku lebih keras ketika aku keluar dari mobil.

Aku melihat Risnawan menoleh ke arahku dan ia tersenyum sebelum akhirnya jantungku aerobik karena Risnawan mulai berlari kecil mendekatiku.

"Kamu bisa sampai di sini ngapain?" Tanyanya ketika ia sampai di hadapanku.

"Ngapelin kamu lah. Aku dari rumah kamu tapi kosong."

"Oh, kamu duluan saja. Aku pulang sambil lari."

"Nggak lah, barengan saja ke sananya."

"Mobil kamu gimana?"

"Kamu yang nyetirin."

"Nggak. Aku duluan kamu bawa mobil kamu saja."

Memang ya yang namanya orang tua susah buat di bantah, sekarang saja Risnawan sudah meninggalkan aku sendirian di sini.

Mau tidak mau aku segera melajukan mobilku kembali ke rumahnya.

Ketika aku sampai, Risnawan belum sampai di rumah. Aku harus menunggunya walau tidak lama dan ia datang langsung membuka pintu tanpa mempersilahkan diriku masuk.

Kamprettt memang.....

"Kamu nggak ngijinin aku masuk?" Tanyaku sambil berteriak dari luar.

"Masuk saja. Lagian kamu hoby nyelonong."

Aku menghela nafas, berusaha untuk sabar menghadapi Risnawan. Ketika aku masuk ke rumahnya yang tidak terlalu luas ini aku melihat di deretan meja banyak foto foto di figura kecil. Kini aku mengangkat foto seorang wanita dengan kulit eksotis di sana.

Aku penasaran ini siapa kenapa ada banyak fotonya di rumah ini. Namun ketika aku menemukan sebuah foto perempuan itu dengan Risnawan dan laki laki yang mirip dengannya. Kini aku tau dia siapa.

Dia anak Risnawan. Wanita dan Pria yang aku harus taklukkan hatinya untuk membuat ayahnya membuka hatinya untukku.

Aku terus berjalan mengamati setiap sudut rumah Risnawan yang berkonsep minimalis ini. Bahkan aku baru tersadar ketika Risnawan memanggilku dan ia sudah terlihat tampan dengan kaos model polo warna merahnya.

"Kim...."

"Ya?"

"Kamu ada keperluan apa kemari?"

"Sidak rumah kamu jangan jangan kamu sudah punya pasangan tapi masih enak enak sama perempuan lain kaya kemarin sama aku."

Bukannya tertawa, Risnawan justru terlihat murung sambil menatapku.

"Kamu kenapa lihatin aku begitu?"tanyaku ketika sudah di dekatnya

"Kim...."

"Ya."

"Tiba tiba aku merasa bersalah setelah meladeni semua kemauanmu kemarin."

Jangan sampai Risnawan berfikir aku adalah sebuah kesalahan.

"Why?"

"Aku bukan pria mapan yang bisa memberimu segalanya seperti Hamid. Aku adalah pria tua yang sedang berjuang untuk membangun bisnis lagi mulai dari 0."

Aku melihat Risnawan dengan pandangan bertanya tanya.

"Masalahnya?"

"Aku belum tentu bisa mencukupi semua kebutuhanmu sesuai standar kehidupanmu jika kita bersama karena semua harta yang aku miliki dari warisan bahkan gono gini telah aku dan Kartika berikan seluruhnya kepada Luna dan Ruben."

Aku tertawa cekikikan di depan Risnawan.

"Kamu salah kalo berfikir aku akan ninggalin kamu hanya karena materi. Sejatinya aku sampai menjadi sugar baby dulu karena orang tuaku sibuk menimbun kekayaan hingga mereka lupa cara untuk menikmatinya. Aku adalah korban dari keserakahan sepasang manusia yang belum siap memiliki anak dan terlalu bernafsu mengejar materi."

Aku melihat mata Risnawan membelalak kaget mendengar penuturanku. Tapi aku ingin jujur padanya sejak awal sama seperti dirinya yang jujur tentang kesalahannya dulu pernah berselingkuh. Aku tidak akan mempermasalahkannya karena aku juga seorang mantan sugar baby. Aku percaya dengan sedikit kerja keras, Risnawan akan menyambutku dengan suka cita dan tangan terbuka.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel