Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 8

Risnawan Atmaji POV

Jangan tanya bagaimana keadaanku sekarang sejak Kimaya Darpitha Arseno masuk ke hidupku. Setiap hari aku hanya bisa menghela nafas dan geleng geleng kepala. Dirinya bahkan berlagak seperti aku ini pacar atau bahkan suaminya. Setiap pagi dirinya datang ke rumah dan tentunya selalu menggunakan pakaian yang kurang bahan.

Aku bahkan sering sekali berusaha mengacuhkannya karena aku berusaha untuk tidak mengulang "Minggu gila" yang aku lakukan dengannya satu bulan lalu. Bahkan lima hari lalu Kimaya uring-uringan karena dirinya masih mendapatkan tamu bulanan yang berarti dirinya tidak hamil. Aku mengucap puji syukur kepada Tuhan karena aku tidak jadi memberikan adik kepada Kaluna dan Ruben.

"Ris..." Panggil Kimaya kepadaku ketika aku baru saja selesai mandi sore dan akan meneruskan pekerjaan kantorku di rumah.

Lama lama aku sudah biasa melihatnya keluar masuk rumahku seperti jalangkung. Datang tak di jemput pulang tak di antar.

"Hmm...."

"Aku sudah selesai datang bulan."

"So?"

"Genjot lagi yuk, mumpung aku masa subur."

"Kamu bukan sepeda."

"Kalo begitu anggap saja aku motor, biar kamu bisa naikin aku, gimana?"

"No."

"Why?"

"Sudah cukup satu kali Minggu gila yang kita lalui. Hubungan seperti ini terlalu beresiko dan merugikan pihak perempuan."

Aku melihat Kimaya cemberut, namun aku acuhkan. Benar benar wanita ini lebih pantas jadi anakku atau mungkin keponakanku karena dirinya seusia dengan Caramel dan Vanilla Raharja.

"Tapi aku pingin hamil anak kamu."

Oh my God ....

Wanita satu ini benar benar gila, entah ini karma dari Tuhan karena aku pernah berselingkuh dari Kartika hanya karena mencari kepuasan atau bagaimana. Andai ini karma biarlah aku yang menanggungnya karena jika sampai anakku atau cucuku kelak yang menerima karma karena perbuatanku, aku akan merasa bersalah seumur hidup.

"Aku nggak akan punya anak di luar pernikahan Kim."

Kimaya bertepuk tangan di hadapanku.

"Good....aku pastikan kita nikah dulu. Gimana kalo ketemu sama Papa terus minta restu sama dia buat nikah."

Migren atau vertigo sepertinya akan sering aku dapatkan ketika menghadapi wanita satu ini yang pantang menyerah.

"Aku tidak akan menikah tanpa seijin Ruben atau Kaluna. Mereka adalah dua orang yang aku anggap penting di hidupku. Mereka pulalah harta paling berharga di hidupku."

Kimaya menghela nafasnya pasrah dan kini ia memilih keluar ke halaman belakang rumah, tempat kolam renang berada.

Aku biarkan dia seorang diri dan aku menuju meja makan untuk membuka laptop kembali. Entah berapa lama aku fokus pada pekerjaanku hingga aku merasakan tanganku di pukul oleh seseorang.

Plak....

"Ris...."

Aku menoleh dan benar saja, Kimaya yang menggunakan Mini dress dengan belahan dada rendah dan jika aku menurunkan resleting didepan mini dress itu, tubuh moleknya pasti akan terlihat seluruhnya.

"Apa lagi?"

"Aku kok di cuekin?"

"Kerjaannya banyak, nggak bisa kalo harus jadi baby sitter kamu."

Aku melihat Kimaya berjalan memutari meja makan dan duduk di hadapanku.

"Ris...."

"Hmm...." Jawabku padanya namun mataku tetap fokus melihat layar laptop.

"Aku balik ya ke Indonesia?"

"Silahkan."

"Minta alamat Ruben sama Kaluna dong."

Seketika aku mengangkat pandanganku dan menatap mata Kimaya dalam dalam. Lama aku diam menatapnya hingga aku bisa bersuara lagi.

"For what?"

"Minta restu sama mereka, sesuai syarat kamu."

Astaga....

Wanita ini benar- benar nekad. Kimaya adalah wanita muda tergila yang pernah aku kenal. Caramel, Vanilla, Nada bahkan Hilda saja lewat. Tingkat kegilaan Kimaya sudah di ambang batas kewajaran.

"Nggak akan dapat, yang ada aku akan kena omel dari anakku, di kira nanti aku seorang pedofil."

"Pedofil gimana? aku kan bukan anak di bawah 19 tahun. Kalopun aku nikah sama kamu itu nanti nggak perlu sidang di pengadilan agama dulu sebelum nikah di KUA."

"Iya habis itu viral di media, seorang kakek kakek menikahi gadis muda."

"Nggak masalah, aku sih bangga."

"Amit-amit Kim. Sudah ya aku masuk ke kamar, kalo kamu mau pulang jangan lupa nanti di tutup pintunya," kataku sambil beranjak berdiri dan menutup laptop.

Tidak akan selesai perdebatan ini jika aku terus melayani Kimaya. Lebih baik aku mengunci diriku di kamar dan mengerjakan semua pekerjaanku di sana.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel