Part 5
Kimaya Darpitha Arseno POV
Kemarin ketika Hamid meneleponku dan mengatakan jika Risnawan yang akan mengantarkan undangan pernikahan ke apartemenku, aku benar benar bahagia dan menyiapkan segala sesuatunya. Mulai dari kondom, obat kuat, bahkan sampai alat bantu sex. Pokoknya semua aku siapkan demi membuat sex pertamaku dengannya berjalan dengan indah dan tidak terlupakan.
Peduli setan jika aku harus memulainya bahkan mungkin memperkosanya. Aku sudah bermasturbasi dan membayangkan dirinya sejak pertemuan pertama kami. Aku yakin Risnawan impoten atau mungkin lemah syahwat jika dia tidak ereksi melihat kemolekan tubuhku.
Aku rasa hubungan kami tidak akan menyakiti pihak manapun, dia duda dan aku adalah single. Aku yakin yang akan tersakiti adalah intiku dan batangnya karena tidak akan berhenti untuk saling memberi kenikmatan.
Kamprettt ...
Kenapa aku jadi semesum ini ketika dihadapkan dengan laki laki tua namun sanggup membuatku bergairah. Risnawan yang tinggi dengan badan kekar dan rambut berubannya sungguh magnet kuat yang membuat intiku selalu berdenyut dan calana dalamku yang melambai lambai segera ingin di turunkan olehnya.
Siapa yang mengira jika semalam Risnawan bahkan meneleponku dan mengatakan akan datang ke apartemenku. Sepertinya kali ini Tuhan telah mendengar semua do'a do'a ku.
Untuk menyambutnya aku memilih lingerie warna pink yang menurutku tidak terlalu sexy masih dalam tahapan yang normal dan terlebih lagi lingerie adalah salah satu produk yang aku buat selain bikini dan baju renang wanita.
Aku menunggu Risnawan tapi ia tidak datang datang ke apartemenku, hingga akhirnya aku memutuskan untuk meminum wine, entah berapa banyak yang aku habiskan saking aku emosinya menunggu Risnawan. Tapi siapa sangka dirinya datang ke apartemenku. Tanpa menunggu dan mengulur waktu, aku langsung menjamahnya, menyusuri bibirnya yang ternyata begitu nikmat serta memabukkan.
Tidak peduli Risnawan yang terus menolak semua sentuhan dan pemberianku, aku terus menggempurnya hingga akhirnya aku menariknya ke kamarku.
Aku lihat Risnawan takjub melihat kamarku yang memiliki pemandangan luar biasa ini. Biarkan dia tau jika aku sama sekali tidak peduli dengan saldo di rekeningnya bahkan kalo Risnawan butuh, aku akan menambahkan dari saldo rekening milikku.
"Kim, please stop it," kata Risnawan sambil mencoba mengurai pelukanku kepadanya
"No."
"Kim....it's crazy."
"Yes i'm crazy, because you avoiding me."
"Kima, kita nggak pantas melakukan ini," kata Risnawan lebih tegas namun tetap gagal membuatku mengurai pelukanku
Kini hasrat dalam diriku telah menuntun tangan kananku untuk turun dan memegang sisi celana jeans Risnawan.
Oh my God....
Tonjolan batang Risnawan begitu menggoda imanku..
Aku elus dan aku pegang namun rasanya begitu kurang nyaman dan kurang bergetar di hati, lekas aku turunkan resleting celana jeans Risnawan dan tanganku masuk langsung ke sana.
Yes...!!!
Sukses sudah aku membuat Risnawan melemahkan perlawanannya dan kini ia hanya bisa mendesah pasrah di bawah sentuhan gila yang aku lakukan.
Segera aku mendongak dan aku menatap mata Risnawan yang begitu kalut, tidak fokus namun ia tidak melawan sama sekali.
Kini aku lekas berlutut di bawahnya dan membuka ikat pinggangnya, setelah itu aku buka kancing celana jeans-nya. Tanpa menunggu waktu lama aku bebaskan burung Risnawan dari sangkar yang menutupinya dan aku benar benar takjub dengan ukurannya.
Jika dulu orang mengira orang timur tengah memiliki batang yang mampu membombardir dengan kenikmatan yang tiada tara, maka milik Risnawan telah mematahkan semua itu. Milik Risnawan yang saat ini sedang aku cium dengan begitu antusias, bahkan aku menghirup aromanya yang nikmat. Lantas tanpa sadar aku jilat sepanjang batang nya hingga pangkal.
Oh shitt.....
Ini benar-benar batang indah milik seorang laki laki usia senja namun tidak impoten dan ah, aku benar benar gatal ingin memasukkannya ke dalam liangku dan membuatnya benar-benar luluh lantah di dalam sana dengan kehangatan yang akan Risnawan rindukan setelahnya.
Kini aku membuka mulutku dan melakukan blow job dengan sangat antusias. Berkali kali Risnawan mengerang bahkan mendesah namun aku abaikan. Aku terlalu bersemangat untuk memuja batang milik Risnawan ini. Batang milik Risnawan yang begitu panjang dan besar bahkan ketika aku masukkan ke dalam mulutku hingga ujung rongga tetap saja aku tidak mampu menelan seluruh miliknya.
"Ah....." Desahan Risnawan menyapu telingaku dan aku tersenyum di buatnya.
Aku berhenti melakukan kuluman nikmat pada batang Risnawan dan berdiri tegak di depannya. Bahkan sengaja aku tempelkan payudaraku yang berukuran cukup jumbo ini di badannya.
"Ris, tolong puaskan aku."
"No."
"Please....." Rayuku sambil memainkan batang miliknya maju mundur dengan tangan kananku dan aku jilat leher Risnawan.
"Kim...."
"Yes Darling..."
"Ini salah"
"I don't care."
"Kamu akan menyesal setelahnya."
Aku tertawa di depan Risnawan.
"No. Yang ada aku akan ketagihan begitu pula kamu."
"Rugi kamu begini jika bukan dengan pasanganmu."
"Maka dari itu kamu jadi pasanganku saja. Tenang saja, aku tidak akan meminta hartamu sama sekali. Aku hanya butuh kamu memuaskanku di atas ranjang."
"Shitt...." Umpat Risnawan ketika tanganku makin lihai memainkan batangnya dan aku terus menjilati lehernya.
"Sudah sekarang kita test Drive saja dulu. Aku ingin kamu mencoba menaikiku begitu pula aku."
Aku tidak akan membuat Risnawan bisa berfikir rasional apalagi memberi kesempatan dirinya untuk menolakku. Segera aku mendorong tubuh Risnawan hingga ia jatuh di ranjang dan tanpa memberi kesempatan Risnawan untuk merubah posisinya menjadi duduk, aku langsung terbang menuju atas tubuhnya yang masih di balut kemeja warna biru dongker ini.
Aku cium Risnawan dengan antusias, ia hanya diam saja dan menerima semua perlakuanku. Entah kenapa libidoku semakin terpancing. Pelan pelan aku ciumi leher Risnawan yang menggoda iman. Aroma tubuhnya benar benar nikmat, membuatku semakin semangat membuat kissmark di segala sisinya. Kini aku tegakkan tubuhku untuk duduk di atas tubuh Risnawan.
"Ris, nggak usah munafik. Kamu menikmatinya. Ayo kita mulai saja sekarang," kataku sambil membuka kancing demi kancing kemeja milik Risnawan.
Dan setelah terbuka dengan sempurna, aku hanya bisa mengelusnya dan membelai pahatan sempurna tubuh laki laki yang ada di bawahku ini.
"Sempurna...." Gumamku pelan
"Aku sudah tua, lebih baik kamu cari yang muda."
"No. Aku lebih bergairah dengan laki laki seusiamu dan kamu laki laki pertama yang membuatku bergairah."
"Itu karena kamu mabuk."
"No....no....no...," Kataku sambil mengelus elus dan kini menjilati badan Risnawan.
Tanpa aku sadari Risnawan telah telanjang bulat di bawahku.
Segera aku memutar posisi menjadi posisi 69 dan aku melakukan blow job pada Risnawan. Kini aku merasa menang ketika aku menyadari Risnawan mulai menjilati intiku dengan begitu bernapsu dan panas ini, bahkan aku merasakan Risnawan membuat kissmark di selangkanganku.
Aku semakin mendesah nikmat apalagi ketika aku merasakan jemari Risnawan mengobrak abrik intiku.
"Oh shitt!! Ris, don't stop....nikmat banget, buat aku merasakan klimaks," kataku di sela sela aku melumat dan memakan batang Risnawan.
Kini aku merasakan diriku telah merinding hebat dan napasku mulai pendek pendek, suara desahan dan meracau semakin sering keluar dari bibir seksiku dan akhrinya.....
Sssseeeerrrrr.......
Cairan klimaks milikku sukses membanjiri wajah dan leher Risnawan. Kini aku sudah tidak sanggup berada di atasnya dengan posisi sempurna.
"Good....it's amazing," aku mendengar Risnawan berkata seperti itu.
Kini tanpa aku sadari Risnawan sudah berhasil menggulingkan diriku dan ia di atasku.
Oh my God....
Terimakasih akhirnya engkau kabulkan semuanya, karena kini Risnawan sedang menyingkapkan lingerie Pink bagian atas yang aku kenakan ke samping dan ia segera menciumi dan menghisap payudaraku.
Ah...
Risnawan benar benar pintar membuatku bergairah lagi karena kini aku sudah menggeliat seperti cacing kepanasan di bawah dominasi dirinya.
"Payudaramu sungguh indah, besar dan kencang."
"Sekarang itu milikmu, perlakukanlah sesukamu."
"Aku turuti kemauanmu, asal jangan menyesal setelahnya."
"Tidak akan, Ris. Ah....." desahku karena kini Risnawan benar benar melakukan foreplay dengan handal dan menunjukkan kepadaku bahwa usia senja tidak membuat dirinya menjadi impoten, lemah syahwat apalagi tidak perkasa ketika di atas ranjang dan bermain dengan aku yang masih mudah ini.
Kini aku merasakan Risnawan menjilati seluruh tubuhku yang membuatku merinding hebat di buatnya. Bersamaan dengan ia menjilati tubuhku lingerie yang aku kenakan pun ikut meluncur meninggalkan tubuh. Kini aku dan Risnawan sama-sama sepolos ketika Adam dan Hawa turun ke bumi. Aku bisa melihat mata Risnawan yang takjub melihat tubuhku, namun tangan kanan Risnawan terus memainkan klitorisku yang membuatku merem melek di bawah sentuhannya.
Kini aku merasakan bibir Risnawan menancap dengan sempurna di payudara kiriku dan ia menyusu dengan lahapnya bak seorang bayi yang baru saja merasakan kenikmatan asi ibunya. Tangan kirinya memilin dan meremas payudara kananku sedangkan tangan kanannya sibuk memberikan kenikmatan di intiku dengan mengobrak abrik intiku menggunakan jari jemarinya.
"Ah....please don't stop Ris..."
Aku melihat Risnawan semakin semangat menyiksaku dengan kenikmatan dunia ini dan akhirnya aku harus mencengkram kuat kuat kain sprei di bawah tubuhku.
Sseerrrr.....
Pipis enak jilid dua aku rasakan kali ini dan tanpa menunggu aba aba dariku, Risnawan langsung memasukkan batangnya ke intiku dan kini setelah batangnya masuk dengan sempurna kami mendesah bersamaan.
"It's good baby," kata Risnawan pelan di sela sela gairah yang melingkupinya.
Aku naikkan tanganku untuk membelai wajah dan tubuhnya. Aku benar benar mengagumi ciptaan Tuhan yang sempurna ini. Rasanya setelah ini aku tidak bisa jauh darinya. Entah kenapa sepertinya aku akan menjadi seorang bucin tolol, tapi aku tidak peduli selagi Risnawan tidak mengacuhkanku.
"Ayo Ris, gempur aku dengan keperkasaanmu."
Risnawan hanya menganggukkan kepalanya dan kini intiku sudah di pompa olehnya dengan ritme awal yang pelan dan lama lama semakin kencang, kuat dan dalam. Tangan Risnawan ia taruh di atas gunung kembarku sebagai tumpuannya dan ia remas berkali kali.
Kini aku yang ada di bawahnya benar-benar berteriak berkali kali ketika sodokan Risnawan mengenai sisi terdalam milikku dan menyentuh G-Spot di dalam sana.
Aku meracau berkali kali hingga akhirnya aku merasakan klimaks ketiga ketika Risnawan terus menggempur diriku. Bahkan ia sudah menggempurku lebih dari 10 menit dan ia belum ejakulasi hingga saat ini. Aku benar benar tersenyum memandangnya yang telah berkeringat karena olahraga nikmat kami saat ini.
"Kim, kamu mau aku tebar di luar atau di dalam?" Tanya Risnawan sambil terus menggenjot diriku
"Di dalam...."
Dan kini aku merasakan semburan benih Risnawan di ladangku setelah ia menggempurku dengan gaya misionaris selama 20 menitan.
Kini Risnawan menjatuhkan dirinya di atas tubuhku dan aku peluk dirinya dengan melingkarkan kaki di pinggangnya.
"Kamu benar benar pejantan tangguh. Menu pembuka ini sungguh nikmat," kataku lirih di dekat telinganya. Setelah itu aku cium dan aku jilat telinganya yang membuat Risnawan menarik kepalanya dan kini kami saling berpandangan dengan jarak wajah yang tidak sampai sejengkal.
Aku merasakan ciuman Risnawan yang begitu memabukkan dan membuatku bergairah lagi.
"Ris....lagi...." Kataku dengan suara manja.
"Kamu masih sanggup?"
"Tentu saja....."
"Okay," jawab Risnawan dan setelah itu aku hanya sanggup menutup mataku ketika merasakan bibir Risnawan mengobrak abrik bibirku dan tangannya meremas gunung kembarku dengan begitu antusias.
Kisaran 30 menit Risnawan memanjakan diriku hingga akhirnya ia memintaku untuk menungging di depannya.
Risnawan menampar bokongku dan membuatku berteriak kaget. Kini aku merasakan ia menciumi bokong hingga intiku bahkan menjilatinya.
Blesss.....
Tanpa aba aba, Risnawan memasukkan kembali batangnya ke intiku. Bahkan aku meracau tidak jelas karenanya dan semakin mendesah ketika ia terus menggempurku dengan gaya doggy style.
"Ah...ah....ah...." Desahku pelan
Plak....
Risnawan kembali menepuk bokongku dan setelahnya ia mencium punggungku. Risnawan terus menggempurku bahkan kali ini lebih lama daripada durasi permainan pertama kami. Hampir tiga puluh menit ia menggempurku dan aku sudah tidak kuat menahan posisi menungging ini karena aku hampir mencapai klimaks lagi.
"Ris, aku sudah mau klimaks lagi..."
"Kita keluar bareng ya...."
"Iya....ah....."aku jatuh di ranjang bersamaan dengan aku kembali merasakan benih Risnawan ia tebar kembali ke rahimku.
Kini Risnawan jatuh di punggungku dan ia menciuminya dengan antusias.
"Kamu luar biasa Kim....."
"Aku masih belum puas Ris...."
"Iya, sabar. Kita istirahat dulu..."
"Okay...."
Setelah itu Risnawan merubah posisinya menjadi berbaring di sebelahku. Aku yang melihat Risnawan berbaring di sebelahku kemudian merubah posisiku untuk menjadikan dada bidang Risnawan sebagai bantalku. Aku peluk Risnawan, entah kenapa bersama dirinya aku merasa damai, nyaman dan semua yang aku inginkan terpenuhi.
"Kim....."
"Why?"
"Apa kamu menyesal setelah test drive ini?"
"No. Aku ketagihan dan mau lagi. Hari ini belum sampai di menu utamanya."
"Apa kamu tidak takut hamil karena aku mengeluarkannya di dalam?"
"Tidak, aku akan sangat bahagia bila bisa hamil anak darimu."
Aku merasakan Risnawan mencium pucuk kepalaku dan aku tersenyum karenanya. Bagiku itu sudah suatu jawaban bila ia tidak keberatan untuk menyumbangkan spermanya untukku.
"Ris...."
"Hmmm..."
"Aku mau mandi dulu," Kataku sambil beranjak untuk duduk.
"Okay, nanti aku susul."
"Aku siap menantimu di dalam," kataku sambil mengocok sebentar batang Risnawan sekedar untuk menggodanya.
***
Ceklek......
Aku menoleh ketika mendengar pintu kamar mandi dibuka dan Risnawan sudah siap bergabung denganku.
"Sudah siap buat gabung Ris?"
"Andai masih ada space."
"Tentu ada," kataku sambil berdiri dan Risnawan masuk ke dalam bathup.
Kini setelah Risnawan merebahkan tubuhnya lagi. Aku langsung duduk di atas paha dekat selangkangannya. Bahkan dadaku menempel kepada tubuhnya.
Risnawan sepertinya memang ingin melanjutkan apa yang belum kami selesaikan. Karena kini ia sudah mulai menundukkan kepalanya dan menyusu kembali dengan semangatnya.
"Sepertinya kamu senang menyusu?"
"Anggap saja induksi laktasi siapa tau berhasil."
Mendengar jawabannya aku hanya tertawa.
Setelahnya kami terus bermain dengan gilanya di dalam bathup bahkan lebih panas daripada di kamar.
Entah berapa kali kami saling memuja satu sama lain. Aku sudah tidak menghitung setelah permainan kami yang ke 9 kali hari ini.
Kini aku dan Risnawan duduk di depan ruang TV yang ada di apartemenku. Ketika bersamanya aku ingin menjadi diriku sendiri hingga aku berani menggunakan lingerie seksi di depannya.
"Ris..." Kataku sambil menyadarkan kepala di bahunya.
"What?"
"Apa kriteria pasangan yang kamu cari?"
"Kenapa kamu bertanya seperti itu?"
"Penasaran saja."
"Aku pernah gagal berumah tangga hanya karena godaan orang ketiga, bahkan perusahaan pun melayang. Sepertinya setelah kejadian itu aku banyak belajar untuk memperbaiki diri jadi andai aku memiliki pasangan, aku berharap dia akan sama-sama mau menerima masa lalu dan belajar menjadi lebih baik ke depannya."
"Hanya itu saja?"
"Ada yang lebih penting dari itu semua."
"Apa?"
"Anak anakku bisa menerima kehadirannya dan mencintainya seperti ia mencintai ibunya."
Aku membelalakkan mata mendengar kata kata Risnawan. Bukankah itu sesuatu yang sulit aku wujudkan karena aku sendiri tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuaku.
"Anakmu usia berapa?"
"35 tahun dan 30 tahun."
Satu detik....
Dua detik....
Tiga detik....
Aku hanya bisa diam mematung mendengar penuturan Risnawan. Bagaimana bisa anaknya bahkan berusia lebih tua daripada diriku.
Kini Risnawan tertawa di sebelahku.
"Benarkan akhirnya kamu menyesal karenanya?"
Aku tersenyum dan mencium bibir Risnawan sekilas.
Cupp....
"Aku akan berusaha membuat anak anakmu bisa menerimaku bagaimanapun caranya. Aku akan berjuang untuk itu, asal kamu berjanji tidak akan meninggalkan aku," kataku dengan pasti sambil memandangnya dalam-dalam.
***