Menemui Pelanggan di Tempat Karaoke Saat Tengah Berduka
Senyum semringah tampak dari bibir sang pelanggan yang sudah sering datang khusus untuk memakai jasa Elsadara.
Elsa tersenyum kecut membalasnya. Jika tidak karena terpaksa, mana mungkin Elsa kembali datang ke tempat yang sebenarnya tidak ingin dan tidak pernah ia pikirkan akan ia singgahi.
Dengan sangat terpaksa Elsa harus kembali bekerja menjadi LC di tempat karaoke itu sampai semua hutangnya lunas.
Elsa merasa dirinya terjebak di dalam lubang penyesalan yang ia ciptakan sendiri. Sekarang Elsa tidak bisa berhenti begitu saja sampai semua hutangnya pada Mommy Chan. Setidaknya dirinya harus menunggu sampai uang gajinya cukup untuk membayar hutang itu.
Tidak mungkin Elsa meminta bantuan pada Rendy untuk melunasi semua hutangnya pada Mommy Chan. Elsa tahu jika Rendy pasti akan sangat marah padanya jika sampai dia tahu bahwa selama ini dirinya bekerja sebagai LC di sebuah tempat karaoke.
Pria yang duduk menunggu Elsa terlihat sangat tampan dan maskulin dengan balutan kemeja putih dan jas hitam yang membuat penampilannya terlihat semakin oke.
"Kenapa matamu terlihat sembab?" tanya pria itu.
Elsadara duduk di samping pria itu dengan mata yang berkaca-kaca. Tak lama air matanya jatuh membuat pria di depannya semakin panik.
"Ada apa? Kenapa kamu menangis? Apa kamu ada masalah?" tanya pria itu.
Elsa pun menceritakan semuanya pada pria yang ia sendiri tidak tahu namanya. Ia hanya tahu bahwa pria itu sering memakai jasanya, tapi Elsa tidak mengenal lebih dari itu.
"Sebenarnya aku menyewa jasamu hanya untuk menemaniku saja karena aku sedang ada masalah dengan istriku. Maaf karena aku tidak tahu kalau kamu sedang berduka. Kalau saja aku tahu, mungkin aku tidak akan memintamu datang ke sini," kata pria itu.
"Tidak apa-apa. Ini sudah tanggung jawab ku. Aku harus mengenyampingkan masalah pribadi ku ...."
"Tapi tidak dengan keadaan berduka seperti ini." Pria itu menyela. "Sekarang kamu pulang saja. Aku tidak apa-apa," tambah pria itu.
"T-tapi ...."
"Tidak apa-apa. Aku bisa memesan jasamu lain kali kalau keadaan mu sudah lebih baik."
Elsa termenung sejenak. Ia tak menyangka jika seseorang yang datang untuk memakai jasanya tak semuanya buruk. Ada beberapa dari mereka yang masih memiliki hati nurani dan rasa belas kasihan.
"Namaku Frans Nicholas. Panggil saja Frans dan kita bisa bertemu lain kali." Frans mengulurkan tangannya pada Elsa membuatnya membulatkan kedua bola matanya.
Frans menarik tangan Elsa untuk menerima uluran tangannya dan berjabat tangan. Elsa hanya bisa pasrah saat Frans menggenggam erat tangannya untuk sejenak.
"Sekarang pulanglah. Kamu sedang tidak baik-baik saja," kata Frans.
"Tapi bagaimana dengan anda. Anda sudah membayar cash untuk jasaku yang bahkan belum aku kerjakan."
"Tidak usah pikirkan itu. Sekarang yang lebih penting adalah kamu pulang dan tenangkan pikiran mu. Oh iya, aku turut berbelasungkawa atas kepergian ayah mu," tambah Frans.
"Terimakasih pak."
"Panggil aku Frans," pinta Frans.
"Emmm I-iya. Terimakasih Frans." Elsa menyelesaikan kalimatnya dengan sangat canggung.
Tak lama Elsa pun keluar dari tempat itu. Dia pun akhirnya memutuskan untuk pulang setelah seorang tamu yang telah membayarnya mengizinkan dirinya untuk pulang.
Tanpa sepengetahuan Elsa, Frans mengikutinya dari belakang. Ia berjalan tak jauh dari Elsa. Dari kejauhan seorang teman yang mengenal Elsa melihatnya keluar dari tempat karaoke.
Demi memastikan bahwa itu adalah Elsa, ia pun memotret foto Elsa yang tak sengaja tertangkap tengah bersama dengan Frans meskipun jarak diantara mereka terlihat sedikit jauh.
"Itu kan si Elsa kok keluar dari tempat karaoke, yah. Bukankah bapaknya baru saja meninggal, kok dia malah ke tempat karaoke," ucap orang itu sembari mengamati Elsa dari kejauhan.
***
Elsa naik ojek terdekat yang berhenti di pangkalan gang rumahnya. Elsa turun dan berjalan kaki menuju rumahnya. Dalam hatinya berharap agar Rendy yang ikut ke pemakaman belum sampai ke rumah.
Dengan jantung yang berdegup kencang, Elsa berjalan dan menuju ke rumahnya. Jantungnya seakan berhenti berdetak saat melihat pintu rumah yang sudah terbuka lebar.
Ya Allah, Mas Rendy sudah pulang. Bagaimana ini, batin Elsa panik.
Dengan keberanian yang ia paksakan, Elsa perlahan masuk ke dalam rumahnya. Tampak Rendy yang tengah duduk di sofa memasang wajah cemberut menahan amarah.
"Assalamualaikum, Mas," ucap Elsa.
Elsa masih bersikap tenang karena dirinya tak tahu jika Rendy sudah tahu kebohongan Elsa. Ia mengulurkan tangannya pada Rendy tapi Rendy tak menghiraukannya membuat Elsa sedikit bingung.
"Darimana kamu?" tanya Rendy ketus.
"Emmm a-aku dari warung depan, Mas. Habis beli obat," jawab Elsa.
Rendy mendecih mendengar jawaban dari Elsa. Ia kemudian berdiri dan menatap Elsa dengan begitu dalam.
"Kenapa kamu berbohong?" tanya Rendy.
"Maksud Mas apa?" tanya Elsa. Perasaannya mendadak tidak tenang. Ia takut jika Rendy tahu bahwa dirinya baru saja pulang dari tempat karaoke.
Kenapa Mas Rendy marah seperti ini, yah. Apa dia tahu kalau aku ke karaoke, batin Elsa. Jantungnya sudah berdegup sangat kencang.
"Apa ini!" Rendy menunjukkan foto dari ponselnya yang dikirim dari nomor yang tidak dikenalnya. Foto yang menunjukkan Elsa baru saja keluar dari tempat karaoke. Belum lagi di belakangnya terlihat Frans yang tengah menatap Elsa dari belakang.
"Katakan padaku? Kenapa kamu bisa ke tempat karaoke? Ada urusan apa kamu sampai pergi ke sana?" tanya Rendy yang mulai menaikkan sedikit nada suaranya.
Ya Tuhan, ternyata benar. Mas Rendy sudah tahu semuanya, tapi darimana dia dapat foto itu yah, batin Elsa penuh tanya.
"Aku bisa jelaskan semuanya Mas. A-aku ngga bermaksud untuk membohongi kamu ...."
"Oh jadi semua ini benar dan kamu membohongi aku?" tanya Rendy menyela perkataan Elsa.
"Maafkan aku, Mas. Aku terpaksa melakukan itu semua, tapi aku bisa jelaskan." Elsa berusaha menjelaskan semuanya pada Rendy.
Bentakan-bentakan Rendy yang keluar begitu saja membuat Elsa tak mampu menahan air matanya. Ini adalah pertama kalinya Rendy membentaknya selama mereka berumah tangga.
"Kamu tahu kan El, kalau Bapak kamu itu baru saja meninggal dan kamu bukannya ikut ke pemakaman, malah pergi ke tempat karaoke seperti itu. Apa kamu ngga pakai otak kamu!"
"Aku terpaksa Mas. Aku minta maaf Mas. Aku terpaksa melakukan semua itu," ucap Elsa. Ia bingung harus menjelaskan pada Rendy darimana. Rendy terlihat sangat marah padanya.
"Kalau begitu kamu jawab aku. Kamu ngapain ke tempat itu?" tanya Rendy.
"A-aku bekerja di sana, Mas," jawab Elsa dengan sesenggukan.
Bak disambar petir di siang bolong. Rendy merasa hatinya sangat teramat hancur mengetahui bahwa istri yang dicintainya selama ini membohonginya dengan bekerja di tempat karaoke.
"Apa kamu menjual tubuh mu di tempat itu?" tanya Rendy mulai tak bisa mengontrol amarahnya.
Elsa yang sudah sangat ketakutan tak langsung menjawab. Ia benar-benar sangat takut jika sampai salah bicara dan malah akan membuat Rendy semakin marah.
Prang.
Randy membanting vas bunga di meja hingga membuat Elsa terkejut dan semakin ketakutan. Serpihan kaca dari vas bunga itu bahkan menggores punggung kakinya hingga berdarah.
"Jawab aku, El!" Bentak Rendy.
"Apa kamu menjual tubuhmu di tempat itu?" tanya Rendy yang mulai meneteskan air matanya.
"Ngga Mas." Elsa menggelengkan kepalanya. Tangannya mencoba meraih tangan Rendy yang sudah sangat tegang. "Aku akan jelaskan semuanya sama kamu, tapi tolong dengarkan aku."
"Baik! Coba jelaskan. Jelaskan apakah pekerjaan mu di sana dan apa benar kamu tidak menjual tubuhmu pada orang-orang yang datang ke sana!"
Elsa terdiam. Ia tak tahu apakah yang dikatakan oleh Rendy itu benar atau tidak. Dirinya memang menerima uang dari para pelanggan yang puas akan jasanya, tapi Elsa tidak pernah memberikan tubuhnya pada lelaki manapun selain suaminya.
"Kamu ngga bisa jelaskan? Baiklah kalau begitu. Aku sendiri yang akan tanya pada pemilik tempat itu." Rendy menghempas genggaman tangan Elsa.
"Mas tunggu, Mas!" Teriak Elsa mencoba menahan Rendy yang akan pergi ke tempat karaoke itu.