Ringkasan
Kisah seorang wanita yang bekerja sebagai LC(lady companion) di sebuah tempat karaoke bernama Elsadara membuatnya bertemu dan mengenal seorang CEO tampan bernama Frans. Namun Frans yang sudah memiliki istri bernama Ester Lee justru menarik Elsadara masuk ke dalam masalah rumah tangganya yang cukup rumit. Cobaan demi cobaan terus hadir di kehidupan Elsadara semenjak suaminya meninggal hingga sebuah kebahagiaan datang saat Frans melabuhkan hatinya pada Elsa. Tapi sayangnya hal itu justru menjadi bencana untuk Elsa karena dia harus menerima setiap kejahatan yang dilakukan Ester Lee sebagai aksi balas dendam. Lalu bagaimanakah akhir kisah perjuangan cinta keduanya? Mampukah Elsa melewati semua cobaan yang silih berganti menghampirinya dan bisakah Frans melindungi Elsa dari kejahatan Ester Lee?
Musibah di Pagi Buta
[Aku berdiri dengan caraku sendiri. Perihal bagaimana penilaian mu itu hak mu yang tidak bisa aku larang_ Elsadara]
***
Masih jelas teringat bagaimana butiran kristal itu jatuh saat Elsadara berdiri di lorong yang gelap menatap sesosok tubuh pria yang telah ditutupi kain.
Tubuh kaku itu melintas tepat di depan matanya saat dokter dan dua orang Suster membawa jasad ayahanda tercintanya yang telah meninggal dunia.
Pagi buta yang sangat menyayat hati. Elsadara merasa perjuangannya selama ini telah pupus. Hidupnya rela hancur demi seseorang yang harus dia selamatkan, tapi kini semuanya sudah usai.
Semua sudah telanjur. Elsa sudah masuk ke dalam lubang gelap yang membuatnya mencicipi pahitnya minuman keras bahkan ucapan beberapa orang pria yang melecehkannya.
Elsadara menutup teleponnya setelah mendengar ucapan pria yang diteleponnya bahwa ia akan datang menghampirinya. Sekali lagi Elsa menatap sosok ayahnya yang kini telah menjauh dari pandangannya.
"Aku harus mengganti bajuku, Mas Rendy tidak boleh melihatku berpenampilan seperti ini," ucap Elsa sembari mengusap air matanya.
Baju ketat press body dengan panjang di atas lutut, sengaja Elsa pakai demi menarik hati para pelanggannya sebelum akhirnya ia menerima telepon bahwa ayahnya yang dirawat telah meninggal dunia.
Polesan make up yang lumayan tebal juga menghiasi wajah Elsa yang cantik. Sayangnya, belum sempat Elsa menggaet pelanggan di tempat kerjanya. Dia harus segera berlari ke rumah sakit dan melihat ayahnya yang sudah terbujur kaku.
Tak ada kalimat terakhir yang Elsa dengar dari bibir ayahnya. Rasa penyesalan pun hinggap di dalam hati Elsa. Seandainya dia tidak pergi ke tempat kerjanya mungkin dirinya masih bisa melihat ayahnya sebelum menghembuskan napas terakhirnya.
Elsa bergegas mengganti bajunya dengan yang lebih rapi. Setidaknya baju yang dia pakai sekarang sama dengan baju yang biasanya dipakai di depan suaminya.
Tak lama setelah Elsa selesai mengganti baju dan menghapus make up-nya, Rendy datang dengan tergesa menghampiri Elsa.
"Mas Rendy." Elsa berlari memeluk Rendy yang baru datang dengan air mata yang bercucuran membuat matanya sembab.
Tepat pukul 3 pagi, Elsa datang ke rumah sakit untuk melihat ayahnya yang sudah meninggal dunia. Meski kedatangannya hanya tinggal melihat mayat yang terbujur kaku dengan ditutupi kain putih.
"Gimana sama Bapak, Sayang?" tanya Rendy pada Elsa.
"Bapak sudah tidak ada, Mas," jawab Elsa dengan sesenggukan. Suaranya tidak begitu jelas terdengar.
Rendy menghembuskan napasnya yang berat. "Kamu yang sabar, ya. Kita harus ikhlaskan kepergian bapak. Ini semua yang terbaik buat Bapak. Sekarang Bapak sudah tidak sakit lagi," ucap Rendy sembari mengusap kepala Elsa.
"Iya Mas. Aku sudah ikhlas kalau Bapak pergi. Aku cuma merasa menyesal saja karena tidak bisa memberikan yang terbaik untuk Bapak selama ini," kata Elsa.
"Itu bukan salahmu. Aku yang salah. Aku sebagai kepala rumah tangga tidak bisa memberikan yang terbaik untuk kamu dan juga Bapak."
"Maafkan aku karena belum bisa membuat kalian bahagia," tambah Rendy.
Elsa hanya bisa mengeratkan pelukannya. Dirinya merasa jika selama ini perjuangannya untuk menyembuhkan ayahnya hanya bisa berhenti sampai di sini saja.
Setelah mereka menyelesaikan semua biaya administrasi, mereka pun akhirnya kembali pulang ke rumah dan bersiap untuk memakamkan jenazah ayahnya.
Semua sibuk mengurus acara pemakaman ayah Elsa. Tiba-tiba saja Elsa yang tengah berada dalam suasana duka mendapatkan telepon dari seseorang yang sangat tak asing untuknya.
[Halo Mommy] Elsa mengangkat telepon dari seorang wanita yang menerimanya bekerja di tempat karaoke-nya.
[Kamu dimana, Elsa. Apa kamu belum bisa ke sini? Ini ada pelanggan setia kamu yang menunggu kamu dari tadi]
[Maaf Mommy, sepertinya aku tidak bisa ke sana. Aku sedang berduka karena ayahku baru saja meninggal dunia]
Sayangnya Mommy Chan tidak bisa menerima alasan apapun dari Elsa. Dia tetap memaksa Elsa untuk datang ke tempat karaoke dan melayani pelanggannya yang sudah membayar mahal dengan cash.
Mana mungkin Mommy Chan rela kehilangan uang yang sudah diterima dengan tangannya sendiri apalagi jumlah uang yang diberikan oleh pelanggannya untuk menyewa jasa Elsa sangatlah besar.
Akhirnya mau tak mau Elsa pun mengiyakan perintah dari Mommy Chan meski hatinya masih sangat berduka. Elsa merasa jika itu masih tanggung jawabnya untuk melayani pelanggannya.
Namun, sayangnya Elsa melakukan semua itu untuk yang terakhir kalinya. Untuk esok dan seterusnya, ia tidak akan lagi melakukan pekerjaan itu.
Elsa akan menjalani kehidupannya seperti dahulu lagi sebelum menjadi seorang LC. Lagipula dirinya sudah tidak punya alasan lagi untuk tetap bertahan di dalam profesi yang selama ini ia geluti.
Alasan Elsa menjadi LC adalah untuk mendapatkan uang agar bisa membeli obat-obatan untuk ayahnya yang sudah komplikasi. Elsa tidak bisa hanya mengandalkan uang yang diberikan oleh Rendy.
Pendapatan Rendy yang tak seberapa dan juga tidak tentu sangat tidak cukup untuk membeli obat ayahnya dan untuk kebutuhan sehari-hari sehingga Elsa memutuskan untuk bekerja menjadi LC tanpa sepengetahuan Rendy agar bisa membeli obat-obatan untuk ayahnya.
"Siapa yang telepon, Sayang?" tanya Rendy tiba-tiba mengejutkannya.
"Oh i-itu bukan apa-apa kok, Mas. Tadi cuma temen yang telepon untuk mengucapkan bela sungkawa," kata Elsa terpaksa berbohong.
"Ya sudah kita pergi pemakaman dulu," ajak Rendy.
"Emmm Mas sepertinya aku tidak bisa ikut ke pemakaman soalnya aku sedikit pusing." Lagi-lagi Elsa beralasan.
"Ya sudah kalau begitu kamu istirahat saja biar aku yang pergi ke pemakaman." Rendy mengusap lembut kepala Elsa dan mengecup keningnya sekilas sebelum pergi.
Maafkan aku, Mas. Aku terpaksa berbohong sama kamu, batin Elsa dengan mata berkaca-kaca. Dirinya merasa sangat bersalah pada suaminya yang selalu dia bohongi selama ini.
"Maafkan aku, Mas karena sudah berbohong sama kamu. Aku janji ini adalah yang terakhir," kata Elsa tak mampu menahan air matanya yang kemudian meluncur jatuh begitu saja.
Setelah kepergian Rendy dan rombongan yang membawa jenazah ayahnya ke pemakaman, Elsa langsung bersiap-siap untuk menemui Mommy Chan.
Ia membawa baju yang sengaja akan dipakainya di tempat karaoke nanti. Baju yang seksi seperti biasanya dia pakai saat tengah bekerja demi menyenangkan hati pelanggannya.
Tak sampai satu jam, Elsa sampai di tempat karaoke yang masih buka. Tempat karaoke itu buka 24 jam, hanya saja jika siang hari tempat karaoke itu tidak seramai malam hari.
"Akhirnya kamu datang juga. Ini baju ganti mu, kan? Sana cepat pakai dan temani pelanggan mu yang sudah menunggu dari tadi," perintah Mommy Chan.
"Maaf Mom, sebelumnya aku ingin bilang kalau aku ingin berhenti bekerja dengan Mommy. Ini terakhir kali aku bekerja karena aku ingin berhenti."
"Apa! Kamu ingin berhenti! Tidak bisa!" Mommy Chan menolak Elsa yang akan berhenti dari tempatnya bekerja.
"Maaf Mom, tapi aku tidak punya alasan lagi untuk terus bekerja di sini. Ayahku sudah tidak ada jadi untuk apa lagi aku bekerja," kata Elsa mulai menitikkan air matanya.
Mommy Chan langsung mengangkat tangannya dan mencengkram dagu Elsa menariknya sedikit ke atas hingga mereka pun bertatapan untuk sesaat.
"Apa kamu lupa dengan uang yang kamu pinjam tempo hari? Apa kamu bisa mengembalikan uang itu sekarang juga?" tanya Mommy Chan.
Elsa mendadak terdiam. Ia berpikir tentang uang yang dia pinjam tempo hari dari Mommy Chan. Uang dengan jumlah yang tidak sedikit.
Ya Tuhan, bagaimana ini. Bagaimana aku harus membayar hutang pada Mommy Chan kalau dia meminta uang itu sekarang. Tapi aku juga ngga mau bekerja lagi di tempat ini. Aku tidak mau membohongi suamiku terus-menerus, batin Elsa.