Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Aku Jijik Padamu

"Apa kamu tidak sadar Mas kalau selama ini kamu selalu saja memaksaku." Ester membulatkan matanya menatap tajam Frans.

"Kamu selalu saja memaksa aku agar bisa memiliki anak padahal kamu tahu sendiri kalau aku belum siap untuk punya anak."

Frans terkesiap mendengar perkataan Ester. Ia menyunggingkan senyum kecut menahan sakit dalam hatinya.

Mereka sudah lama menikah dan Ester masih saja mengatakan belum siap memiliki anak. Dia selalu saja beralasan dengan alasan yang tidak masuk akal. Hanya karena tidak mau badannya menjadi gemuk dan jelek setelah hamil, Ester sampai tega menolak memiliki anak.

Bukannya Frans tidak menerima keadaan fisik Ester setelah menikah. Frans bahkan tidak memedulikan bagaimana bentuk Ester nanti saat hamil dan setelah memiliki anak, tapi sayangnya ambisi Ester begitu kuat hingga tidak bisa ditahannya.

"Kamu bilang belum siap? Selama 7 tahun pernikahan kita, kamu masih bilang belum siap? Lalu apa yang kamu katakan waktu itu kalau kita akan memiliki anak setelah adikmu menikah." Frans mengingatkan tentang perkataan Ester yang pernah meminta Frans menunggu.

"Kamu pernah bilang kalau kita punya akan punya anak kalau adikmu sudah menikah karena kamu ingin fokus mengurusnya, tapi buktinya apa? Kamu masih saja bilang belum siap," lanjut Frans.

"Apa kamu tidak menerima aku yang seperti ini? Apa aku masih kurang di dalam hidup mu sampai-sampai kamu menginginkan anak dariku bahkan kamu memaksa aku."

"Aku memaksa mu karena kamu pernah menjanjikannya dan memintaku menunggu."

"Kalau begitu kita pisah saja."

Kalimat Ester itu membuat Frans terhenyak. Ia tak menyangka jika Ester akan senekat itu dengan mengorbankan rumah tangganya demi ambisinya yang belum tercapai.

"Kamu sudah gila, ya? Apa kamu sadar dengan apa yang kamu katakan."

"Memangnya apa yang salah dengan kata-kataku. Bukankah sampai di sini, kita sudah bisa lihat kalau kita itu tidak cocok."

"Tidak! Aku tidak akan menceraikan kamu apapun alasannya."

"Kalau begitu biarkan aku menerima tawaran itu."

"Ester stop! Jangan paksa aku untuk memberikan kamu izin menerima tawaran itu. Aku tidak akan memberikan kamu izin sampai kapanpun."

"Kamu egois Mas, kamu tidak bisa memberikan aku kebebasan. Kamu selalu saja mengekang ku."

Ester menyingkirkan cengkraman tangan Frans pada dagunya yang sudah memerah. Ia hendak pergi meninggalkan Frans, tapi langsung ditahan oleh Frans.

"Kamu mau kemana?" tanya Frans menahan pergelangan tangan Ester.

"Bukan urusanmu, Mas. Aku sudah muak dengan semua ini."

Lagi-lagi Ester menyingkirkan tangan Frans dengan begitu kasar. Ia lalu pergi meninggalkan Frans meski Frans mencoba menahannya.

Ester pergi dari rumah dengan menggunakan mobilnya. Satu-satunya tempat yang menjadi pelariannya adalah sebuah club malam. Di sana Ester meminum minuman hingga habis 1 botol lebih.

Bukan hal baru bagi Ester memilih meminum minuman yang beralkohol. Ia sudah terbiasa meminum minuman alkohol disaat dirinya merasa frustasi.

Hanya minuman beralkohol yang bisa membuatnya mabuk dan berimajinasi tinggi itu yang membuatnya merasa tenang.

***

Elsa berdiri di pintu depan rumah menunggu kepulangan Rendy yang sejak siang tadi belum pulang ke rumah. Acara tahlilan atas kepergian ayahnya bahkan sudah selesai, tapi Rendy masih saja belum pulang.

Elsa menyadari kesalahannya dan merasa sangat menyesal, tapi semuanya tidak berarti karena dirinya belum bisa menjelaskan semuanya pada Rendy.

Mas, kamu dimana sih. Kenapa dari tadi belum pulang juga, batin Elsa.

Sudah lewat pukul sembilan malam, tapi Rendy masih juga belum pulang. Rendy juga tidak bisa dihubungi membuat Elsa semakin khawatir.

Rasa kantuk dan juga lelah terpaksa ditahan oleh Elsa untuk membawa dirinya beristirahat. Dia masih menunggu Rendy yang entah ada dimana.

Elsa mencoba menghubungi Rendy lagi, tapi sayangnya dia tidak bisa dihubungi. Kali ini Elsa hanya bisa pasrah menunggu kepulangan Rendy tanpa tahu kapan dia akan pulang.

Elsa duduk di kursi depan rumah. Pemandangan luar rumah yang gelap menjadi pemandangan yang Elsa tatap malam itu.

Tak lama terlihat sorot lampu motor yang perlahan mendekat ke rumah mereka. Elsa mulai menebak suara motor itu yang dia tebak adalah milik Rendy. Ternyata dugaan Elsa benar. Rendy pulang ke rumah tepat pukul setengah sebelas malam.

"Mas Rendy, kamu darimana saja, Mas. Aku khawatir sama Mas dari tadi ngga bisa dihubungi," ucap Elsa yang langsung bangkit dan menghampiri Rendy yang memberhentikan motornya di depan rumah.

Rendy tak menjawab pertanyaan Elsa. Ia terus berjalan memasuki rumah. Tak peduli bagaimana Elsa mencoba mendekatinya. Rendy tampak duduk di sofa dengan wajah datar.

"Mas, aku minta maaf soal tadi. Aku mengaku salah Mas karena sudah membohongi kamu. Maafkan aku," ucap Elsa dengan berlutut di hadapan Rendy.

Rendy mendengus kasar. Ia lalu menoleh ke arah Elsa dan melempar tatapan tajam pada Elsa.

"Kamu tahu apa yang aku pikirkan tentang mu sekarang?" tanya Rendy dengan kalimatnya yang menggantung.

"Aku jijik padamu," lanjutnya lalu membuang tatapannya ke sembarang arah.

Elsa menjatuhkan air matanya begitu saja mendengar kalimat itu dari suaminya. Elsa tak menyangka jika Rendy akan berkata seperti itu padanya. Namun, meski begitu Elsa tak menyalahkan Rendy yang berkata begitu padanya karena Elsa menyadari kesalahannya yang begitu sangat besar pada Rendy.

"Aku benar-benar minta maaf padamu, Mas. Aku sudah membohongi kamu dengan bekerja di tempat karaoke itu dan menemani mereka di sana."

"Kamu tidak hanya menemani mereka. Aku tahu itu."

Lagi-lagi Elsa dibuat seperti tak bisa bernapas. Elsa tak mengerti apa yang dikatakan oleh Rendy. "Maksud kamu apa bilang seperti itu Mas?" tanya Elsa tidak mengerti.

Rupanya Mommy Chan sudah memfitnah Elsa dengan mengatakan yang tidak-tidak pada Rendy. Dia mengatakan bahwa Elsa selalu melayani para tamunya hingga ke kamar dan berhubungan badan.

Mommy Chan juga memfitnah Elsa bahwa ia selalu mendapatkan uang banyak dari hasilnya itu. Semua itu Mommy Chan lakukan agar mereka bertengkar dan Elsa menjadi kesulitan ekonomi sehingga mau tak mau Elsa akan tetap bekerja di tempatnya.

"Halah sudahlah ngga usah pura-pura ngga tau. Setelah aku tahu semuanya, aku benar-benar merasa sangat jijik padamu. Kamu adalah wanita murahan yang sudah mengkhianati kepercayaan suaminya." Rendy bangkit dan hendak meninggalkan Elsa dengan masuk ke dalam kamarnya, tapi Elsa langsung menahan tangannya.

"Tunggu Mas." Elsa menahan Rendy dengan memegang lengan tangannya. Elsa lalu bangkit dari posisinya mencoba menyamaratakan posisinya dengan Rendy.

"Aku benar-benar ngga ngerti maksud Mas apa. Aku memang salah karena aku sudah membohongi Mas, tapi tolong dengarkan penjelasan ku dulu, Mas."

"Sudahlah El. Semakin ku mencoba menjelaskan semuanya, semakin terlihat kalau kamu sedang membela diri dan aku sudah sangat muak padamu!"

"Tapi sumpah, Mas. Aku cuma menemani mereka menyanyi di tempat itu. Tidak lebih," kata Elsa mencoba menjelaskan.

"Heh, lalu apa kamu pikir aku akan percaya?" tanya Rendy menyunggingkan senyum simpul. "Ngga El. Aku ngga mungkin percaya lagi sama kamu," kata Rendy yang sudah telanjur sangat marah pada Elsa.

Kali ini semua penjelasan Elsa sia-sia. Rendy tak mau mendengarkan apa yang dikatakannya. Elsa ingin menyerah dan menerima semua cacian yang Rendy katakan padanya, tapi Elsa merasa belum siap jika harus kehilangan Rendy. Elsa sangat takut hal itu akan terjadi karena kemarahan Rendy yang sudah sangat memuncak.

"Aku tahu, Mas kalau aku sudah sangat bersalah. Aku sudah membohongi kamu, tapi semua itu aku lakukan karena terpaksa, Mas. Aku ingin membantu kamu mendapatkan uang apalagi waktu itu kita butuh uang banyak untuk biaya pengobatan Bapak."

"Aku ngga mau dengar apapun lagi."

"Tolong dengarkan aku, Mas. Aku benar-benar terpaksa melakukan semua itu."

"Lalu kenapa tadi siang kamu ke sana lagi. Apa kamu ngga merasa menyesal selama ini sudah membohongi aku. Toh sekarang kamu tetap bekerja seperti itu juga percuma, bapak sudah meninggal."

"Aku masih punya tanggung jawab di sana, Mas ...."

"Heh, tanggung jawab untuk melayani para pria hidung belang maksud mu? Sudahlah aku sudah sangat muak dan jijik padamu."

Rendy menghempas tangan Elsa kuat. Ia lalu keluar lagi dari rumah. Saat itu, sudah pukul 12 malam lebih tapi Rendy kembali pergi meninggalkan Elsa di rumahnya.

"Mas, kamu mau kemana Mas?" tanya Elsa pada Rendy, tapi Rendy mengabaikan teriakan Elsa padanya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel