Bab 7. TIDAK PANTAS DIHORMATI
Tak berselang lama Irina telah mendapatkan informasi penting yang dibutuhkan oleh Alma. "Alma ... kata mereka, Austin akan menghadiri pesta ulang tahun Tuan Clark yang ke tujuh puluh tahun di Four Hotel."
***
Sore harinya.
“Wow Nona … kamu cantik sekali.”
Irina berseru menggoda sekaligus memuji penampilan Alma yang begitu memukau. Gaun malam berwarna hitam nan seksi itu begitu sempurna ketika dipakai oleh Alma. Rambut Alma terjuntai ke belakang punggung. Riasan make up flawless membuat Alma benar-benar sempurna.
Beberapa bentuk tubuh Alma berukuran menantang menggoda para kaum adam. Irina yang melihat penampilan Alma pun tak berkedip sedikit pun. Cantik. Bahkan sangat cantik.
"Kamu jangan menggodaku Irina. Katakan apa benar gaun ini sudah cocok untukku? Aku tidak boleh melakukan kesalahan malam ini." Alma berucap memastikan penampilannya malam ini.
Senyuman hangat di wajah Irina terlukis begitu tulus. "Kamu sangat cantik, Alma. Gaun ini sangat cocok untuk kamu pakai."
Alma mengatur napasnya. Berusaha mengatasi dirinya yang dilanda kepanikan dan kecemasan. “Ya sudah, aku berangkat sekarang."
Alma tersenyum samar. Lalu dia melangkah meninggalkan apartemen Irina. Tampak wajah Alma berusaha untuk tetap tersenyum walau tak dipungkiri kecemasan dalam dirinya tetap masih ada.
***
The Four Hotel adalah salah satu hotel mewah yang ada di Roma. Adapun hotel ini dipilih menjadi tempat di mana acara ulang tahun tuan Clark. Tentu yang turut hadir di pesta ini bukanlah dari kalangan yang sembarangan. Tamu undangan yang hadir di acara ulang tahun ini adalah tamu undangan yang pastinya adalah jajaran pengusaha ternama.
Kini mobil Irina yang dibawa Alma mulai memasuki lobby The Four Hotel. Dengan menggunakan high heels 12cm Alma segera turun dari mobil dan melangkah masuk ke hotel menuju ruang pesta.
Kedatangan Austin hanya berselang beberapa menit dengan Alma. Jadi saat Austin memasuki hotel dia melihat Alma berjalan di depannya. Dia menghentikan langkahnya sejenak membuat Norwin yang berjalan di belakang Austin pun harus menghentikan langkahnya.
Melihat tuannya tengah menghentikan langkah dan menatap sesuatu di depannya, dia mengikuti arah pandang tuannya itu. Saat Norwin melihat ke arah yang sama dengan Austin, waktu itu Alma sedang memutar badannya sehingga Norwin bisa langsung mengenalinya. Membuat Norwin teringat akan sesuatu.
"Tuan."
Mendengar Norwin memanggilnya, Austin menarik pandangannya dari sosok Alma. "Ya?"
"Hari ini, Nona Irina mencari informasi mengenai jadwal anda ...." Norwin menjeda kalimatnya sesaat kemudian kembali berkata, "Nona Irina dan Nona besar De Carli adalah teman baik."
Setelah mendengar laporan dari Norwin, Austin akhirnya jadi mengerti. Dia menarik sudut bibirnya lalu berkata kepada Norwin, "Dapatkan jadwal Nona De Carli untukku."
"...." Norwin tidak bisa berkata-kata. Dia sedikit mengerutkan keningnya, merasa bingung bercampur heran dengan perintah 'tidak biasa' tuannya itu. Norwin pun bertanya-tanya dalam hati, "Siapa yang dapat memberitahuku tentang apa yang sedang terjadi? Bukankah Tuan sangat membenci orang yang berusaha mencari tahu mengenai jadwalnya?"
Austin melangkah memasuki hotel dan menuju ke ruang perjamuan, dia tidak memperdulikan Norwin yang terlihat sedang terheran.
Orang-orang yang melihat Austin masuk ke ruang perjamuan langsung menghampiri, mengerumuni serta mengajaknya berbincang.
Austin Marchetti adalah bangsawan kaya di kotanya. Dia juga merupakan satu-satunya penerus keluarga Marchetti yang terkenal sangat kaya. Di kota tempat tinggalnya, keluarga Marchetti sangat berkuasa dan dapat melakukan apapun jadi siapa yang tidak ingin berhubungan dengan keluarga seperti itu.
Austin pun membalas setiap orang yang menyapanya sembari mengedarkan pandangannya mencari ke segala penjuru ruangan. Hingga pada akhirnya dia menemukan sosok yang dia cari dengan Erick Xavier di sampingnya.
***
Alma tidak menyangka kalau dia akan bertemu dengan Erick di perjamuan malam itu. Sebelumnya Irina hanya memberitahu kalau Austin akan menghadiri undangan ulang tahun tuan Clark yang ke 70 tahun dan Alma tidak mengetahui jika tuan Clark yang dimaksud oleh Irina adalah tuan Clark Xavier, kakek dari Erick Xavier. Seandainya Alma mengetahuinya sejak awal dia tidak akan datang.
"Apa hubunganmu dengan Austin Marchetti?" Erick menghentikan langkah Alma ketika Alma bertemu dan hendak menghindarinya. Erick pun tidak tahan untuk tidak melontarkan pertanyaan.
Alma tersenyum kemudian berkata, "Maaf, no comment." Setelah menjawab Alma melewati Erick dan pergi begitu saja. Dia tidak menghiraukan Erick.
Erick yang tidak terima diacuhkan begitu saja. Dia tidak ingin melepaskan langsung menarik lengan Alma dengan kuat.
"Tuan Muda Xavier, tolong hormati saya," ucap Alma dengan nada lirih.
"Apa kamu pantas dihormati?" kata Erick seraya tertawa. "Menjadi seorang wanita murahan di kota ini, siapa yang tidak tahu kalau kamu bisa dipakai."
Setelah mengatakan hal itu Erick langsung menarik Alma agar mengikutinya.
Austin yang terus memperhatikan interaksi Erick dan Alma seketika tatapannya berubah menjadi dingin saat melihat Erick menarik Alma menuju ke sebuah lorong.
Austin yang tengah berbincang dengan seseorang yang juga merupakan rekan bisnisnya langsung membalas dan berpamitan. Setelah itu dengan segera dia melangkah cepat menuju ke lorong tempat Erick menarik Alma.
***
Alma sengaja ditarik keluar oleh Erick. Alma tidak bisa melawan karena dia tidak ingin tamu yang ada di dalam ruang perjamuan menperhatikannya.
Erick membawa Alma ke sebuah lorong agak belakang. Tempat yang sepi dan jarang ada orang yang lewat. Alma terkejut kala pria itu membenturkan tubuhnya ke dinding dan menarik dagunya.
"Apakah kamu ingin membeli kembali rumah itu?" Erick berbisik di telinga Alma seraya tersenyum licik. "Lakukan sekali di sini dan aku akan menyetujuinya."
Setelah selesai berbicara dan tanpa menunggu balasan dari Alma, pria itu langsung menarik tangan Alma dan meletakkan di atas tubuhnya.
Seketika tubuh Alma menjadi kaku ketika tangan Alma menyentuh tubuh Erick. Alma berontak, tetapi pria itu mengungkung tubuh Alma, membuat Alma tak bisa bergerak. “Lepaskan aku!” serunya keras.
Alma mendorong susah payah tubuh pria itu. Namun, sayangnya tenaga Alma hanya bagaikan kapas. Pria itu memiliki tubuh yang tegap dan tinggi. Erick menghimpit tubuh Alma, dia menatap ke bagian tubuh Alma yang tampak menyembul.
Erick pun menundukkan kepala hendak memaksa mencium Alma. "Jangan munafik. Aku tahu kau pasti menginginkan rumah itu 'kan?" bisik pria itu memaksa agar dapat mencium bibir Alma. Namun, Alma marapatkan bibirnya. Menolak mati-matian pria itu. Alma terus berontak sekuat tenaga. Meski Alma tahu tenaganya tak sebanding dengan pria itu, tapi Alma tidak sudi kalau sampai pria itu menyentuh tubuhnya.
"Tuan Muda Xavier!"
Tiba-tiba terdengar suara bariton dingin dari kejauhan saat Erick masih terus berusaha mencium Alma. Erick tidak asing dengan suara itu, dia sangat mengenali suara itu. Malam itu di ruangan VIP bar dia juga dihentikan oleh suara itu. Begitu Erick berbalik badan dan dia melihat sosok Austin yang membuatnya langsung melepaskan Alma.
Mata Alma yang memerah pun melihat kedatangan Austin. Alma segera mendekat ke arah Austin. Saat Alma melangkah mendekat, Austin memperhatikan dada Alma yang terbuka karena gaunnya yang berantakan akibat perbuatan Erick.
Begitu Alma sudah di dekatnya, Austin segera menarik ke atas gaun yang turun itu. Jari-jari dingin Austin yang menyentuh kulit Alma membuat tubuh Alma bergetar.
Setelah membantu Alma merapikan gaunnya, Austin segera merengkuh Alma ke dalam pelukannya.
Erick yang kebingungan saat melihat perlakuan Austin ke Alma itupun bertanya, "Kak Austin, kamu sungguh dengan dia—"
"Dia adalah milikku!"