Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6. WAJAHNYA SANGAT MEMIKAT

Austin duduk di kursi kebesarannya, dengan punggung yang bersandar. Tidak lama kemudian, Norwin melangkah masuk ke dalam ruang kerja Austin. Dia memberikan kopi yang telah dipesan oleh Austin sebelumnya.

"Norwin," panggil Austin saat dia menerima kopi yang diberikan oleh Norwin.

"Ya, Tuan?" jawab Norwin sambil menundukkan kepalanya.

"Kau sudah menemukan informasi yang aku minta?" tanya Austin dingin. Dia menatap Norwin yang berdiri di hadapannya.

Norwin mengangguk. "Sudah Tuan, saya sudah menemukannya. Ini informasi yang Tuan cari." Dia menyerahkan map coklat yang dia pegang tadi pada Austin.

"Semua informasi yang kamu dapatkan sudah ada di sini?" Austin mengambil map coklat itu.

"Sudah, Tuan. Saya sudah menyelidikinya dengan baik," jawab Norwin.

Austin mulai membuka map coklat itu, dia menemukan beberapa informasi mengenai Alma. Austin pun menatap beberapa foto Alma, salah satunya foto ketika Alma lulus kuliah. Tanpa berkata, Austin tersenyum melihatnya.

Austin mengamati sesaat foto tersebut. Alma tampak tidak jauh berbeda dari sekarang, dia sungguh cantik. Semua murid mengenakan pakaian yang sama, tetapi Alma lah yang tampak paling menonjol.

"Wajahnya sangat memikat orang," batin Austin.

Austin memeriksa dokumen yang diberikan oleh Norwin. Di dalamnya tidak ada informasi khusus yang penting, sama sekali tidak ada informasi yang dia inginkan. Austin pun meletakkan dokumen itu dan menatap Norwin. "Katakan yang penting!"

"Baik, Tuan. Tadi malam saya mendapatkan informasi dari orang terdekat keluarga De Carli dari situ saya mengetahui kalau keuangan keluarga tersebut sedang tidak baik sehingga harus menjual harta warisannya untuk perputaran keuangan."

"Apakah itu properti?" Austin bertanya lagi.

"Sepertinya sebuah rumah di daerah tua yang sangat berharga," kata Norwin. "Bangunan itu adalah warisan dari mertua Tuan Travis De Carli. Tidak jelas bagaimana bisa sampai di tangannya. Katanya sebelum dijual nona keluarga De Carli tinggal di sana."

"Nona keluarga De Carli? Alma?" tanya Austin dalam hati.

Austin merenung sejenak kemudian dia mencoba bertanya, "Apakah kamu sempat mencari tahu tentang nona keluarga De Carli itu?"

"Nona keluarga De Carli, dia ...." Norwin menjeda kata-katanya sejenak lalu melanjutkan dengan pelan. "Dia sangat terkenal."

"Benarkah?" Austin terus memenatap agar Norwin terus berbicara.

"Anda seharusnya sudah mengetahui mengenai hal ini. Reputasinya sangat buruk." Norwin berkata dengan hati-hati karena melihat Tuannya tertarik dengan cerita tentang nona keluarga De Carli.

"Benar, aku pernah mendengarnya," kata Austin sembari menganggukkan kepalanya. "Apa masih ada lagi selain itu?"

"Masih ada." Norwin berpikir sejenak lalu melanjutkan mengutarakan informasi yang dia dapat. "Hubungan nona De Carli dengan ayahnya sangat tidak harmonis. Sepertinya karena ayahnya menikah lagi setelah ibunya meninggal dan ibu tirinya membawa serta putrinya. Tidak ada yang tahu itu adalah putri kandung Tuan Travis atau bukan, tapi rumor mengatakan bahwa nona kedua De Carli adalah anak haram.

Perusahaan De Carli yang ada sekarang tadinya adalah milik kakek nona besar De Carli yaitu tuan Lawson, Lawson Company.

Tuan Lawson tidak memiliki putra. Saat dia masih hidup putrinya meninggal. Akibat ditinggal putrinya tersebut tuan Lawson menjadi sakit hingga meninggal dunia dan perusahaan diteruskan oleh tuan Travis."

Informasi yang diberikan oleh Norwin tersebut sudah cukup bagi Austin untuk mengetahui hubungan sebab akibat yang terjadi.

"Apalagi?" Austin terus bertanya.

"Saya juga mendengar bahwa dua bulan yang lalu Tuan Travis membawa nona besar De Carli untuk dijodohkan dengan tuan Robert. Tuan Robert sangat menyukai nona besar De Carli." Norwin menceritakan yang sebenarnya perihal informasi yang dia dapat.

"Robert?" gumam Austin. "Apakah dia Robert yang ku kenal?"

Norwin dapat menebak kecurigaan Austin karena respon mereka sama saat pertama kali mendengar.

"Benar, Tuan. Dia adalah tuan Robert Clowvin dari Work Hard Company, tetapi nona De Carli tidak menyukai tuan Robert jadi dia selalu bertengkar dengan tuan Travis karena hal itu dan waktu itu sepertinya mereka pun bertengkar di lokasi kejadian." Norwin menjelaskan.

Penjelasan dari Norwin tersebut tanpa Austin sadari sudah membuat sudut bibirnya sedikit terangkat.

"Berani dan tegas," gumam Austin lirih.

Sedangkan Norwin tampak bingung ketika melihat tuannya tersenyum, pasalnya dia tidak tahu mengapa tuannya itu tersenyum.

"Oh iya ...." Austin yang melupakan satu hal kembali bertanya, "Kepada siapa rumah warisan keluarga Lawson dijual?"

"Tuan muda keluarga Xavier," jawab Norwin.

"Baiklah kalau begitu." -Austin melambaikan tangannya- "lanjutkan lah pekerjaanmu."

Setelah mendengarkan semua penjelasan dari Norwin, Austin akhirnya mengerti benang merah dari permasalahan yang ada.

"Hubungan Alma dengan keluarganya sangat buruk, properti warisan kakeknya sudah dijual. Dia juga dijodohkan dengan Robert oleh ayahnya .... Sebagai orang normal setelah mendapatkan 'serangan' dari segala penjuru, hal pertama yang dilakukan adalah mencari perlindungan yang tangguh." Austin beranggapan Alma pasti berpikiran seperti itu.

Malam itu di hotel Eiden, Austin merasa Alma sengaja mendekatinya, tetapi Austin belum sepenuhnya yakin. Namun, setelah mengetahui informasi dari Norwin kini dia menjadi 100% yakin. "Wanita ini mendekatiku dengan tujuan."

Melalui informasi dari Norwin, Austin jadi mengetahui betapa pentingnya rumah warisan itu bagi Alma dan dengan karakter yang dimiliki oleh Alma, dia pasti akan mengambil rumah itu kembali.

Austin kembali mengingat kejadian tadi malam ketika dia masuk ke ruang VIP bar. "Kalau semalam aku tidak masuk ke ruangan VIP tersebut akankah dia melakukan hal tersebut dengan si brengsek Erick di depan semua orang?"

Membayangkan Alma dan Erick melakukan hal itu, hati Austin menjadi sedikit emosi. Austin pun merasa lucu, mengapa wanita yang baru bertemu dengan dua kali dengannya mempunyai kemampuan mempengaruhi emosinya.

***

Alma telah memutuskan mencari Austin untuk meminta bantuan darinya. Keputusan dan rencana Alma tersebut diberitahukannya pada saat keduanya sedang sarapan dan Irina tengah meminum susu, mendengar ucapan Alma sontak membuat Irina tersedak oleh susu yang sedang diteguk hingga membuatnya terbatuk parah.

Alma yang tengah mengunyah roti sarapannya menatap Irina. Dia dengan sabar menunggu sampai Irina tidak terbatuk lagi dan merasa lebih baik.

Setelah merasa lebih baik. Irina dengan matanya yang membulat mulai membuka mulut dan bertanya, "Apakah kamu yakin?"

"Tentu saja." Alma menjawab seraya menganggukkan kepalanya.

"Tapi Alma ... kamu jangan tersinggung." -Irina bergerak menggeser tubuhnya mendekati Alma- "aku sempat mendengar kalau Austin orangnya sangat kejam dan beberapa tahun belakangan ini dia tidak mendekati wanita manapun. Aku rasa ini sulit."

"Bagaimana bisa tahu kalau kita tidak mencoba," balas Alma.

Alma merasa tidak ada cara lain kecuali meminta bantuan kepada Austin. Alma pun tidak dapat menemukan cara dan orang lain yang bisa membantunya. Karena hanya ada satu cara maka harus diusahakan sampai berhasil.

"Irina, tolong bantu aku mendapatkan jadwalnya," kata Alma dengan nada memohon. Alma tahu pergaulan Irina sangat luas jadi dia pasti bisa diandalkan dan mahir dalam hal seperti ini.

"Baiklah! Serahkan kepadaku." Irina menjawab dengan lantang, lalu meraih ponselnya dan segera mencari tahu informasi mengenai pergerakan Austin.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel