Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4. MENYUKAI WANITA MURAHAN

Mereka semua bertanya-tanya. "Sejak kapan Alma De Carli berhubungan dengan seorang Austin Marchetti?"

Mereka juga tengah terheran-heran dengan nada bicara Austin yang seperti sangat memperhatikan Alma.

Pada awalnya Alma juga merasa bingung, tapi dengan cepat dia mengerti maksud dari sikap Austin. Austin ingin membantunya.

Alma segera melemparkan tatapan penuh terima kasih ke Austin. Dia merespon dengan mengeluh kecil. "Ini semua karena kamu galak kepadaku." Dia juga mencoba bersikap dan membuat suaranya menjadi manja.

Namun, sebenarnya bagi Austin suara manja yang Alma keluarkan malah terdengar seperti suara serangga yang sedang hinggap di telinganya. Membuatnya ingin menggaruk karena membuatnya gatal.

"Kak Austin apa yang terjadi?" Erick sangat kaget saat melihat interaksi antara Alma dan Austin yang nampak dekat. Walaupun Erick belum lama mengenal Austin, tapi dia mengerti sifatnya. Jadi mana mungkin Austin bisa menyukai Alma.

"Ada orang yang tidak boleh kamu sentuh, mengerti!" Austin tidak menjawab secara langsung pertanyaan Erick, tapi jawaban itu cukup untuk membuktikan tentang hubungannya dengan Alma.

Akhirnya Erick menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Setelah itu Austin merengkuh Alma dan mengajaknya pergi dari ruangan itu. Austin berjalan dengan sangat gagah, meninggalkan sekumpulan orang yang terus menatap mereka.

"Sejak kapan dia mendekati Kak Austin?"

"Seleranya aneh, sejak kapan dia menyukai wanita murahan?"

"Mungkin pelayanannya memuaskan. Dia 'kan sudah berpengalaman."

***

Alma dibawa keluar oleh Austin dari dalam bar.

Sebenarnya setelah keluar dari ruangan itu Alma ingin melepaskan pelukan Austin, tetapi pelukannya terlalu kuat. Mengingat bantuan yang tadi diberikan oleh Austin jadi Alma membiarkannya.

Alma dipeluk oleh Austin hingga di depan sebuah mobil SUV. Belum sempat Alma berkata-kata, Austin sudah terlebih dahulu memotongnya. "Masuklah ke dalam mobil."

"Tidak perlu repot-repot, aku membawa mobil," balas Alma sembari tertawa ketika melihat kelakuan Austin. Sebenarnya Alma sedang berbohong tidak membawa mobil, dia akan pulang naik taxi malam ini.

"Masuk ke dalam mobil." Austin mengulangi sekali lagi ucapannya dengan nada yang tak ingin terbantah, dia seperti tidak mendengarkan apa yang Alma katakan.

Alma yang tidak mempunyai kesempatan untuk melawan, akhirnya mau tidak mau menuruti kemauan Austin dengan masuk ke dalam mobil. Pikir Alma, dapat berdua dengan Austin adalah sebuah hal yang baik.

Alma juga berpikir bahwa Austin akan mengantarkan dirinya pulang. Namun, ternyata Alma salah. Austin malah ikut masuk dan duduk di bangku belakang bersama Alma.

Setelah pintu ditutup, bagi Alma udara segar akan sangat berharga baginya saat ini ketika berdua di dalam mobil bersama dengan Austin.

Austin menatap Alma dengan intens hingga membuat jantung Alma berdegup kencang. "Tuan Marchetti." Alma mencoba memanggil nama Austin untuk mencairkan suasana yang canggung.

"Untuk apa kamu mencari Erick Xavier?" Setelah mengucapkan kata-kata itu Austin menyadari jika dirinya sedang marah.

Sebenarnya perasaan marah itu sudah muncul sejak melihat Alma berada di bawah kungkungan Erick, tetapi dia belum bisa memastikan perasaan itu karena perasaan Austin sendiri sudah lama tidak tergerak oleh seorang wanita.

"Karena masalah pribadi." Alma membalas dengan jawaban yang ambigu. Dia merasa tidak ada gunanya memberitahukan tentang masalah rumah yang dijual pada Austin.

Austin terus menatap Alma lalu berkata, "Apa kamu selalu bersikap seperti ini kepada semua pria?"

Tersimpan amarah dalam nada bicara Austin dan Alma tidak tahu dari mana datangnya amarah itu. Sampai dengan sekarang, ini adalah pertemuan ke dua mereka.

"Tuan Marchetti seharusnya sudah mendengar tentang reputasi 'terhormat' ku bukan?" ucap Alma sembari terus menatap dan tersenyum pada Austin. "Karena sudah pernah mendengarnya maka tidak perlu kaget. Aku adalah orang yang seperti itu."

Mendengar dan melihat Alma yang mengucapkan kata-kata itu dengan tanpa ekspresi membuat kemarahan pada diri Austin semakin meningkat.

Austin tertawa sinis. "Jadi ... tadi aku sudah mengganggu hal baikmu?"

"Tidak. Aku berterima kasih kepada Tuan Marchetti karena telah berhasil membawaku keluar dari ruangan itu." Alma pun tertawa. "Jika negosiasinya tidak berhasil maka aku yang akan rugi karena telah ditidurinya."

Austin terdiam tidak merespon setelah mendengar perkataan Alma. Beberapa waktu kemudian barulah Austin kembali membuka mulut. "Turun."

"Baiklah. Tuan Marchetti berhati-hatilah dalam mengemudi kendaraan." Alma berucap sambil sedikit mengangkat dagunya lalu bergerak turun dari mobil. Sedangkan Austin yang masih terduduk di bangku belakang terus menatap bayangan Alma yang tengah turun dari mobil dan masuk ke dalam lamunannya.

Setelah sadar dari lamunannya, Austin segera menyalakan mesin lalu perlahan mobil melaju meninggalkan Alma.

Dalam perjalanan, Austin mengeluarkan ponselnya. Dia menghubungi Norwin—asistennya.

"Tuan, apa ada yang bisa saya bantu." Begitu panggilan tersambung Norwin segera menerima telepon dan siap menjalankan perintah.

"Coba selidiki keluarga De Carli." Sebenarnya Austin ingin menyebutkan nama Alma, tetapi setelah dia pertimbangkan lagi menurut Austin lebih baik menggantinya dengan menyebut nama keluarga. Dulu Austin pernah mendengar cerita tentang keluarga De Carli hanya saja tidak mengetahui dengan jelas.

"Baik Tuan. Saya akan segera mencari informasi mengenai keluarga De Carli. Kapan Tuan menginginkan informasi tersebut?" tanya Norwin.

"Lebih cepat lebih baik," ucap Austin dengan nada dingin.

Norwin langsung menjawab, "Tidak masalah Tuan. Begitu saya mendapatkan informasi tersebut saya akan segera menyerahkan kepada Tuan."

***

Sepulang dari bar dengan menggunakan taksi dan hendak masuk ke dalam rumah Alma baru menyadari kalau kunci pintu rumahnya telah diganti. Beberapa kali dia mencoba memasukkan kode pun tidak berhasil. Hingga alarm rumah berbunyi.

Alma berdiri di depan pintu dan mendengar bunyi alarm rumah yang menusuk telinga. Dia merasa sangat kesal hingga giginya menggeretak.

Dia segera berbalik melangkah pergi dengan menghentakkan kakinya yang menggunakan sepatu hak tinggi.

Setelah berada di jalan Alma segera mengulurkan tangannya untuk menghentikan sebuah taksi. Dia memberitahukan alamat keluarga besar De Carli yang tidak jauh dari kediaman yang Alma tinggali kepada sang pengemudi taksi agar bisa segera mengantarnya ke sana. Hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk sampai ke sana.

***

Setelah taksi yang mengantarkan Alma tiba di kediaman De Carli, Alma segera turun. Dia melangkah masuk ke rumah dengan emosi yang menggebu-gebu.

"Kakak." Elena—sang adik menyapa dengan lembut ketika melihat Alma pulang, tetapi Alma tidak menghiraukannya. Dia langsung melangkah menuju lantai atas.

Di dalam ruang baca, Travis yang sedang mendengarkan penjelasan laporan perusahaan dari bawahannya via telepon terkejut hingga keningnya mengerut ketika pintu ruangan dibuka dengan tiba-tiba.

Begitu mengetahui yang masuk ke ruangan adalah Alma, dia segera mengakhiri pembicaraan. "Sementara sampai disini dulu." Travis menutup teleponnya.

"Apa kamu tidak tahu ada aturan bahwa sebelum masuk ke ruangan orang kamu harus mengetuk pintu terlebih dahulu? Jika kamu melakukan hal seperti ini di luar sana reputasi keluarga De Carli akan hancur!"

Travis yang tidak puas dengan sikap Alma yang masuk ke ruang baca tanpa mengetuk pintu menegur putrinya dengan tegas. Sorot matanya menatap penuh peringatan pada Alma.

Alma menghampiri meja kerja Travis, dia tidak memperdulikan teguran ayahnya tadi. "Apa kamu yang mengganti kunci pintu rumahku?" ucap Alma dengan nada yang tinggi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel