Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6. HABIS MANIS SEPAH DIBUANG

"Bertengkar dengan Alma lagi?"

Austin tidak memberi Dante jawaban. Namun, berdasarkan pengalaman berteman dengannya bertahun-tahun, reaksi Austin itu sudah cukup untuk membuatnya memutuskan jawabannya.

"Nanti mau keluar makan bersama?" Dante memberi sebuah ajakan. "Kebetulan aku pergi dengan Lisa jadi mungkin dia bisa membantumu."

Lisa?

Begitu mendengar nama ini, alis Austin langsung mengkerut.

Dulu Dante tersiksa begitu lama karena Lisa, lalu setelah kejadian Dante berkelahi demi Lisa sampai dibawa ke kantor polisi ketika itu, Austin tidak pernah mendengar Dante mengungkit nama wanita itu lagi.

Austin mengira Dante sudah lepas dan melupakan masalah Lisa ini. Namun, sepertinya selama ini dia sudah tidak pernah lagi memperhatikan Dante dan juga Lewis lagi, hampir semua perhatiannya dia fokuskan pada Alma.

"Baik, sampai jumpa nanti." Setelah Austin dan Dante membuat janji di mana dan kapan akan bertemu, telepon langsung ditutup.

Suasana hati Austin tetap sangat kacau. Biasanya dia bukan pecandu rokok, tetapi setiap kali suasana hatinya memburuk dia menjadi ingin sekali merokok.

Austin membuka laci dan mengeluarkan rokok juga pemantik, menyalakan sebatang rokok, lalu berjalan ke arah jendela.

Musim hujan di kota memang bukan legenda, setiap tahun di bulan mei sampai juni selalu begini, di saat yang parah bisa hujan selama setengah bulan lebih tanpa berhenti.

Cuaca yang seperti itu, mudah untuk membuat suasana hati orang menjadi tertekan juga galau.

Austin menghisap rokoknya, dalam hati menghitung kapan musim hujan akan berakhir. Menunggu cahaya matahari datang menyinari.

***

Pukul 7 malam, Austin datang ke restoran yang sudah dijanjikan.

Dulu dia, Dante dan Lewis sering datang ke restoran ini, ruangan yang selalu mereka pilih juga tidak pernah berganti jadi begitu Austin datang, pelayan membawanya ke ruang yang sudah biasa dia pakai.

Sewaktu Austin datang, Dante dan Lewis sudah sampai. Tentu saja ada juga Lisa yang duduk di samping Dante.

Ketika Austin melihat ke arah Lisa, dia memberikan anggukan pelan sebagai sapaan. Sebenarnya yang merasa canggung ketika bertemu Austin di sini adalah Lisa.

Bagaimanapun dia pernah berkata kepada Austin kalau seumur hidupnya dia tidak akan bersama dengan Dante lagi, tetapi sekarang dia malah muncul di tempat bersama Dante. Bukankah ini sama saja dengan menampar wajah sendiri?

Namun, melihat gelagat Austin, sepertinya dia sudah melupakan hal itu. Begitu memikirkan ini, Lisa akhirnya bisa merasa sedikit lebih lega.

Austin memang sedang sakit, dia baru turun demam setengah hari, kelihatannya masih belum begitu bersemangat.

Ditambah dengan pertengkarannya dengan Alma sebelumnya, membuat wajahnya semakin tidak enak dilihat.

Jadi begitu dia baru duduk, Dante langsung bertanya, "Kali ini Alma bertengkar denganmu karena apa lagi?"

Saat Dante menerima telepon dari Austin, Lisa tidak berada di sampingnya, sehingga dia juga tidak tahu tentang kejadian Austin yang bertengkar dengan Alma. Jadi begitu mendengar Dante bertanya seperti ini, Lisa jadi terkejut.

"Alma bertengkar dengan Austin?" gumam Lisa dalam hati. "Jelas-jelas semalam Alma baru menghubungiku dan bertanya mengenai hubungannya dengan Austin. Maksud Alma sudah jelas sekali merasa tidak tega kepada Austin dan sudah memutuskan untuk hidup bersama Austin selamanya. Kenapa mereka bisa bertengkar? Hanya dalam waktu satu hari, apa yang sebenarnya terjadi?"

Lisa ingin bertanya, tetapi dia juga merasa tidak tahu harus bagaimana menanyakannya karena bagaimana pun dia tidak terlalu dekat dengan Austin, paling hanya termasuk teman biasa saja. Untuk menanyakan hal seperti itu kepada teman biasa, rasanya agak keterlaluan,

Austin mengajak Dante dan Lewis keluar memang untuk mengeluarkan semua uneg-unegnya.

Meskipun ada Lisa diantara mereka dia tidak peduli. Bagaimanapun juga Lisa adalah psikolog pribadi Alma, harusnya dia cukup paham dengan kondisi mereka.

Austin mulai berkata, "Dia meminta untuk bercerai denganku."

Tadi Lisa sudah cukup terkejut, begitu mendengar ucapan Austin kali ini dia lebih kaget lagi.

"Alma mengajukan cerai? Bagaimana mungkin?! Dari sikap dia sebelumnya, tidak mungkin dia mengajukan cerai kepada Austin," batin Lisa.

"Brengsek! Habis manis sepah dibuang!" Begitu mendengar ucapan Austin, Lewis -lah orang yang paling marah diantara mereka. Pasalnya ketika Austin menyelidiki tentang Travis, Lewis juga cukup banyak membantu.

Dia juga tahu kalau Austin melakukan semua pasti demi Alma. Tadinya dia sudah tidak memiliki terlalu banyak komentar karena ketika itu hubungan Austin dan Alma cukup baik, dia juga mengira Alma sudah memutuskan untuk mengarungi bahtera rumah tangga dengan Austin selamanya.

Sekarang lihat apa yang terjadi, apa yang diinginkan sudah didapatkan, langsung meminta cerai.

"Harusnya tidak sesederhana itu." Meskipun Lisa tahu kalau dia membuka mulut disaat seperti ini tidak tepat, tetapi fia tetap mengatakannya. "Pasti masih ada penyebab lain, iya kan?"

Disaat seperti ini Austin sungguh salut pada Lisa.

"Benar." Austin tidak menyangkalnya. "Hari ini, ayah Gwen meninggal."

"Apa?!" Begitu mendengar kabar ini, Dante dan Lewis sontak langsung bertanya bersamaan.

Beberapa hari yang lalu ketika ayah Gwen melakukan operasi, mereka baru menanyakan kabarnya. Mereka juga mendengar dari Gwen kalau operasinya berjalan lancar. Namun, siapa yang menyangka baru seminggu lebih, orangnya sudah tidak ada.

"Muncul reaksi penolakan pada organ yang ditransplantasikan, sehingga gagal diselamatkan." Austin menjelaskan.

Setelah terdiam beberapa detik kemudian Austin melanjutkan, "Ketika jam 2 siang, Gwen pergi ke rumahku. Saat itu aku ada di rumah, aku keluar untuk bicara beberapa patah kata dengannya dan kebetulan Alma pulang."

Setelah mendengar penjelasan Austin, Dante dan Lewis terdiam.

Bisakah tidak begitu dramatis?

"Kenapa dia pergi mencarimu lagi?" Setelah terdiam sesaat, Dante mengkerutkan alis dan berkata dengan sedikit tidak senang. "Dikondisi seperti itu bukankah dia seharusnya mencari Rafael?"

Begitu mendengar Dante berkata demikian, Austin mengangkat tangan memijat alisnya. "Aku juga tidak mengerti."

"Kalau benar dia meminta cerai kepadamu karena hal ini, itu pasti karena dia sedang merajuk."

Kali ini Lewis malah tidak mengatakan kalau Alma kekanakan. Dirinya yang sekarang sudah tidak seperti dulu yang selalu berpihak pada Gwen apapun yang terjadi.

Berdasarkan kejadian kali ini, Gwen yang sudah memiliki kekasih malah pergi mencari Austin lagi, bahkan sampai terlihat oleh Alma jadi sudah sewajarnya Alma marah.

Terutama setelah apa yang terjadi di pesta pernikahan Austin dan Alma. Meskipun ucapan yang keluar dari mulut Lewis tidak enak didengar, tetapi setelah kejadian pesta pernikahan itu dia terus merasa bersalah pada Alma.

Karena dia yang membawa Gwen datang ke acara itu, kalau seandainya dia tidak membawa Gwen ke sana ketika itu, mungkin kejadian setelahnya tidak akan pernah terjadi.

Lisa duduk di samping Dante terus mendengar Austin bercerita sampai selesai dan ternyata memang seperti apa yang dia duga.

Kalau tidak terjadi sesuatu, Alma tidak mungkin mengajukan cerai dan permintaan cerainya kali ini pasti bukan hanya karena sekedar merajuk.

"Tidak mungkin."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel