Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4. USAHA SANG PELAKOR (2)

Dalam sebuah reuni maupun pesta-pesta yang diselenggarakan di manapun tidak akan terlepas dari minuman-minuman beralkohol seperti wine dan sampanye dan yang lainnya.

Elena yang tidak kuat minum baru meminum beberapa gelas saja langkahnya sudah sempoyongan.

Melihat keadaan Elena yang seperti itu akhirnya Austin mengingatkannya. "Kamu tidak bisa minum jadi jangan minum lagi."

"Kak Austin tenang saja. Aku tidak selemah itu. Aku baik-baik saja dan masih kuat untuk minum." Elena tidak memperdulikan peringatan Austin. Dia hendak mengambil satu gelas lagi minuman, tetapi Austin mencegahnya.

"Sudah cukup! Ayo aku antar kamu pulang." Hanya dengan melihat kondisinya Austin pun tahu kalau Elena sedang mabuk berat.

Mendengar perkataan Austin tersebut mata Elena langsung berbinar. "Terima kasih Kak Austin."

Austin tidak menjawabnya. Dia membawa Elena untuk berpamitan kepada ketua jurusan dan langsung membawanya pergi.

Di luar gedung, Austin tidak tahu jika ada wartawan. Para awak media yang melihat Austin keluar sambil memapah Elena yang sedang mabuk tentu saja tidak akan melewatkannya. Mereka langsung mengarahkan kameranya dan memotret keduanya.

Austin membawa Elena menaiki mobilnya. Dia meletakkan Elena di kursi belakang. Kali ini Austin akan mengendarainya sendiri karena setelah mengantar Austin, Norwin memarkirkan mobilnya kemudian diperintahkan kembali ke perusahaan untuk mengurus beberapa hal.

Setelah berada di dalam mobil Elena berkata dengan lemah, "Maaf Kak Austin ... aku sekarang tidak tinggal di rumah."

Austin sedikit mengerutkan keningnya kemudian dia bertanya, "Lalu kamu tinggal di mana sekarang?"

"Aku tinggal di sebuah apartemen. Center Rome Coliseum yang terletak di distrik Rione Monti ... gedung 3 unit 1306." Meskipun Elena dalam keadaan mabuk, tetapi dia masih bisa menyebutkan alamat lengkap apartemen yang kini dia tinggali.

"Ok aku mengerti." Austin yang merasa tertolong langsung melajukan mobilnya.

Lokasi apartemen yang Elena sebutkan tidaklah jauh dari lokasi reuni mereka hanya berjarak sekitar 9-10km jadi tidak akan membutuhkan waktu lama untuk tiba di sana.

Saat Austin fokus melajukan mobilnya, Elena yang duduk di kursi belakang membuka matanya dengan sempurna. Tatapannya begitu sadar sama sekali tidak terlihat seperti orang yang sedang mabuk.

Ujung bibirnya terangkat. Dia merasa senang karena tahu setengah dari rencananya malam ini telah berhasil.

***

Sekitar 30 menit kemudian mobil Austin memasuki area parkir apartemen dan berhenti.

Austin keluar dari mobilnya, lalu membantu Elena dengan memapahnya berjalan memasuki gedung kemudian masuk ke dalam lift.

Ting!

Lift berhenti dan terbuka di lantai yang dituju. Austin memapah Elena keluar dari lift dan melangkah menuju unit apartemen yang disebut oleh Elena sebelumnya.

Keduanya telah tiba di unit apartemen Elena dan masuk ke dalam. Sejak dipapah oleh Austin, Elena melingkarkan tangannya ke badan Austin dengan lemah dan Austin tidak mempermasalahkannya karena menganggap Elena sedang mabuk.

Setelah mengantar Elena hingga sampai di dalam apartemennya, Austin berpamitan. "Beristirahatlah. Aku pulang dulu," kata Austin seraya menurunkan tangan Elena dari pinggangnya.

Namun, ketika Austin berbalik badan hendak pergi. Elena memanggilnya dengan lirih. "Kak Austin ...."

Langkah Austin terhenti ketika mendengar Elena memanggilnya. Dia pun kembali berbalik badan menghadap Elena. "Ya, ada apa?"

"Aku berterima kasih kepadamu mengenai masalah tanah waktu itu. Meskipun aku tahu kamu melakukannya demi kakakku," kata Elena dengan dibuat nada lemah khas orang yang banyak minum.

"Oh itu ... bukan apa-apa. Lalu sekarang apa ada lagi yang mau kamu bicarakan?" tanya Austin datar.

Tiba-tiba Elena terisak dan menganggukkan kepalanya dengan kuat. "Apakah Kakakku bersikap baik kepadamu?"

Mendengar pertanyaan Elena itu alis Austin menjadi berkerut. Perkara baik atau tidak sikap Alma kepadanya itu adalah urusan mereka berdua.

Dengan Elena menanyakan hal itu berarti dia mencampuri urusan mereka dan itu dianggap Austin sedikit kelewat batas.

Elena yang melihat perubahan diraut wajah Austin langsung mencoba mencari alasan untuk penjelasan.

"Kak Austin jangan salah paham, aku tidak ada maksud lain!" Elena menjelaskan dengan sangat cepat dengan nada yang terdengar seperti orang yang sangat mabuk. Dia juga memberanikan memeluk Austin. "Dulu kakakku sangat mencintai kak Ethan. Aku takut saat dia bersamamu dia mencoba menahan diri ...."

Sepertinya semakin Elena mencoba menjelaskan, ucapannya terdengar semakin kacau. Sedangkan Austin yang tidak menyadari di dalam perkataan Elena mengandung unsur adu domba hanya dianggapnya sebagai perkataan seorang yang sedang mabuk. Jadi tidak perlu diperhatikan.

***

Sementara itu di rumah, Alma telah menghabiskan satu tong ayam dan 3 kaleng minuman soda hanya dalam waktu 30 menit.

Sebenarnya dia sudah lama tidak makan dan minum seperti itu. Terakhir kali dia makan dan minum banyak seperti sekarang sewaktu dia putus dengan Ethan.

Penyebab Alma menolak makan dan minum banyak adalah dia sangat menjaga menjaga bentuk tubuhnya. Asalkan dia ingat makan banyak bisa membuatnya gemuk, dia pasti akan bisa menahan diri. Namun, kali ini yang bisa meredakan emosinya hanyalah dengan cara itu.

Alma kekenyangan sampai tidak bisa jalan dan melihat Austin yang belum juga pulang dia menjadi kesal. Saking kesalnya dia sampai menggertakkan rahangnya.

Karena kekenyangan, Alma bersusah payah untuk bangun dari sofa. Tanpa alas kaki Alma melangkah, menaiki anak tangga menuju ke kamarnya. Begitu sampai di dalam kamar, Alma melepas seluruh pakaiannya dan melangkah ke kamar mandi.

Di dalam kamar mandi Alma berdiri di bawah shower. Dia memutar keran, menyalakan air dingin dan berdiam diri membiarkan air dingin menyiram tubuhnya dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Alma terus membiarkan air menyirami tubuhnya selama hampir setengah jam dan akhirnya sukses membuatnya masuk angin.

Sebelumnya Alma makan begitu banyak makanan berlemak dan minum minuman bersoda, sekarang perutnya terasa mual hingga memuntahkan semuanya.

Alma keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan bathdrobe. Tubuhnya terasa sangat lemas hingga dia hampir tidak sanggup berjalan apalagi mengganti pakaian. Dia mengangkat tangannya dan ditempelkan di kening.

"Ups ... sepertinya aku akan demam," ucap Alma pada dirinya sendiri dengan lirih, lalu dia meraih ponselnya dan mencoba menghubungi Austin.

***

Di apartemen Elena masih asyik memeluk Austin terdengar suara ponsel Austin berdering di saku jasnya.

Elena yang mendengar ponsel Austin berdering dan demi menunjukkan kalau dia adalah seorang wanita yang pengertian dia melepaskan pelukannya dari tubuh Austin. Sedangkan Austin mendengar ponselnya berdering segera mengeluarkannya.

Setelah melihat nama yang tertera di layar ponselnya Austin segera menggeser tombol hijau yang ada di layar, lalu meletakkan ponselnya di telinga.

"Ada apa?" jawab Austin dengan nada suara yang datar bahkan lebih terdengar dingin.

"Sepertinya aku demam," kata Alma di line seberang. Suaranya terdengar lemah dan tidak bertenaga seolah diketik berikutnya dia akan mati.

"Tunggu aku!" Austin mengucapkan dua kata dengan singkat, lalu dengan cepat mematikan sambungan teleponnya.

Suasana dalam apartemen Elena sangat hening dan dia sendiri memang berniat ingin mendengarkan sehingga percakapan telepon terdengar dengan jelas olehnya. Dia tahu jika yang menelpon Austin adalah Alma.

Setelah mematikan sambungan teleponnya. Austin memberikan pesan kepada Elena. "Kamu beristirahatlah. Aku pergi dulu."

Selesai berucap Austin langsung membalikkan badannya dan segera melangkah pergi dari apartemen Elena.

Melihat Austin pergi bibir Elena tergerak ingin memanggil, tetapi dia menahannya dengan menggigit bibirnya. Kini rasa bencinya terhadap Alma semakin menjadi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel