Bab 3. USAHA SANG PELAKOR (1)
Pukul 5 sore Norwin datang tepat waktu untuk menjemput Austin.
Austin yang sudah siap sejak 30 menit sebelumnya melangkah pergi. Saat Austin hendak pergi Alma sedang merokok di ruang tengah.
Austin yang berjalan melewatinya hanya melirik sejenak, lalu menarik kembali pandangannya kemudian melangkah pergi begitu saja tanpa pamit atau berkata apa-apa. Begitu mendengar suara pintu tertutup, Alma menghisap rokoknya kuat-kuat.
***
Perjalanan menuju ke mantan universitas Austin membutuhkan waktu hampir satu jam. Ketika tiba di lobby universitas terlihat sudah sangat ramai. Mobil pun berhenti dan Austin turun.
Saat Austin turun kebetulan Elena juga baru datang. Elena mengenakan gaun putih dengan kerah berenda, terlihat sangat manis dan polos.
Elena yang melihat Austin datang sendiri. Menggigit bibirnya, tampak malu-malu berjalan menghampiri Austin.
"Kak, apakah kamu mau menjadi pendampingku malam ini? Aku sedang mencari partner."
Karena Elena yang pertama mengajaknya, Austin merasa tidak enak untuk menolaknya jadi Austin mengangguk dan mengiyakan permintaan Elena tersebut. "Boleh."
Mendengarkan jawaban Austin tersebut Elena menjadi sangat antusias. Namun, untuk mempertahankan image-nya dia tidak menunjukkan terlalu jelas.
Elena kembali menggigit bibirnya dia mencoba untuk menormalkan perasaannya, lalu dia dengan berani kembali berucap, "Kak Austin, bolehkah aku menggandeng tanganmu?"
"Boleh." Austin menjawab tanpa berpikir apa-apa. Menurutnya dalam suatu acara seperti malam ini seorang pria dan wanita bergandengan tangan adalah hal yang wajar.
Austin dan Elena masuk ke dalam bersama. Ketika keduanya masuk Austin dapat melihat banyak wajah-wajah yang tidak asing.
Di mantan kampusnya nama Austin sangat terkenal. Posisi dan status sosial membuatnya sekarang sudah menjadi target bagi para juniornya. Tidak sedikit mereka datang hanya karena ingin bertemu dengan Austin dan ada juga yang menantikan di Austin naik ke atas panggung untuk berpidato.
Circle penggemar di sekeliling Austin membuat Elena yang ada di sampingnya ikut menjadi sorotan. Banyak dari para wanita yang ada hadir di acara tersebut memandang Elena dengan tatapan kagum. Hal itu membuat Elena merasa berada di awan.
Tujuan awal Elena sebenarnya adalah seperti itu. Namun, siapa yang menyangka jika Austin bersedia bekerjasama dengannya sebaik ini jadi Elena tidak perlu berusaha keras untuk mewujudkan keinginannya. Dia merasa dewi fortuna sedang berpihak kepadanya malam ini.
Seorang pria paruh baya, tetapi pembawaannya masih terlihat gagah yang merupakan ketua jurusan melihat kedatangan Austin, lalu dia menghampirinya. "Austin sudah datang!"
Dulu sewaktu kuliah, Austin merupakan tokoh penting di kampusnya jadi hubungannya dengan ketua jurusan lumayan baik.
"Guru Zack." Austin agak menundukkan kepalanya menyapa dengan sopan ketua jurusannya itu.
Begitu juga dengan Elena yang ikut menyapanya. "Halo, guru Zack."
Ketua Zack menatap Elena dan Austin secara bergantian kemudian tersenyum dan berkata, "Sepertinya Austin dan Elena berhubungan dengan sangat baik!"
Mendengar ucapan ketua jurusan wajah Elena menjadi merah. Dia tidak berkata apa-apa hanya menatap ke Austin berharap Austin merespon dengan berkata sesuatu.
Karena Austin masih menghormati ketua jurusannya itu dia tidak enak untuk membantah hanya menerbitkan senyuman tipis, lalu berkata, "Ya, adik kelas memang orang yang cukup baik."
"Semoga kalian mendapatkan pengalaman yang menyenangkan malam ini," kata ketua jurusan sambil menepuk bahu Austin.
Tidak lama kemudian ketua jurusan melanjutkan perkataannya. "Oh iya Austin, nanti akan ada pidato penghormatan alumni. Mungkin aku akan memintamu untuk naik ke panggung untuk berpidato, memberikan sepatah dua kata. Apakah kamu bisa?"
Menurut Austin, dalam sebuah acara reuni sekolah seperti sekarang ini ada pidato atau sambutan merupakan hal yang wajar. Apalagi seorang ketua jurusan yang memintanya secara langsung jadi mana mungkin dia bisa merasa enak jika menolaknya.
"Baik, anda atur saja waktunya," jawab Austin.
Setelah mendengarkan jawaban dari Austin ketua jurusan mengangguk dan pergi. Begitu ketua jurusan terlihat menjauhi Austin mulailah orang-orang satu persatu menghampirinya. Ada yang satu angkatan dengan Austin dan ada pula yang adik kelasnya.
Elena yang berada di samping Austin entah mengapa merasa bangga ketika melihat pria itu disambut oleh banyak alumni.
"Pria ini seharusnya menjadi milikku!" geramnya dalam hati. Dia yang tiba-tiba teringat Alma menjadi geram sampai mengepalkan tangannya erat-erat. Dalam hati dia juga bersumpah akan merebut Austin dari Alma.
Baginya dengan sifat Alma yang dia tahu tidak akan ada pria yang bisa mencintainya terlalu lama apalagi pria seperti Austin yang berkuasa, dia tidak akan bertahan lama dengan Alma.
Sebelumnya Travis—ayahnya juga pernah berkata jika Austin menyukai wanita yang penurut dan Elena sangatmempercayai ucapan ayahnya itu.
Meskipun dingin, Austin termasuk orang yang sopan kepada orang yang menyapanya. Meski suasana hatinya sedang tidak baik dia tetap membalas dan meladeni satu persatu orang yang menyapanya.
***
Beberapa saat kemudian acara reuni resmi dibuka. Ketua jurusan Zack naik ke atas panggung untuk memberikan sambutan terlebih dahulu. Dia juga yang bertanggung jawab atas susunan acara malam ini.
Austin adalah orang yang terpandang yang datang sebagai tamu undangan yang diminta untuk memberikan pidato sambutan. Hampir semua orang menunggunya berpidato.
Setelah ketua jurusan Zack selesai memberikan sambutan dirinya memanggil Austin untuk naik ke atas panggung dan memberikan pidato sebagai seorang alumni.
Ketika Austin memberikan kata pidatonya di atas panggung, Elena diam-diam memfoto dirinya dari bawah panggung dan mengirimkan foto itu ke grup pertemanannya dengan caption 'selamanya dirimu'. Dia sengaja melakukan hal itu agar semua yang ada di dalam grup tersebut melihatnya.
***
Sementara itu di kediaman Austin. Alma merasa sangat kesal sepeninggal Austin. Penyebab kekesalannya itu bukan karena Austin pergi ataupun karena Austin mencari wanita lain.
Dia merasa sangat kesal karena wanita yang akan ditemuinya itu bukanlah wanita lain tetapi Elena. Jika Gwen, Sofia atau wanita lain dia tidak akan peduli, tapi jika itu adalah si wanita murahan Elena, Alma tidak akan terima.
Alma mencoba membuat dirinya lebih tenang dengan bermain ponsel. Dia membuka grup pertemanan karena bosan, berharap mendapatkan sesuatu hiburan di sana.
Lalu siapa yang menyangka ketika Alma membuka postingan terbaru grup, dia melihat foto yang Elena ambil berserta caption-nya yang penuh maksud yang dia kirim sewaktu di acara reuni. Melihat captionnya Alma ingin sekali merobeknya.
Semakin lama Alma menjadi semakin kesal, dia memutuskan menutup grup pertemanan dan membuka aplikasi pemesanan makanan. Dia memesan beberapa makanan cepat saji secara online. Dia memesan satu buket ayam dan 3 kaleng minuman soda dingin.
Itulah Alma, salah satu kebiasaan buruknya adalah makan dan minum sepuasnya ketika suasana hatinya sedang buruk.
Setelah selesai memesan sambil menunggu kurir delivery mengantarkan makanannya, Alma rebahan di sofa dan membuka grup pertemanannya sekali lagi.
Tanpa diduga Elena kembali memposting satu buah foto lagi di grup. Kali ini dalam foto memperlihatkan dirinya dan Austin. Dengan tangan Austin yang melingkar di pinggangnya.
Senyum manis pun tersungging di bibir Austin. Dia sama sekali tidak terlihat jika membenci Elena. Keduanya juga terlihat begitu dekat dan mesra.
Sangat mesra! Bahkan mereka terlihat seperti sepasang kekasih.