Bab 9
Teraasa vagina Ibu yang sempit menjadi semakin berlendir. Semakin memudahkan aku untuk memasukan dan mengeluarkan dedek arya. Kulihat wajah Ibu nan ayu dengan kebaya yang porak poranda akibat aku sobek. Payudara ibu masih terbungkus kutangnya, tapi aku bisa melihat susu Ibu seakan-akan hampir muntah kemungkinan karena ukuran kutang yang terlalu sesak. Pastinya payudara Ibu sangat besar dan menggairahkan. Tapi entah kenapa konsentrasiku saat ini hanya menggoyang dan terus menggoyangnya tanpa mempedulikan bagian tubuh Ibu yang lain. Selang beberapa menit aku menggoyang, tampak Ibuku gerakan Ibu semakin menggila. Semakin lama semakin tubuh Ibu mulai bergoyang semakin tak karuan. Kedua tangannya tampak menggenggam erat kain sprei. Bermenit-menit aku menggoyang hingga akhirnya .....
"Ibu mau keluar nak" racaunya yang membuat aku heran, kenapa coba lagi asyik-asyiknya malah mau keluar?
"Keluar kemana bu?" tanyaku keheranan yang membuat pikiranku beralih sehingga gesekan yang terjadi malah tidak membuatku merasakan rangsangan. Jujur aku tidak mengerti maksud Ibuku.
"Dah, pokoknya di goyang terus saja" racau Ibuku merasakan sesuatu yang tidak aku rasakan karena mungkin aku tidak berkonsentrasi pada kegiatanku.
Kukembalikan konsentrasi pada peningkatan gaya dorongku, kupercepat goyanganku. Kupindahkan kedua tangaku masing-masing disamping tubuh Ibuku. Kini kedua tanganku menopang tubuhku. Membuat Ibu semakin menggila karenanya, kuarahkan pandanganku ke Ibu kulihat wajahnya yang cantik tampak sedikit awut-awutan. Menggeleng kekanan dan kekiri, tubuhnya bergetar seakan-akan terkena gempa 10 skala ritcher dan tiba-tiba tubuh ibu melengking...
"Ibu keluar..... aaaaaaaaaaaaahhhhhh......... eeeeeeeeehmmmmmmmmmmmmm" ibu merasakan seuatu yang membuatnya melemah, tapi aku tidak tahu apa itu karena tidak ada komando dari Ibu aku terus melakukan goyangan terus dan terus. Ibu yang terlihat ingin istirahat Ibu terkejut karena aku masih terus menggoyangnya. Terasa ada cairan yang membasahi dedek Arya tapi aku tidak peduli aku terus mempercepat goyanganku.
"Aduh nak is....ti......ra.....hat du......lu aaaahhhh..... ah ah eeeeeeeeeh" racau Ibu, tapi tak jelas kudengar karena suaranya terlalu lirih, aku tetap menggoyang. Melihat paras ayunya membuatku semakin menggebu-gebu. Paras ayu nan pasrah membuat aku mendidih jika diteruskan mungkin aku akan menguap. Goyangan demi goyangan, hentakan demi hentakan aku lancarkan kedalam vagina Ibuku. Hingga aku merasakan sesuatu ingin keluar dari dedek arya, sama seperti yang aku rasakan saat mimpi basah. Kelihatanya aku merasakan apa yang dirasakan laki-laki dalam film itu. Sperma? Ya ini pasti sperma yang akan keluar, seperti kata guru biologiku waktu SMA.
"Ibu aku pengen pipis .... aduh ..... akkhhhh.... pipisku hampir keluar bu..... Ibu.... cintaku ...... sayangku .....kekasihku..... ooooooohhhhhh" racauku dengan suara yang keras
"Ke....luar.....kan sa.....ja nak, di... da....lam....." racau Ibu
Semakin cepat aku menggoyang dan....
"Aku pipis buuuuu....... Ibuku cintaku..... AKu cinta Ibu" kuhjamkan sangat dalam hingga mentok di dalam vagina Ibuku.
"Ku terima cintamu nak aaaaaaaaaaaaaah" racau Ibuku.
Crot....crot.... Crot....crot.... Crot....crot.... Crot....crot.... Crot....
Sepuluh kali aku merasakan sperma itu keluar hingga aku tak kuat menahan beban tubuhku sendiri. Aku Ambruk dan langsung kerabahkan tubuhku di atas tubuh Ibuku yang berbalut kutang. Kupeluk Ibuku dan kuciumi leher Ibuku. Tampak kebahagiaan terpancar dari wajah Ibu yang kemudian memeluk erat tubuhku. Terasa terbang ke awan-awan putih nan indah. Oooooohh........
Tubuhku yang masih berbalut baju yang aku pakai tadi, masih tercium parfum 'kapak' dari baju yang aku pakai. Terbujur lemas di atas tubuh Ibu, sedikit aku lirik wajah Ibu yang masih meresapi setiap kenikmatan yang baru saja terlewati. Terakhir kali aku melihat jam dinding pukul 18.30 dan sekarang sudah berubah menjadi 20.00 WIB. Lama sekali mungkin karena awal permainan yang lama.
"Bu enak banget bu.... Arya pengen gini terus bu" ucapku lirih kepada Ibuku.
"Iya sayang, Ibu juga kepengen gini terus" sambil mengelus-elus kepalaku.
"Suka? kalo main mbok yaho jangan langsung, pakai pemanasan to" lanjut ibuku.
"Lha harusnya gimana bu?" tanyaku
"Ya pakai pemanasan, ya Ibu maklumi masih muda."
"Oiia kamu tadi itu aneh sekali waktu ibu bilang keluar kok malah nanya? Apa benar kamu baru pertama kali? kok bisa lama sekali?" ucap ibuku sambil membetet hidungku yang membuatku kepalaku terangkat tepat di atas wajah Ibuku.
"Gih, kalo sampai lemes gini baru malam ini bu, kalo semalam itu masuk hitungan tidak lho bu" jawabku dengan suara agak cempreng karena hidungku di betet sama ibuku.
"Terus bu, tadi pas ibu bilang mau keluar, Arya ya bingung malah tidak konsen jadinya Arya tidak merasakan apa-apa,bu" lanjutku.
"Kalau Ibu bilang mau keluar, berarti Ibu hampir sampai seperti yang kamu rasakan barusan nak, kalau wanita bisa berkali-kali tergantung sama lakinya kuat tidak, aku pun hanya tersenyum.
"Berarti kamu masih perjaka?" tanya Ibuku.
"Sudah tidak bu, katanya kalau sudah berhubungan dengan wanita, perjaka jadi hilang, dan perjaka Arya buat Ibu" ucapku.
"Terima kasih nak...." ucap Ibu sambil memberikan kecupan.
"Ibu akan selalu melayani kamu dan patuh sama kamu, sekarang kamu adalah Lelaki ibu selama Ibu sendirian" ucap Ibu sembari mengecup lembut bibir Ibuku kembali
"Hmmm.... tapi tadi bisa lama, berarti selanjutnya lebih lama lagi....." lanjut Ibu.
"Pastinya... buat Ibu, aku pasti bisa" ucapku dengan penuh semangat.
Tak kulihat lagi air mata Ibuku, yang ada sekarang adalah senyum kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya.
"Bu, Ibu sudah tidak menangis lagi? tanyaku polos.
"Berarti Ibu sepenuhnya sudah terisi sama kamu nak" ucap Ibuku sambil ucap Ibuku sambil melumat bibirku, akupun tak mau kalah. Kini aku sudah sedikit berpengalaman, kubalas ciuman itu. Ciuman berlangsung beberapa menit yang semakin membakar gairahku.
"Emmmmmm....... ahhhhh" Ibu melepaskan ciuman.
Ketika ciuman itu terlepas, Kutarik dedek Arya, kurebahkan tubuhku disamping kanan Ibuku sambil memjamkan mataku menikmati sisa-sisa kenikmatan yang ingin aku rasakan kembali. Ibu kemudian mengangkat kepalanya dan di taruh di atas dadaku. Tatapan Ibu tepat menuju dedek Arya.
"Hmmmm nak, burung kamu masih berdiri apa masih kepingin ?" tanya Ibu kepadaku yang membuat aku membuka mataku dan kuangkat sedikit kepalaku.
"Boleh bu? Enak banget bu rasanya.... kata temenku ini yang namanya hubungan intim suami istri ya bu?" jawabku polos, tangan kiri Ibu mulai mengelus-elus dedek arya dengan jari-jarinya.
"Kamu pengin tahu apa yang barusan kita lakukan nak? tanya Ibuku
"he'em...." jawabku sekadarnya seraya mengelus kepala Ibu bagian belakang.
"Ini namanya ngentot, kamu pasti sudah tahu, normalnya dilakukan pada malam pertama setelah menikah..... jawab Ibu.
"Berarti Ibu sekarang jadi wanitaku, karena ini malam pertamaku bu" aku memotong perkataan Ibuku.
Ibu beranjak duduk, dan memposisikan kepalanya tepat berada di atas wajahku. Kemudian Ibu mengecup bibirku.
"Iya nak, Ibu sekarang menjadi wanitamu, Ibu akan selalu siap kapanpun kamu mau, selama Romomu tidak ada nak, jadi kamu harus pinter-pinter belajar biar kuliah kamu cepet lulus dan pinter-pinter belajar nyenengin Ibu juga gih" jelas Ibuku sambil memeluku, kini posisi kepala Ibuku tepat di bahu kananku dengan tatapan ke arahku. Aku masih menatap langit-langit kamar yang menjadi saksi bisu.
"Tapi ada syaratnya nak...." ucap Ibuku lirih, akupun menoleh kearah Ibu.
"Apa itu bu?" jawabku.
"Kamu masih muda, gairahmu pasti masih besar-besarnya, Ibu tahu kamu memiliki banyak teman perempuan diluar sana na......" jawab Ibu.
"Ya punya bu, tapi kan bukan pacar" potongku.
"Dengarkan, Ibu akan selalu melayanimu menjadi wanitamu, kekasihmu, tapi Ibu tahu tidak bisa menemani kamu diluar sana"
"Maka dari itu, yang Ibu harapkan kamu jujur sama Ibu dan menceritakan semuanya secara jelas jika kamu melakukan dengan wanita selain Ibu, Ibu butuh tahu" sambil menghela nafas panjang Ibu melanjutkan ucapannya kembali.
"Kamu tahu apa tujuan Ibu, agar Ibu bisa melayani kamu lebih dari yang diberikan oleh wanita-wanita diluar rumah ini dan juga biar kamu tambah sayang sama Ibu" sembari mengecup bahuku.
"Apa Ibu tidak cemburu? Nanti Ibu mengira Arya menghianati Ibu, cuma mau mainin Ibu, Arya tidak mau bu" jelasku.