Bab 12 Kaguya (I)
Bab 12 Kaguya (I)
.
The more you ignore me the closer I get,
You're wasting your time...
I will be in the bar with my hands in the bar...
I am now essential part of your mind landscape whether you care or do not...
I made up your mind.
Oohhh... Let me in.
*MORRISEY
.
.
"Menurutmu apa kau bisa menjadi bintang di acara ini?" Hinata berbicara di balik gelas sampange-nya yang menutupi wajahnya.
"Entahlah. Ayahmu tidak akan membiarkan harga diri anak kesayangannya jatuh. Dan aku belum dilantik secara resmi ke dalam boarding room. Berarti aku belum menjadi pemilik Uchiha Enterprize. "
Hinata menipiskan bibir. Matanya menatap Hanabi yang bergelayut manja di lengan Sabaku no Gaara. Sialan. Perempuan yang seperti yang culasnya melebihi dirinya itu adalah sebuah pematik yang membuatnya mudah tersulut cemburu. Jika di ranking siapa musuhnya, maka Hanabi ada di urutan nomor tiga setah kakak beradik Uchiha.
"Akan kubuat kau mendapatkan tahta, dan aku akan membuat semua kamera takkan mengabadikan mereka."
Sasuke berjengit, "Ini acara amal milik Hyuuga. Ayahmu takkan suka kalau kau merusak acara tahunan milik Hanabi dan Sabaku no Gaara."
Hinata tersenyum geli, "Aku juga Hyuuga ingat, aku tidak tunduk di bawah namamu, meski kau membuatku menyandangnya juga." Hinata menghembuskan napas keras. Lalu meletakkan gelasnya di meja.
Dia menyeringai kecil, jenis seringai bahwa ia tahu akan menang. Sasuke begitu mengagumi kilat tekad yang terlukis indah di mata Hinata. Kilat yang mengatakan bahwa ia adalah ratu dan tak seorangpun bisa mengalahkannya.
"Well.." Hinata tersenyum culas, "Kalau Hanabi adalah putri salju yang begitu baik hati. Mungkin saatnya aku bertindak sebagai penyihir kan." Hinata berbalik memunggungi Sasuke.
Sasuke langsung mencekal tangan sang istri, "Jangan membuatku khawatir. Ayahmu bisa membuatmu kehilangan harga diri. Aku tidak suka orang lain memandang rendah dirimu."
.
Hinata berbalik lalu tersenyum tulus, dengan keintiman yang begitu natural ia mengulurkan tangan mengelus pipi suaminya. "Terimakasih. Tapi aku tidak suka diabaikan oleh keluargaku sendiri, sayang. Ketika mereka pernah memasukkanku dalam marga mereka. Harusnya mereka sadar dengan siapa mereka bermain. Bukan berarti jika kau anak kedua dan mereka bebas mengabaikanmu. Harga diriku menolak suamiku direndahkan seperti ini. Kau adalah menantu Hyuuga. Ayahku akan merasa girang melihatmu tak berdaya. Dan aku tak suka memberi si tua bangka itu kepuasan. Jadi kusarankan, jadilah suami yang memuja istrimu ini. Maka aku akan menghadiahkan separuh dunia kepadamu." Hinata menyeringai.
.
Dan permainan baru saja dimulai...
.
****p90****
.
Adalah sebuah kesalahan jika bisa menyingkirkan Hinata begitu saja dalam lingkungan Hyuuganya. Nyatanya wanita yang dinikahi oleh bungsu Uchiha itu justru semakin kuat dan juga memiliki taji.
Hinata Uchiha adalah frasa yang magis. Seolah menegaskan bahwa penyihir cantik yang memiliki kemampuan untuk membuat orang tunduk kepadanya. Pun begitu juga dengan usianya yang kelihatan menipu. Dibandingkan Hanabi, Hinata memang lebih kelihatan imut dan punya kesan 'adik' karena postur tubuh mereka. Jika Hanabi memiliki wajah tegas aristokrat dan mata tajam dingin. Maka Hinata adalah wajah bak sang dewi dengan mata penuh kilat semangat. Cocok dengan namanya tempat yang terang.
Perbedaannya adalah lidah Hanabi lebih tajam dan to the poin. Dia tidak suka bermain dengan musuhnya bila dia bisa membunuh dalam satu tusukan.
Sedangkan Hinata lebih suka bermain sampai mereka memilih untuk bunuh diri ketimbang melanjutkan permainan. Meski goal yang dicapai adalah sama, tapi ada perbedaan mendasar antara keduanya. Hanabi licik, tapi Hinata cerdik.
.
Seperti sekarang misalnya, mereka duduk di meja rendah dengan posisi sempurna menunggu jamuan makan resmi keluarga Hyuuga.
Sang menantu pertama, Uchiha Sasuke tidak begitu menyukai keramahan palsu memilih diam dan berusaha menahan dirinya untuk duduk bersila dengan cara yang santai dan tidak menyebabkan kesemutan. Tapi dengan banyak Hyuuga yang berada di sekitarnya ia terus saja mempertahankan posisi sempurna tanpa mengeluh.
Hinata sibuk memamerkan senyum cantiknya. Menebarkan kebahagiaan ala pengantin baru dengan senyum malu serta kikikan manja.
Sasuke nyaris memutar mata jengah melihat Hinata yang memaksanya membuat tanda di lehernya demi sengaja dipamerkan di acara ini. Dan membuat dirinya menjadi penderita selama makan malam dilangsungkan.
Sialan memang si cantik itu.
"Wah.. nee-chan, suamimu memang ganas ya."
.
Hinata tersenyum penuh kemenangan. Jenis keculasan yang bisa kau lihat kalau sedang melihat kisah ratu yang sedang pamer kekuasaan pada salah satu selir raja.
"Tentu saja, Hanabi. Kau tahu Uchiha selalu bisa membuat kita mengabaikan tatakrama."
Sasuke ingin mengumpat-ngumpat Hinata yang tadi memaksanya untuk menghadiahkan kissmark itu di lehernya dan kini semua berbalik arah begitu?!
"Untung saja aku akan dapat menantu yang secara kualitas lebih hebat dari dia." Cetus sang agung Hiashi tanpa tedeng aling-aling.
Hinata sepersekian detik meremas sumpit dan menyipitkan mata sebelum akhirnya ia mengerjap dan tertawa manis yang seolah itu guyonan. "Ah.. Chichi ue.. Hanabi kan masih berusia 21 tahun."
"Sabaku sudah mengirimkan surat lamaran kepadanya. Bukankah itu sebuah berita bagus. Jauh lebih bagus ketimbang berita pernikahanmu dengannya." Dengus Hiashi dengan senyum mengejek yang kentara.
.
Dan Hanabi memberikan senyum kemenangan yang mengiritasi mata Hinata.
.
Hinata menahan napasnya sebelum kembali tersenyum. Sementara itu, Sasuke nyaris saja mencolokkan sumpit yang masih di dipegang oleh tangannya kepada si tetua Hyuuga itu. Berengsek benar menghina orang ketika masih di depannya.
Sayangnya, di bawah meja tangan mulus istrinya menahan tangannya. Menepuk pelan meski wajahnya masih melihat ke arah keluarga Hyuuga seolah tak terintimidasi dan tersinggung atas kata-kata ayahnya.
Baru kali ini ia tahu jika Hinata lebih sering dideskriditkan ketimbang dirinya. Rupanya Hyuuga lebih menakutkan daripada yang dilihat orang-orang. Pantas saja istrinya itu tahan banting. Perlu hati yang terbuat dari baja, oh mungkin justru malah titanium untuk bisa bertahan di keluarga ini. Persaingan dan intrik adalah hal yang bisa terjadi di keseharian mereka.
.
Hinata tersenyum manis, ada kesan sinis yang terlihat di ujungnya. "Oh.. ini memang kejutan. Setelah aku menolaknya ayah memberikan kepadamu, Hanabi." Hinata tertawa seolah itu adalah sebuah lelucon konyol.
Dan senyum adik tiri Hinata itu luntur, meredup dengan kadar yang begitu cepat. Sebelum akhirnya terang lagi dengan kalimat pembukanya, "Ayah akan mengadakan perayaan pertunanganku beserta acara amal. Acara itu juga sebagai penunjukanku sebagai wakil direktur yang baru."
.
Sasuke nyaris tersedak. Dan Hinata menggigit pipi bagian dalamnya karena nyaris marah dan menjungkalkan meja. Tapi demi harga diri, ia amenahannya.
.
"Jangan membocorkan apa yang belum resmi, Hanabi. Jangan seperti orang luar yang senang menjadi nomor satu tapi belum resmi."
.
Bajingan!
Keparat!
Bangsat!
.
Perkataan Hiashi adalah sindiran tajam untuk Sasuke. Dan memaksa Hinata menyipitkan mata karena perkataan ayahnya.
.
Hatinya meradang.
Inilah yang ia benci dari keluarganya sendiri. Mereka tanpa segan ingin menggulingkan dirinya dan mengganti posisinya dengan Hanabi.
Ckckck.. takkan semudah itu tentu saja. Untuk itulah ia mau bersusah payah mengambil magister Hukum untuk Admistrasi Bisnis.
Hinata adalah seorang pengacara. Dan dia bisa melindungi dirinya sendiri dengan baik. Ia sudah paham bagaimana kejamnya Hyuuga jika ia masih bodoh.
Dengan senyum sinis yang tak bisa ditutupinya lagi dia berkata dingin, "Hmm.. aku bisa memahami kekhawatiran ayah terhadapmu, Hanabi. Karena ayah tahu kalau aku adalah pemegam saham mutlak Hyuuga Chemichal Industries. Sangat mudah bagiku untuk menempatkan di mana orang harus bekerja."
"HINATA!" Hardik Hiashi Hyuuga geram.
.
Hinata dengan anggun menoleh ke arah ayahnya. Dengan senyum sinis dia membalas tatapan sang ayah. "Ayah juga harus tahu. Sasuke meski belum resmi dilantik sebagai CEO dari Uchiha Enterprize setidaknya ia akan menjadi pemegang saham terbanyak di sana. Pun juga kepadaku, meski aku akhirnya tak bermarga Hyuuga lagi, aku akan memiliki saham sebesar dua puluh delapan persen dari kakek. Ditambah dengan pembelianku sendiri maka aku pastikan empat puluh delapan persen yang ada di tanganku. Dan aku tidak menyukai ketidak sopanan ini."
"HINATA!" Geram ayahnya. "Beraninya mulutmu bicara."
Hinata tertawa pahit, "Dua puluh tujuh tahun aku diam dan menghindar. Tapi kali ini aku akan membalasnya." Matanya tajam menyorot mata ibu tirinya tanpa ragu.
"Jangan pernah lupa, ibuku adalah pewaris Hyuuga yang sah. Dan kalaupun Tuhan begitu baik hati membuat kalian di atas angin selama dua puluh tujuh tahun, kupastikan." Hinata menahan ucapannya dan memberikan senyum asimetrisnya dan menuangkan sake mahal dengan ekstrak buah persik ke cawannya sendiri, lalu matanya berkilat penuh kemenangan, "...kupastikan semua keberuntungan itu berhenti." Ucapnya dingin dengan satu tegukan. Lalu menaruhnya dengan anggun.
.
Sasuke nyaris menahan napasnya selama drama Hinata berlangsung. Matanya tak bisa beralih dari istrinya. Alisnya bertaut. Ada gurat kesenduan yang terpancar di manik matanya.
Hatinya terluka, rupanya.. banyak hal yang tak ia ketahui dari istrinya.
.
"Hinata-chan.. ini adalah hari yang baik. Sebaiknya tidak berbicara sambil kita bersantap." Suara ibu tirinya lembut tapi bagi Hinata itu adalah lonceng kematian.
Segala sesuatu yang lembut dan juga manis adalah kontradiksi untuknya. Meski itu adalah pelajaran utama menjadi seorang Hyuuga. Hinata paham bahwa sebenarnya Klan Hyuuga adalah gudangnya pemeran antagonis yang dipulas apik sehingga kadang ditempatkan di sisi protagonis. Hati boleh culas, tapi muka harus malaikat.
.
"Oka-sama.." Hinata menatap lurus ke mata ibu tirinya dengan keberanian penuh, "Jika kau mengajariku tentang norma dan aturan, maka terapkanlah kata-katamu untuk dirimu sendiri. Ketika satu telunjuk kita mengacung, sesungguhnya keempatnya berbalik menuju kita sendiri." Kata Hinata tenang, tapi semua orang tahu bahwa kata-kata analogi itu lebih kasar ketimbang makian.
Bukankah pertahanan terbaik adalah menyerang secara langsung?
****