Bab 03
Tekad Masellla sudah bulat, sehingga sekarang dia sudah berjalan keluar dari kamar. Jam sudah sore, dan sepertinya dia cukup lama didalam kamar, beruntung makan siang tadi dibawakan oleh bik Dira.
Disaat langkahnya akan membawa kekamar tantenya, ia bertemu dengan bik Dira.
"Bik Dira, tante Mila ada dirumah tidak?" pertanyaan Masella membuat bik Dira menggeleng.
"tidak neng,nyonya Mila lagi arisan. Katanya juga langsung makan malam di rumah temen arisannya, kebiasaan nyonya Mila ya begitu. Kalau arisan pasti akan makan disana, sekiranya pulang mungkin pukul 9 malam.
Masella mendesah kecewa, padahal dia ingin melaporkan aksi kurang ajar dari anak-anak Tante Mila, namun semua itu harus tertunda karna tante Mila sedang sibuk arisan.
Mungkin besok dia bisa mengatakan pada tante Mila, tidak masalah karna masih ada waktu untuk mengatakannya.
"Memangnya neng Sella mau nyari nyonya buat apa? Ada keperluan ya neng?" pertanyaan bik Dira membuat Masella menggeleng, dia tidak harus bercerita pada bik Dira. Ini menyangkut keluarga tante Mila dan dia.
"tidak kok bik, cuma pengen ngobrol-ngobrol sama tante... Ya sudah kalo tante Mila tidak ada, Sella mau bantu bik Dira saja."
"Em... Maaf banget neng, tapi bik Dira mau pulang kampung bentar lagi. Mendadak bibik dapet kabar kalo ayah bibik meninggal tadi siang," ucap bik Dira dengan mata berkaca-kaca, Masella paham rasa sakitnya ditinggal oleh orang tua. Maka dia mengangguk.
"tidak masalah bik, bibik bisa pulang ke kampung. Masalah makan malam biar Sella yang urus, lagi pula kan ga terlalu merepotkan juga." Bik Dira tersenyum teduh, Masella adalah anak yang baik dan perhatian. Segeralah bik Dira mengangguk dan mengucapkan terimakasih kemudian bersiap untuk ke kampung halamannya.
***
Masella hampir selesai memasak, namun sebuah pelukan dari belakang membuat dia tersentak.
Siapa yang berani melakukan hal itu? Apalagi ini adalah tempat terbuka.
Setelah selesai meniriskan masakannya, Masella menoleh dan merasa terganggu akan pelukan dan kecupan kecupan pada pundaknya.
Sudah dari tadi dia tepis, tapi pelakunya masih setia untuk melakukan hal tersebut tanpa rasa malu sedikitpun.
Masella menoleh, dan betapa terkejutnya ia saat melihat Jeremy sudah memeluknya dari belakang dengan mesra.
"Lepaskan! Apa yang kamu lakukan?" Jeremy tidak merasa terganggu dia masih membiarkan tangannya memeluk pinggang sepupunya, pegerakan dan penolakan Masella tidak berujung baik.
Setelah dengan usaha yang keras akhirnya Masella bisa melarikan diri, dia berlari sekencang mungkin agar bisa masuk kedalam kamar.
Degup jantungnya bertalu-talu tak menentu, rasa gugup dan ketakutan hadir padanya.
Tadi pagi ada seseorang yang mengerjainya dibawah meja makan, kemudian mas Ibra, lalu tadi Jeremy memeluknya dengan mesra.
Apa yang terjadi pada mereka semua? Seharusnya semua itu tidak terjadi.
Jika tidak pada tante Mila, maka dia bisa memberitahu pada om Ares.
Segera ia mandi dan bersiap, masih belum berani keluar dari kamar karna melihat jam didinding masih pukul 7.
Dia cukup lama didapur dan menghabiskan waktunya untuk bersembunyi didalam kamar selama beberapa jam.
Masella berfikir,jika dia tidak keluar siapa yang akan menyiapkan makan malam? Kan bik Dira sedang pergi, lalu haruskah dia memberanikan diri keluar? Bagaimana jika Jeremy kembali datang dan melakukan hal yang lebih lagi? Tapi... Ini adalah tugasnya untuk membalas kebaikan tantenya yang sudah mau mengajak dia tinggal.
Akhirnya Masella keluar, dia menumpang dirumah tante Mila, jadi sudah sewajarnya jika dia turut membantu kegiatan yang ada didalam rumah Tante Mila, termasuk untuk menyiapkan makan malam.
Setelah selesai menyiapkan makan malam,sama sekali tidak ada tanda-tanda Jeremy. Apakah pria itu keluar? Atau dia didalam kamarnya?
Setelah pukul 8 semua sudah duduk dikursi masing-masing terkecuali tante Mila. Tante Mila belum datang, seperti yang dikatakan oleh bik Dira tadi.
"Mama kemana pa?" Ibra, anak tertua itu bertanya kepada papanya yang duduk berada disampingnya.
Pria matang itu mengangkat pandangannya kepada Ibra.
"Dia sedang arisan. Tadi dia memberitahu papa, kalau tidak akan pulang hari ini. Terjadi kecelakaan dijalan dekat rumah teman arisannya." Suara pria matang itu begitu berat, suaranya yang serak membuat bulu kuduk Masella berdiri. Degupan jantungnya lebih keras, dia takut jika dibentak dengan suara keras itu.
Tapi sekarang waktunya dia mengadukan aksi bejat dari sepupu-sepupunya pada om Ares.
"Om A-ares..." suara Masella yang lemah bercampur gugup membuat semua orang menoleh padanya, termasuk dengan pria matang yang di panggil.
"Ada apa Sella?" Masella memiling ujung bajunya, haruskah dia bicara? Bagaimana jika om Ares tidak menerima keluhannya dan menganggap jika dia menuduh anak-anaknya?
"Sella mau bicara om... I-ini menyangkut... Anak-anak om..." kerutan di kening pria itu menukik dengan keras, menciptakan sebuah ekspresi lain di wajah datarnya.
"Ada hal apa?" tanya om Ares dengan suara beratnya, membuat Masella kian gugup.
"Ma-mas Ibra dan Jer-jeremy me-melakukan hal ti-tidak senonoh pa-pada Sella." meskipun sudah sekuat tenaga dia berbicara agar tidak gugup, tetap saja suaranya tidak bisa berbohong, gugupnya begitu ketara karna terdengar terbata-bata.
"Hal senonoh seperti apa yang dilakukan oleh mereka?" Om Ares bertanya tanp ekspresi pada Masella, membuat dia kian tidak berani menatap kearah sana. Kepalanya menunduk dengan dalam.
"Apakah seperti ini?"
"Seperti ini juga?!"
Jeremy dan mas Ibra langsung memegang paha Masella dan meremasnya kemudian memasukkan tangannya.
Membuat Masella terkejut setengah mati dan reflek berteriak "Aahkh!"
Mereka berlima tersenyum, pandangan Masella yang tadi merunduk menjadi naik. Melihat ke-5 pria disamping serta depannya menyeringai dengan keras.
"apakah seperti ini yang kami lakukan?" suara berat mas Ibra bertanya saat jari tangannya telah mengobrak-abrik intinya dibawah sana.
"Akh...ahh...hentih...kanhh..." tangannya berusaha agar melepaskan dari jeratan jari jemari milik mas Ibra, sedangkan tangan Jeremy sudah berpindah kearah payudaranya yang masih terbalut bra dan kaos.
"Hentih...kanhh... Sa-sakithh...." Mereka terkekeh seperti hyena yang senang akan kekalahan musuh.
Kocokan dan remasan itu semakin keras hingga gejolak rasa ingin keluar dirasakan oleh Masella. Dia merasakan ingin segera pipis.
Setelah pelepasannya, tubuhnya terasa lemas dan lemah. Matanya sayup-sayup menatap semua pria itu dengan lamat-lamat.
"A-apa yang ka-kalian perbuat?" suaranya lemah dan matanya semakin terasa berat.
Sebuah ciuman tiba-tiba dia rasakan. Mas Ibra mencium bibirnya, bukan sekedar ciuman namun juga sebuah lumatan.
Ke-empat lainnya menonton, dan Gerry merekam aksi mas Ibra yang sedang mencumbui Masella dengan tangan Jeremy yang masih senantiasa untuk meremas-remas payudara Masella.
Nafas Masella sudah tersengal-sengal akibat lumatan mas Ibra yang begitu kuat. Setelah usahanya untuk mendorong mas Ibra tidak berhasil Masella pasrah, pangutan itu terlepas setelah mas Ibra menyudahinya.
Masella pikir setelah semua perlakuan tidak menyenangkan Jeremy dan mas Ibra, maka ia akan dilepaskan dan om Ares akan menghukum anak-anaknya yang sudah berlaku kurang baik kepada sepupunya sendiri.
Akan tetapi ternyata suara om Ares membuat tubuh Masella seakan lebih melemas.
"Bawa dia ke kamar kamu Ibra. Angkat, papa dan yang lain akan ikut."
Tubuh Masella sudah lemah, namun sekuat tenaga dia berlari agar bisa terlepas.
Meskipun tertatih-tatih dan terjatuh, akhirnya Masella berhasil ditangkap oleh Mas Ibra.
Apa yang akan mereka lakukan pada Masella? Ini adalah mimpi buruk, Masella harap ini hanyalah mimpi belaka.
Mengapa mereka begitu tega padanya?
Mereka melakukan hal yang tidak senonoh padanya.
Dan kemungkinan terburuknya adalah, dia sekarang sudah dibawa ke kamar mas Ibra.
*****