Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 02

Masella tidur dengan nyenyak, bagaimana tidak? Kamar itu begitu nyaman dan kasurnya juga begitu empuk untuk ukuran Masella yang hidup didesa yang tidur beralaskan tikar saja dilantai beton.

"enghh..."

Masella merasakan sesuatu menimpa badannya, dan terasa ada sesuatu yang meremas payudaranya.

Namun karna dia pikir itu adalah mimpi,ia tidak terlalu mempedulikannya.

Dia tidak terlalu berfikir aneh-aneh, karna tidurnya masih kurang.

Sebuah kesalahan besar karna Masella malah melanjutkan tidurnya tanpa melihat apa yang terjadi pada dirinya.

Dia saat ini berada dibawah kungkungan Gerry, pria itu merasa tertarik pada Masella. Gadis yang terlihat lugu dan polos, dia berfikir mungkin bisa dia perdaya otaknya agar bisa tertunduk dibawah perintahnya.

Gerry melepaskan kancing piyama Masella, merasa beruntung karna gadis polos itu ternyata tidak menggunakan bra saat tidur.

Dada yang padat dan mengkal, begitu ranum dan indah. Pikiran Gerry yang kotor beterbangan saat melihat pucuk payudara itu yang berwarna merah muda.

Begitu menantang untuk dia sedot dengan keras. Lidahnya sudah menjulur siap untuk menjilati pucuk ranum itu.

Mendarat dengan sempurna pada landasan yang tepat, Gerry segera menyedotnya dengan keras dia tidak peduli dengan Masella yang tiba-tiba saja mungkin akan terbangun karna gangguan darinya.

Namun sepertinya gadis itu begitu asik pada mimpinya, hingga tidak bereaksi apapun meskipun sudah disedot dengan kuat dan diremas dengan kasar. Tidak mendesah namun bergerak sedikit terpatah-patah.

Setelah 2 jam berada dikamar Masella, Gerry segera keluar. Dia ingin menikmati gadis itu sedikit demi sedikit, karna tidak akan seru jika dia langsung mencetak gol tanpa membuat persiapan untuk mendapatkan kepuasan saat mencetak gol dan bisa berselebrasi dengan sempurna.

Pagi harinya, Masella terbangun dengan rasa nyeri disekitar payudara dan lehernya. Rasanya perih dan kebas.

Segera ia beranjak bangun dari kasur menuju kamar mandi untuk mandi, saat akan mengambil sikat dan odol dia sedikit melirik di kaca. Dan betapa terkejutnya dia mendapati area sekitar leher dan payudaranya memiliki bercak-bercak merah.

Apa yang terjadi padanya? Apakah dia salah makan? Tapi seingatnya dia tidak memiliki alergi.

Lalu apa penyebab dari bercak-bercak merah itu? Apa dia diserang serangga tadi malam? Tapi sepertinya kamar seluas dan mewah ini tidak mungkin ada serangga, jika dia tinggal di desa mungkin akan berfikir seperti itu.

Kayaknya dia memang salah makan, dan mungkin dia harus menutupi bercak-bercak merah itu. Karna dia takut akan semakin menyebar karna terkena angin. Itu mengingatkan dia pada adiknya yang sudah meninggal, adiknya selain memiliki penyakit bawaan sejak lahir, adiknya juga memiliki alergi. Dokter menyarankan agar tidak membiarkan alergi adiknya itu terkena angin. Alergi yang mirip seperti cacar, karna awalnya juga berbekas bercak merah pada awalnya hingga keluar bintik-bintik yang mirip seperti cacar namun sedikit lebih kecil.

Masella akhirnya memutuskan untuk memakai baju dengan leher panjang. Pas sekali karna dia mengalami pilek, akan berguna juga agar dia tidak terlalu kedinginan hingga pileknya makin parah.

Turun kebawah setelah selesai mandi, Masella sudah melihat semua anggota sudab datang kecuali dirinya.

Dia merasa malu karna bangun kesiangan, akibat kasur yang terlalu empuk membuat dia ingin berlama-lama sehingga melewatkan jam bangun pagi saat di desa.

"Bagaimana tidurmu Sella?" Tante Mila bertanya saat Masella telah duduk dikursi seperti kemarin. Dengan posisi yang sama juga, sepertinya memang ditambahkan untuknya.

"Nyenyak tante.. Sella sampai bangun kesiangan, maaf sekali ya tante..." Tante Mila terkekeh, keponakannya merasa sungkan padahal menurutnya tidak terlalu masalah karna pekerjaan rumah sudah ada yang atur,jadi mau jam berapapun bangun tak masalah asalkan ingat untuk terbangun saja.

"Tidak masalah Sella, ya sudah...kalo sudah lengkap mari kita mulai makan."

Mereka makan dengan khidmat, tapi sebuah elusan dikakinya membuat Masella sedikit terkejut. Dia tersentak karna merasakan sebuah kaki menyentuh pahanya.

Bukan sekali, tapi sampai lima kali, dan itu sudah kelewatan batas. Kaki itu berbalut kaos kaki, karna rasanya tak langsung bersinggungan dengan kulit kaki. Namun cukup mengganggu bagi Masella karna kaki itu menyentuh paha bagian dalamnya.

Masella semakin tersentak karna sentuhan kaki itu mengenai celana dalamnya. Dia saat ini sedang menggunakan rok selutut yang mengembang.

"Ada apa Sella? Kenapa seperti terkejut?" Tante Mila bertanya pada Masella yang sejak tadi bersikap aneh.

Hanya sebuah gelengan saja yang menjadi jawaban atas pertanyaan tante Mila,gadis itu masih terkejut dengan kelancangan dari pemilik kaki itu. Dia tidak begitu tau siapakah pelakunya.

Antara Gerry atau Samuel dia tidak tau. Ekspresi keduanya datar, Gerry tidak begitu datar namun juga tidak terlalu mencurigakan. Masak Samuel? Tapi siapa diantara mereka berdua? Wajah Samuel terlihat biasa saja, ekspresinya bahkan tidak berubah sedikitpun dan dia duduk dengan tenang begitupun dengan Gerry.

Masella tidak bisa menyadari jika pemilik kaki itu adalah Samuel sendiri, dia merasa ingin memiliki gadis itu sebagai miliknya. Ada sebuah dorongan untuk menaklukkannya.

Dia tidak memiliki pacar sejak lulus SMA, sekarang dia sudah mulai bekerja di perusahaan ayahnya.

Elusan itu semakin berani karna sudah mulai merambat untuk membelah celana dalam Masella. Sedangkan Masella sendiri sekarang merasakan panik. Segera ia mengapit kaki itu agar tidak bergerak lebih.

Namun sepertinya usahanya tidak terlalu berhasil, kaki itu malahan semakin ganas untuk mengobrak-abrik ke kanan-kiri hingga satu desahan dan ringisan lolos dari bibirnya.

"Ah..awsh.." Tante Mila terkejut, dia terkejut dengan Masella yang tiba-tiba meringis.

"Ada apa Sella?" Masella hanya menggeleng kecil, kaki diantara pahanya semakin berani dan barbar untuk bergerak.

"Ti-tidakh.. apa-apa tante...." sekuat tenaga berusaha untuk dia tahan karna rasanya begitu aneh dan bergejolak.

Hingga rasa basah menyeruak keluar dari intinya dan kaki itu pun mulai luruh dan melepaskan pahanya.

Rasa lega dan hembusan nafas membuat Masela merasa bebas, tapi tidak semudah itu karna sebuah elusan dipaha kanannya malah membuat dia tersentak.

Melihat kearah mas Ibra yang menampilkan wajah datar namun mengelus maju mundur dipahanya.

Jujur saja, dia merasa risi akan sikap mas Ibra. Tidak ada keberanian untuk dia menyerukan apa yang dilakukan oleh mas Ibra.

Dia biarkan tangan itu semakin nakal menggerayangi pahanya, menyelinap kedalam celana dalamnya yang sudah basah.

Masella merasakan malu karna disentuh seperti ini, apalagi dia juga merasakan risi yang amat terasa karna jemari besar itu malah bergerak maju mundur menyentuh suatu pintu yang masih tertutup.

Trakk..

Sendok yang dipakai oleh om Ares terjatuh, membuatnya membungkuk kearah kiri agar bisa mengambilnya.

Masella tak sengaja menatap kearah om Ares yang ternyata melihat kearah tempat duduknya. Jika dilihat dari samping pasti ketara sekali jika tangan mas Ibra masuk kedalam rok yang dia pakai, Masella pikir mas Ibra akan ditegur karna aksinya.

Tapi sepertinya itu hanya ekspektasinya karna pria matang itu masih menatap kearah tangan mas Ibra yang masih masuk kedalam rok Masella. Tidak ada ekspresi lebih selain datar dan cuek, terlihat seperti tidak terlalu peduli dengan apa yang diperbuat oleh anaknya pada keponakannya sendiri.

Sampai selesai sarapan itu Masella masih merasakan gugup dan ketakutan. Dia bisa merasakan rasa gelenjar aneh pada gejolak intinya, namun dia masih terlihat seperti tidak terlalu peduli dengan apa yang diperbuat oleh anaknya pada keponakannya sendiri.

Sampai selesai sarapan itu Masella masih merasakan gugup dan ketakutan. Dia bisa merasakan rasa gelenjar aneh pada gejolak intinya, namun dia masih merasakan ketakutan jika semua itu kepergok.

Dia takut... Dia tidak tau apa yang terjadi pada respon tubuhnya, tapi dia tidak terlalu bodoh hingga tidak sadar jika sedang dilecehkan.

Ini salah, dan dia perlu mengatakan semua itu pada tante Mila. Dia takut jika mas Ibra melakukan pelecehan itu, karna dia cukup merasa risi akibat aksi itu.

*****

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel