Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8 Terimakasih untukmu

Tiba tiba dari ujung koridor datanglah dua orang perempuan, yang satu adalah bibi Ayuna dan yang satu lagi adalah tetangga Ayuna.

"Bagaimana keadaan nenek?" Tanya bibi pada Ayuna.

"Bi...nenek sedang di operasi sekarang...luka di kepalanya sangat parah kata Dokternya tadi, kenapa itu bi? ada apa dengan nenek? apa yang terjadi?" Ucap Ayuna dengan banyak pertanyaan yang memenuhi otaknya.

"Akh...itu Yuna, nenek kan sedang masak di dapur, tiba tiba...kayu dari atap jatuh...menimpa kepala nenek, aku pun tahu saat nenek tergopoh gopoh keluar dari dalam dapur sembari memegangi kepalanya, dan darah sudah keluar banyak dari sana." Ucap bibi yang menerangkan pada Ayuna.

"Nenek..." Ucap Ayuna dengan tangis yang histeris.

"Kenapa? kenapa di usia nenek yang setua ini Yuna belum bisa membahagiakan nenek? belum bisa memberi tempat tinggal yang layak untuk nenek...Yuna hanya bisa membuat nenek sengsara." Ucap racau tiba tiba Ayuna. Ia benar benar menyalahkan dirinya sendiri yang sudah tidak sadar telah menyiksa sang nenek. Namun tiba tiba Rey meraih kepala Yuna yang masih terduduk di kursi, meraihnya dan mengelus rambutnya.

"Ini siapa?" Tanya bibi pada lelaki yang sekarang tengah berdiri di depannya. Namun sebelum Rey membalas perkataan bibi Ayuna, tiba tiba datanglah dua orang yang berjas hitam, semua serba hitam dengan pawakan tinggi kekar dan wajah menyeramkan, keduanya menuju ke arah Reyga.

"Tuan muda...anda diminta pulang sekarang oleh tuan." Ucap salah seorang, saat itu tangan Rey masih mengelus rambut Ayuna beberapa kali.

"Panggilkan papa." Ucap perintah Rey pada dua orang sangar tersebut. dan langsung di laksanakan oleh salah seorang dari keduanya, tidak cukup disana, bibi dan juga tetangga Yuna pun merasa keheranan dibuatnya.

"Jangan takut bi...mereka orang orang papa aku." Ucap Rey dengan senyum kecutnya, ia tidak tahu lagi harus berkata apa, saat sebegitu besarnya ia masih saja di buntuti pengawal.

"Ini tuan muda." Ucap salah seorang yang menyerahkan ponsel yang sudah tersambung untuk Rey.

"Halo papa...bukanya Rey tidak mau segera pulang pah...tapi nenek Ayuna sedang kecelakaan pah...ini masih di rumah sakit...Rey pulang telat tidak apa apa ya? janji kok tidak akan mampir kemana mana pah..." Ucap Rey dengan suara berbisiknya, dan saat itu pula papanya hanya mematikan panggilan telephonenya.

"Haiiis....kenapa aku saat ini terlihat seperti orang benar saja sih? sejak kapan aku jadi penuh tanggung jawab begini?" Ucap dalam hati Rey, yang ternyata elusan tangannya mampu membuat kepala gadis itu sejenak bersandar padanya.

"Kamu ini sebenarnya siapa? dan orang orang ini juga?" Tanya bibi lagi yang masih diliputi penasaran.

"Saya...Reyga Dinata bi..." Ucap Rey dengan senyuman yang ia paksakan. Saat itu bibi nya dan juga tetangganya hanya bisa saling berpandangan satu sama lain, dalam pikiran mereka, sepertinya keduanya pernah mendengar nama Dinata itu, tapi tidak tahu dimana.

"Lalu...kamu siapanya Yuna?" Tanya bibi lagi, namun Yuna segera mengangkat kepalanya, melepas sandarannya, ia ingin berbicara, tapi tiba tiba, terdengar suara lembut namun berat dari ujung koridor yang mendekat.

"Papa..." Ucap Rey dengan kagetnya.

"Waduh...apakah akan makin runyam saja?" Ucap dalam hati Rey yang khawatir.

"Bagaimana keadaan nenek kamu nak?" Ucap papa Rey yang mendekat kearah semuanya.

"Tuan...nenek sedang di operasi." Ucap Ayuna dengan berdiri dan menyapa papa Rey.

"Nak...kenapa kamu sungkan seperti itu...kamu bisa bertahan di sisi Rey saja papa sangat bersyukur...jangan khawatir...papa akan memberikan fasilitas terbaik untuk nenek." Ucap papa Rey dengan tepukan tangan di pundak Ayuna beberapa kali, dan saat Ayuna akan membalas ucapan papa Rey, Rey langsung merangkul bahu Ayuna dan memeluknya.

"Kalau tidak mau nenek kamu kenap napa, turuti saja apa kata papa." Ucap Rey dengan bisikan lirih tepat di telinga Ayuna, dan gadis itu pun yang merasa sangat kecil dan sedang tidak berdaya hanya bisa diam di tempatnya, dengan kedua mata yang berkaca kaca.

"Sebenarnya ada apa ini? kalian siapa?" Tanya bibi yang sudah ketiga kalinya.

"Perkenalkan saya Arga Dinata, ini anak saya...dan ini pacar anak saya, anda siapa?" Tanya balik papa Rey pada kedua wanita yang berada di depannya itu. Keduanya terbengong seketika, ia merasa ada yang slah, dimana setahu bibi dan tetangga Ayuna, gadis itu tidak sedang memiliki pacar atau sedang menjalin hubungan dengan laki laki lain.

"Yuna...apa itu benar? setahu bibi kamu itu tidak sedang pacaran, kok bisa bisanya..." Ucap bibi Ayuna yang merasa keheranan pada apa yang sedang terjadi.

"Bi...Ayuna malu untuk mengatakan bahwa ia punya pacar..." Ucap Rey yang masih merangkul pundak Ayuna, Rey menekannya agar gadis itu mau tersenyum dan mengngguk pada bibinya, dan benar saja, Ayuna langsung tersenyum dan mengangguk.

"Tunggu...keluarga Dinata?!'" Ucap bibi yang baru ingat bahwa tadi pagi ia melihat berita di koran, tentang perusahaan Dinata. Saat itu bibi benar benar merasa sangat terkejut dan seakan akan pingsan.

"Pah...rumah yang Ayuna dan nenek tempati sudah tidak layak huni, bolehkan Ayuna tinggal di apartemen Rey untuk sementara pah? sampai nenek sembuh..." Ucap Rey yang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu pada Ayuna.

"Iya Rey...tidak apa apa...lagi pula...nanti siang papa juga kembali ke rumah..." Ucap papa Rey yang memberi izin pada puteranya.

"Lihatlah sayang anak kita...dia sekarang sudah bisa sedikit bertanghung jawab, Ayuna benar benar bisa merubah hidup Rey secara perlahan lahan." Ucap Dalam hati papa Rey saat itu, ia tengah teringat almarhum istrinya. Papa Rey lupa sejak kapan Rey menjadi anak nakal dan hanya suka berfoya foya saja, dunia malam, hiburan malam yang menjadi tempatnya bermain setiap hari. Sampai Ayuna datang dan merubah segalanya.

"Rey sudah kamu lunasi semua administrasinya?" Ucap papa Rey pada sang putera.

"Sudah pah...sudah Rey lunasi semua..." Ucap Rey dengan senyumannya, uang tersebut tidak lah sedikit jumlahnya, Rey bisa menghabiskannya hanya dalam waktu satu bulan untuk ke club malam dan diskotek. Hingga papa Rey berpamitan untuk pergi, barulah Rey bebas.

"Aku tidak mungkin kan meninggalkan gadis ini...jelas tidak...papa pasti masih menyuruh mata mata untuk mengawasi." Ucap dalam hati Rey, saat itu Rey memilih dekat dengan Yuna, karena ia hanya ingin memanfaatkan gadis itu saja, tidak suka dengan sungguh sungguh. Hingga nenek Yuna usai di operasi, dan segera di pindahkan ke ruangan khusus yang sudah papa Rey pesankan untuk sang nenek.

"Nyonya...nenek anda masih koma, namun para Dokter terus berusaha yang terbaik...anda yang sabar ya..." Ucap Dokter yang menangani sang nenek, saat itu Yuna lemas dan ambruk, entah mengapa Rey dengan siaga menyangga tubuhnya, hingga menyandarkannya dalam pelukan Rey.

"Tenang lah...nenek masih koma...masih ada kemungkinan untuk sadar...kamu harus semangat dong...untuk bekerja dan juga berdoa." Ucap bijak Rey yang entah kapan Rey menyadari bahwa ia bisa melontarkan kata kata bijak yang menenangkan itu.

"Otak aku pasti sudah gesrek." Ucap Rey dalam hatinya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel