Bab 7 Ketika aku bersamamu
Sudah hampir satu jam Rey menunggui Ayuna di luar pintu gerbang sekolah, Rey berharap bisa lolos dari papanya saat bersama Ayuna, hingga alasan apapun Rey lakukan agar bisa menemani gadis itu, bukan untuk menyenagkannya, melainkan untuk kepentingannya sendiri, karena Rey baru melihat papanya senang saat Rey mempunyai seorang pacar, ya baru kali itu, dahulu dahulu papanya tidak lah suka sekalipun pada wanita yang Rey kencani.
"Kenapa wanita itu lama sekali?" Ucap Rey dengan gerutunya, sembari berkali kali menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya, ia berpamitan dengan papanya untuk menjemput Ayuna dari tempat kerja, jika bukan karena alasan itu, mungkin papanya tidak mengizinkannya keluar dari apartemen. Satujam sudah Rey menunggu, akhirnya terlihat Ayuna berjalan dari dalam dengan langkah gontainya, ia baru saja melewati pintu gerbang sekolah, namun saat Rey akan keluar dari dalam mobilnya, nampak seorang lelaki yang mengejar Ayuna dari belakang, dia adalah Bagus, orang yang bersitegang dengan Rey tadi pagi, dan Rey masih ingat betul bagaimana perasaan lelaki itu yang tidak menyukai Rey saat mengetahui Rey adalah kekasih ayuna, tapi sebenarnya bukan kekasih.
"Bu...bisakah nanti malam kita keluar untuk makan malam sebagai ucapan terimakasih saya pada bu Ayuna?" Ucap Bagus pada Ayuna.
"Maaf pak...saya tidak bisa...saya ada pekerjaan lain...dan bapak tidak usah seperti itu...kita sama sama pengajar...jadi tidak apa apa pak..." Ucap Ayuna yang menyangkal telah membantu pak Bagus, namun pak Bagus tidak ada cara lain untuk mengajak Ayuna pergi malam nanti.
Didalam mobil Rey, Rey sudah begitu memanas, ia tidak tahu kenapa ia seperti itu.
"Aduh...cewek udik...kenapa juga kamu terlihat terpojok begitu?" Ucap Rey sembari keluar dari dalam mobil, ia sudah geram sedari tadi didalam saat melihat adegan yang tidak ia sukai dari dalam sana.
"Sayang...sudah keluar ya?" Ucap Rey sembari berjalan mendekat ke arah Ayuna, dengan satu tangan yang merangkul pundak gadis itu, memeluknya hingga menempel erat di tubuh Rey, saat itu Ayuna hanya terbengong saja.
"Kamu..." Ucap Ayuna yang tertahan karena Rey tiba tiba sudah mengecup tepi keningnya.
"Ingat nenekmu...sudah menurut saja...jadi anak baik." Ucap rey dengan ancamannya.
"Maaf pak...siapa tadi? lupa...ada masalah apa ya dengan kekasih saya?" Ucap Rey dengan songongnya. Saat itu Bagus tidak tahu harus berkata apa lagi, ia sudah sangat malu pada Ayuna, dan terlebih lagi ia begitu kaget saat melihat gadis itu mau mau saja di cium oleh lelaki seperti Rey.
"Halo pak...ada apa ya? oh jangan kaget...jangankan hanya kecupan seperti ini...tadi pagi saja kami berciuman di depan sana." Ucap Rey lagi yang mengagetkan Bagus, ia tersentak mendengar perkataan Rey baru saja.
"Akh...ya sudah bu...lain kali saja." Ucap Bagus yang lalu pergi dari hadapan keduanya. Bagus melihat Rey masih merangkul Ayuna sembari menyeberang jalan.
"Akh...bu Ayuna dan pacarnya sudah pulang ya pak?" Ucap pak satpam yang mengagetkan Bagus.
"Apa benar dia pacarnya?" Ucap tanya Bagus balik pada pak satpam.
"Iya pak...tadi pagi keduanya ciuman di belakang mobil pak...tidak sengaja saya dan beberapa guru yang lain pun melihatnya pak." Ucap jujur pak satpam, lalu Bagus tanpa pamit pergi begitu saja, sepertinya ia marah mendengar pernyataan dari pak satpam itu.
"Hei...apa yang kamu lakukan? siapa pacar kamu? aku baru tadi pagi melihatmu, aku pun tidak mengenalmu, lepaskan tanganmu ini." Ucap Ayuna dengan tangan yang memaksa untuk melepaskan tangan Rey dari pundaknya.
"Hei...aku sudah menolongmu dari guru jelek tadi ya...tapi kau..." Ucap Rey tertahan karena Yuna tiba tiba mengangkat panggilan telephone nya.
"Terus saja mengacuhkanku." Ucap Rey sembari memasukan kedua tangannya kedalam saku celananya.
"Tolong...tolong antar aku ke rumah sakit sekarang." Ucap Ayuna dengan isakannya, ia terlihat panik dan sedih bercampur menjadi satu.
"Hei...tenang...tenang...kamu kenapa? pelan pelan bicaranya agar aku mengerti...oke?" Ucap Rey yang mencoba menenangkan gadis di depannya. Namun Ayuna terlihat makin kacau saja.
"Sial...kenapa aku harus berlaku seperti ini...kenapa aku simpati pada seorang wanita? biasanya tidak pernah...hais...otakku mungkin sudah tidak waras." Ucap Rey dalam hatinya, dan ia masih saja mencoba menenangkn gadis itu.
"Nenek...nenek..." Ucap Ayuna yang terbata bata. Barulah saat itu Rey ikut panik, walau bagaimanapun sang nenek adalah orang terbaik setelah mamanya. yang perhatian padanya dan juga menjaganya.
"Ayo masuk." Ucap Rey tiba tiba yang terlihat ikut panik, terlihat dari tingkahnya yang benar benar ikut cepat cepat. Keduanya pun lalu masuk kedalam mobil, Rey segera menancap gas mobilnya menuju rumah sakit yang Yuna katakan. Saat itu Yuna melihat bahwa lelaki yang tadi cengengesan sesuka hatinya ternyata bisa panik juga, yang lebih aneh menurut Yuna, padahal dia adalah nenek Yuna, tapi mengapa Lelaki disampingnya itu terlihat lebih panik dari dirinya.
"Tenang...sabar...semua pasti akan baik baik saja." Ucap Yuna samar samar pada laki laki itu, sembari menguatkan dirinya sendiri agar sedikit lebih tenang. Hingga beberapa saat sampailah keduanya di depan rumah sakit yang dituju, Ayuna segera keluar dari dalam mobil dengan sedikit berlari, disusul Rey yang ikut berlari pula di belakang Yuna, mengejar gadis itu yang menerobos masuk kedalam ruangan unit gawat darurat.
"Nenek...nenek..." Ucap Ayuna saat mencari cari keberadaan neneknya.
"Suster...dimana nenek yang kecelakaan baru saja" Ucap Ayuna pada seorang suster yang bertugas disana.
"Oh...nenek nenek ya...itu ada di sebelah sana." Ucap si perawat yang menunjukan ke arah kerumunan Dokter dan suster yang terlihat masih sibuk disana dengan memasang alat alat di tubuh seorang pasien.
"Nenek!" Ucap Ayuna yang memanggil sang nenek.
"Oh anda keluarganya ya? begini...luka di kepala nenek anda sangat parah...jadi kami akan segera mengoperasinya, kami membutuhkan tanda tangan anda untuk persetujuannya." Ucap seorang Dokter yang menerangkan.
"Baik, baik Dokter...saya akan segera tanda tangan, saya harus tanda tangan dimana?" Tanya Ayuna dengan suara serak dan tangisnya tertahan.
"Jangan lupa...separuh biaya administrasi nya nyonya..." Ucap seorang perawat yang menyodorkan sebuah map dan juga lembaran kertas yang harus Yuna tanda tangani, saat itu yuna tidak tahu lagi, ia mendapatkan uang dari mana, tabungannya sama sekali tidak ada.
"Aku yang bayar...sudah jangan khawatir." Tiba tiba ucap Rey dari belakang Yuna. Dan gadis itu pun lalu menandatanganinya dengan segera. Hingga operasipun berlanjut, Ayuna dan Reyga menunggui operasi nenek di luar rung operasi.
"Minumlah..." Ucap Rey sembari menyodorkan satu botol air minum kemasan pada Ayuna.
"Terimakasih...kenapa kamu masih ada disini? kenapa kamu tidak pulang?" Tanya Yuna pada lelaki di depannya.
"Tenang lah...nenek sudah seperti keluarga bagiku...saat aku sakit pun nenek kamu yang mengobatiku." Ucap Rey dengan suara lembutnya.