Bab 4 Ayuna
Ya, Ayuna adalah cucu semata wayang nenek yang telah ia besarkan sedari kedua orang tua Ayuna meninggal dunia.
"Nenek mendapat pekerjaan baru cu...nenek setiap hari hanya harus memasakkan makanan untuk tuan muda, besok nenek nitip ya...tolong kamu bawakan makanan untuk tuan muda ke apartemennya." Ucap nenek dengan senangnya, karena bgainya hanya masak saja adalah kebahagiaan tersendiri untuknya, sudah rutinitasnya setiap hari, dan sekarang hanya tinggal menambah satu porsi lagi untuk tuan mudanya.
"Iya nenek...Yuna akan antar nek...wah...sekarang nenek tidak usah kerja disana, hanya masak di rumah, dan yang pasti Yuna akan membantu nenek dengan senag hati." Ucap Ayuna dengan senyum senang dan pelukan hangat untuk neneknya.
***
Di tempat Rey.
Malam itu, Rey baru saja pulang dari club malam, meski ia tidak sedang mabuk, namun ia merasa kepalanya masih pusing, mungkin sakitnya belum sembuh benar.
Dengan langkah gontai Rey masuk kedalam apartemenya, Rey menyalan lampu lampu yang ada di dalam ruangan.
"Astaga!" Ucap Rey dengan terkejutnya, saat ia dapati sang papa sudah berdedekap sembari duduk di atas sofa.
"Rey...kamu sudah dewasa, sampai kapan kamu akan main main terus? kemu tidak punya adik Rey, penerus papa hanya kamu! dan papa melihatmu dalam keadaan seperti ini? mengecewakan!" Ucap papa Rey sembari membentak puteranya.
"Papa...kapan papa sampai? kenapa tidak memberi kabar Rey? kan Rey bisa menjemput papa." Ucap Rey yang mencoba mengalihkan pembicaraan sengit itu.
"Sudah Rey...tidak usah membantah lagi! atau...kamu mau papa nikahkan saja? dengan anak rekan bisnis papa? supaya kamu serius dan bertanggung jawab!" Ucap papa yang membuat Rey membelalakan kedua matanya. Rey benar benar kaget, bagai petir yang menyambar di otaknya.
"Papa...papa jangan seperti itu dong...Rey sudah punya pacar pah...dan Rey...pasti akan berusaha dengan baik...oke? perlahan lahan ya pah...Rey akan belajar...jangan paksa Rey ya...dan jangan menjodohkan Rey pula." Ucap Reyga dengan rengekannya.
"Baiklah...papa akan menanti kamu di perusahaan...dan papa akan nantikan tanggung jawabmu yang kau janjikan itu." Ucap papa yang semakin dalam saja Rey pikirkan. Rey berusaha berkata demikian agar papanya mau mengalah, namun ternyata kali itu, Rey salah...papanya malah memilih maju dan menanti kedatangan Rey di perusahaan.
"Dan satu lagi Rey...papa benar benar ingin mengenal lebih jauh lagi kekasih yang kau ucapkan tadi." Ucap papa sembari pergi ke dapur untuk mengambil kopi.
"Aduh...kenapa menjadi seserius ini sih? aku kan tadi pagi baru putus...aku dapat pacar baru dimana? terus...akh...mereka semua tidak pantas!" Ucap Rey di dalam hatinya yang benar benar bergejolak hebat.
"Akh...papa...lain waktu pasti Rey ajak pulang ke rumah kok pah..." Ucap Rey dengan senyum yang ia paksakan.
"Papa kalau pulang...jangan bangunkan Rey ya...Rey capek." Ucap Rey lagi yang akan pergi kekamarnya.
"Papa menginap disini, sudah malam Rey kalau papa mau pulang..." Ucap papa Rey yang lagi lagi membuat Rey terperangah, ia merasa seperti seorang anak kecil yang sedang di awasi.
"Sekalian papa bawa pengawal untuk berjaga di depan pintu kamar Rey saja pah." Ucap Rey lagi yang benar benar sudah berjalan perlahan.
"Oh harus kah? ya...padahal papa hanya menyuruh mereka di depan pintu luar saja barusan." Ucap papa Rey yang benar benar membuat Rey ingin meledak karena saking panas otaknya, Rey benar benar tidak bisa berpikir lagi.
waktupun berjalan begitu cepat, pagi itu setelah yuna berbelanja ke pasar, dan memasak ditemani sang nenek, Yuna pun menyelesaikan masakannya.
"Oh astaga nek! sudah pukul enam lebih...Yuna harus cepat cepat mandi nek...nanti Yuna takut terlambat...karena mengantar sarapan juga untuk tuan muda." Ucap Yuna dengan tergesa gesa mengambil pakaian dari lemari pakaiannya.
"Nek...Yuna minta tolong...nenek yang memasukan sarapan tuan muda dan bekal yuna ya...yuna mandi dulu nenek..." Ucap Yuna sembari berlari kecil kedalam kamar mandi.
"Iya cu...tenang...santai saja...perlahan lahan ya..." Ucap nenek dengan tawa kecilnya.
Setengah jam setelah usai mandi dan berdadan, Yuna dengan rok sepan tepat selututnya, dengan jas lengan panjang dan dalaman baju lengan pendek, siap untuk pergi mengajar, tidak lupa Yuna membawa tas besar yang di dalamnya ada beberapa kerjaan siswa siswinya yang sudah selesai ia koreksi kemarin, sebenarnya itu bukan kerjaan Yuna, namun ia membantu temannya, meski paksaan dari guru yang lain yang membutuhkan bantuannya.
Desi. Ya dia adalah teman sesama guru disana, kebetulan Desi adalah anak orang terpandang dan berada, hingga dengan mudahnya ia menyuruh nyuruh Yuna untuk mengerjakan pekerjaanya tanpa guru yang lain tahu, dan Yuna yang ingin bekerja disana yang lama dan tenang, hanya bisa menurut dan mengikuti perintah dari Desi saja, ia pikir demikian akan lebih memudahkan jalannya, karena Yuna bekerja di sekolahan tersebut saja sudah membuat bangga sang nenek.
"Cu...cantiknya cucu nenek..." Ucap nenek yang melihat Yuna dengan rambut yang ia ikat kuncir kuda.
"Makasih nenek ku sayang..." Ucap yuna dengan pelukanya lagi.
"Ini nak bekal sarapan serta makan siang kamu ada disini, dan yang ini adalah sarapan dan makan siangnya tuan muda ya, ingat...kunci apartemenya sudah dibawa kan? dan nomor apartemenya tidak lupa kan?" Tanya nenek pada Yuna. Dan Yuna hanya mengangguk mengiyakannya saja.
"Baiklah nenek...Yuna berangkat dulu ya...nenek bisa istirahat..." Ucap senang Yuna, karena neneknya sudah tidak ada pekerjaan lain lagi selain beristirahat. Yuna pun pergi dengan membawa semua makanan itu menuju ke apartemen Reyga. Hingga sampai di depan pintu apartemen, Yuna menghentikan langkah kakinya, ia merasa sedikit ketakutan saat melihat dua penjaga dengan wajah sangar dan tinggi yang tidak main main tengah berada di depan pintu bagian luar apartemen yang neneknya tunjukan.
"Kenapa nenek tidak bilang kalau ada penjaganya sih?" Dengus Yuna sembari melangkahkan kakinya lagi menuju kedepan.
"Maaf, anda mau apa?" Tanya salah satu pengawal, dan saat itu Yuna hanya bisa mengeluarkan kunci pintu dari sakunya, barulah kedua orang tersebut diam dan membiarkannya saja.
"Ceklek!" Pintu apartemen terbuka, saat itu Rey belum bangun, namun papanya sudah berada di sofa di depan layar laptopnya, papa Rey begitu kehetanan saat melihat pintu itu tiba tiba terbuka, apa lagi masih sangat pagi.
"Siapa yang membawa kunci pintu apartemen Rey selain anak nakal itu?" Tanya papa dalam hatinya. Sampai...terlihat seorang gadis yang membawa bungkusan di kanan kiri tangannya.
Sesaat papa Rey menatap Ayuna dari atas sampai bawah dengan tajam.
"Pakaian yang sangat sopan jika hanya akan bersih bersih, wajah cantik natural...apa seperti ini selera Rey? apa benar ini pacar Rey?" Ucap dalam hati papa Rey lagi. Ia benar benar tahu sebelumnya bagaimana selera sang putera, namun setelah beberapa bulan tidak bertemu, secepat itu selera Rey berubah total.