Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 : Peringatan Olivia

Satria duduk di pinggir ranjang seraya memegang ponsel. Dia baru saja mengirim pesan pada Mira, menanyakan kabar wanita itu. Satria selalu berharap Mira akan baik-baik saja. Semoga saja harapannya terkabul. Mira bilang, Devon pergi entah kemana dan belum pulang sampai sekarang. Tentu itu membuat Mira sedih, sedangkan Satria merasa lega.

Satria menyimpan ponselnya di atas laci seraya menunggu balasan dari Mira. Saat hendak membaringkan tubuh, pintu kamarnya diketuk dari luar. Akhirnya Satria pun bangkit berdiri dan membuka pintu kamarnya. Terlihat lah sang ibu yang kini berdiri di hadapannya.

"Ada apa, Ma?" tanya Satria. Dia membuka lebar pintu kamarnya, memberi kode pada Savitri untuk masuk saja.

"Mama mau tanya soal kamu dan Olivia." Savitri menjawab dengan langsung tanpa basa-basi sama sekali.

"Tanya apa?" Satria menatap ibunya dengan heran.

"Kamu hari ini bertemu dengan Olivia nggak?" Savitri bertanya. Satria terdiam, kemudian dia teringat dengan pertemuannya bersama Olivia tadi di mall saat dia sedang bersama dengan Mira. Apakah Olivia mengadu?

"Memangnya kenapa, Ma?" Satria balik bertanya tanpa memberikan jawaban.

"Ya Mama ingin tahu saja. Harusnya kamu ajak Olivia ketemu. Makan siang atau makan malam bersama. Supaya hubungan kalian semakin akrab," jawab Savitri. Satria bernafas lega mendengar itu. Berarti Olivia tak mengatakan apapun tentang kejadian tadi siang pada ibunya.

"Maaf, Ma. Aku sering lupa dengan fakta kalau aku akan menikah," balas Satria sejujurnya. Savitri yang mendengar itu langsung mendengus sebal.

"Kamu harus bisa mendekatkan diri dengan Olivia. Kamu harus bisa mengambil hatinya." Savitri memberikan nasehat. Satria hanya manggut-manggut saja mendengarnya.

"Kamu sudah punya nomor Olivia?" Savitri bertanya lagi. Satria pun langsung menggeleng sebagai jawaban. Dia tak bohong.

"Ck, kalian berdua sama saja. Olivia tadi menghubungi Mama. Katanya dia ingin bertemu denganmu besok saat jam makan siang. Mama menyuruhnya langsung menghubungimu, tapi katanya Olivia tak memiliki nomormu," ujar Savitri. Satria yang mendengar itu terdiam dan berpikir. Olivia mengajaknya bertemu? Untuk apa? Apa untuk membahas kejadian siang tadi di mall?

"Satria! Kamu dengar gak sih Mama ngomong?" Savitri berseru kesal seraya memukul lengan Satria dengan kencang. Satria yang kaget langsung meringis seraya memegang langannya.

"Aku dengar."

"Jangan banyak ngelamun. Kalau orang tua bicara itu dengarkan dengan baik," tegur Savitri.

"Iya, iya. Maaf."

"Besok temui Olivia, jangan banyak alasan. Jemput dia ke kantornya langsung," perintah Savitri. Setelah mengatakan itu, Savitri pun berjalan keluar dari kamar Satria. Satria langsung menghembuskan nafas panjang karena perintah ibunya barusan. Kenapa juga sih Olivia mengajak ketemu?

***

Seperti perintah Savitri, Satria siang ini langsung meluncur ke kantor tempat kerja Olivia. Beruntungnya, Satria tak harus mencari-cari keberadaan Olivia karena mereka bertemu di lobi. Olivia berjalan bersama dengan Regan yang sepertinya akan pergi keluar juga.

"Hei. Menjemput Olivia?" Regan bertanya. Satria tersenyum dan mengangguk. Dia harus bisa bersikap baik di depan semua keluarga Olivia agar tidak ada yang curiga nantinya.

"Iya. Aku ingin mengajaknya makan siang bersama," jawab Satria berbohong. Regan tersenyum lebar mendengar itu, terlihat bahagia.

"Pergilah, Liv. Habiskan waktu sesukamu." Regan bersuara. Setelah itu dia berjalan lebih dulu, meninggalkan Satria dan Olivia berdua.

"Mau apa datang ke sini?" tanya Olivia dengan sebelah alis terangkat.

"Bukannya kamu yang menghubungi ibuku dan meminta bertemu denganku siang ini?" Satria balik bertanya. Olivia diam sesaat, kemudian mengangguk kecil.

"Maaf aku lupa," gumam Olivia. Satria menatapnya sesaat lalu mengajaknya untuk segera pergi dari sana. Olivia pun mengikuti langkah Satria untuk masuk ke dalam mobil. Satria menghidupkan mesin mobil dan langsung mengemudikannya menuju restoran terdekat. Olivia pun tak protes dengan restoran yang dipilih Satria.

Setelah sampai, mereka berdua turun dari mobil dan segera masuk ke dalam restoran. Mereka memilih meja di ujung sebelah kiri. Satria pun langsung memanggil pelayan untuk memesan makanan.

"Jadi untuk apa kamu mengajakku bertemu?" Satria bertanya setelah pelayan pamit pergi dari hadapan mereka.

"Aku ingin membahas yang terjadi kemarin di mall," jawab Olivia langsung. Benar juga ternyata dugaan Satria.

"Kurasa tak ada yang perlu dibahas," ucap Satria.

"Aku tahu dia sahabatmu dan itu adalah urusan pribadimu. Aku hanya ingin meminta kamu untuk lebih berhati-hati saja saat sedang bersamanya. Jangan sampai kejadian seperti kemarin terulang lagi." Olivia langsung berbicara.

"Apa itu menjadi masalah?"

"Tentu saja. Beruntung aku bisa membuat kakak iparku yakin kalau kamu hanya berteman saja dengannya. Jika saja Kak Regan yang melihat, aku yakin suasananya tidak akan setenang kemarin," jawab Olivia. Satria terdiam, berusaha mencerna penjelasan Olivia barusan.

"Jadi maksudmu, aku harus bisa menjaga jarak dengan Mira?" tanya Satria langsung. Dia terlihat tak suka saat Olivia berkata seperti itu.

"Bukan menjaga jarak. Tapi lebih berhati-hati saja supaya tetap aman. Kecuali kalau kamu menginginkan perjodohan ini batal," jawab Olivia langsung. Satria diam, lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Matanya menatap lurus pada Olivia yang sedang mengeluarkan ponsel dari dalam tas.

"Kenapa kamu menerima perjodohan ini?" Satria bertanya. Olivia mendongak, menatap ke arahnya.

"Aku menerima perjodohan ini demi ibuku. Ibuku menganggap kamu laki-laki yang tepat untukku," jawab Olivia dengan jujur.

"Itulah alasan kenapa aku minta kamu untuk lebih berhati-hati saat sedang bersama sahabatmu itu. Jangan sampai pemikiran ibuku tentangmu selama ini berubah. Karena mungkin bukan hanya ibuku saja yang akan kecewa nantinya. Tapi juga orang tuamu," lanjut Olivia. Satria lagi-lagi terdiam mendengar penuturan Olivia. Semuanya serasa tak masuk akal di awal, namun Satria tak bisa menyalahkan Olivia juga. Karena setelah di pikir-pikir, perkataan Olivia ada benarnya.

Satria jadi teringat setiap wejangan dari ibunya tentang dia yang harus bisa bersikap baik terhadap Olivia. Sikap orang tuanya memperlihatkan kalau mereka sangat ingin Olivia jadi menantu mereka. Bisa dibilang, posisinya sebagai anak akan tergeser oleh kehadiran Olivia sebagai menantu nantinya.

Oke, bukan itu masalahnya. Masalahnya mungkin yang dikatakan Olivia bisa saja benar. Jika orang tuanya tahu dia masih dekat dengan Mira saat akan menikah dengan Olivia, pasti mereka akan marah besar dan kecewa.

Karena Satria pun sangat sadar dan tahu, kalau orang tuanya kurang menyukai Mira.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel