Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 : Luka Hati

Dua minggu lagi, pernikahan Satria dan Olivia akan dilangsungkan. Walau begitu, hubungan mereka tak ada kemajuan sedikit pun. Memang pada dasarnya sejak awal mereka sudah sepakat menjalankan pernikahan ini hanya demi orang tua saja dan tak melibatkan perasaan apapun.

Hari ini, adalah jadwalnya fitting gaun pengantin. Tentu saja Olivia harus pergi bersama dengan Satria menuju butik. Dan sekarang, mereka sudah berada dalam mobil milik Satria yang sedang melaju menuju alamat butik yang disebutkan oleh Olivia.

"Apa butik ini pilihanmu?" Satria bertanya dengan mata menatap lurus pada jalanan.

"Ya. Ini butik langganan ibuku. Gaun pengantin Kak Linda juga dibuat oleh butik tersebut. Hasil yang mereka buat tak pernah mengecewakan," jawab Olivia. Tak ada lagi obrolan, hingga akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Olivia dan Satria keluar bersamaan dari dalam mobil. Mereka lalu berjalan beriringan masuk ke dalam butik.

Olivia terdiam sesaat di dekat pintu masuk. Matanya menatap sekeliling yang sudah banyak berubah sejak dirinya terakhir datang ke sana.

"Hai, Olivia. Akhirnya kamu datang juga. Aku sudah menunggumu sejak tadi loh." Seorang wanita dengan rambut di sanggul berjalan mendekati Olivia yang baru saja masuk.

"Hai, Kak. Maaf sudah membuatmu menunggu lama," ucap Olivia dengan senyum kecil. Wanita bernama Friska tersebut tersenyum dan mengangguk.

"Tak apa kok. Regan sudah menghubungiku kemarin katanya hari ini kamu akan datang untuk fitting gaun pengantin. Aku senang banget loh dengernya," ujar Friska dengan riang. Olivia memaksakan sebuah senyuman saat mendengar itu. Berusaha agar Friska tak curiga.

"Terima kasih, Kak. Oh ya, kenalkan ini Satria, calon suamiku," ujar Olivia. Friska langsung menatap Satria dan tersenyum. Mereka bersalaman seraya mengenalkan nama masing-masing.

"Ya sudah. Ayo lihat gaunnya," ajak Friska. Mereka pun berjalan memasuki sebuah ruangan luas yang di dalamnya khusus berisi gaun pengantin saja. Dalam hati, Satria memuji butik pilihan Olivia tersebut. Selain luas dan memiliki banyak koleksi, gaunnya pun bagus-bagus.

"Aku sudah menyiapkan tiga gaun yang kurasa akan cocok untukmu. Mau melihatnya?" tanya Friska. Olivia tersenyum dan mengangguk. Friska pun berjalan ke dalam sebuah ruangan, mengambil gaun-gaun yang sengaja dia siapkan untuk Olivia.

Sembari menunggu Friska, Olivia berjalan mendekati sebuah gaun pengantin yang terpasang pada patung manekin. Gaun tersebut dipajang di paling ujung, namun mata Olivia dengan mudah melihatnya.

Tangan Olivia bergerak menyentuh gaun tersebut dengan lembut. Kemudian dia tersenyum, tak menyangka kalau gaun tersebut masih ada di sana. Saking fokusnya melihat gaun tersebut, Olivia sampai tak sadar kalau Friska sudah kembali. Dan Friska melihat apa yang dilakukan oleh Olivia. Senyuman lebar Friska langsung lenyap saat tahu kalau Olivia sedang memperhatikan gaun di ujung tersebut.

"Kulihat Olivia terus memperhatikan gaun itu. Mungkin dia ingin mencoba gaun tersebut," ujar Satria pada Friska. Friska yang mendengar itu langsung menggeleng, membuat Satria kebingungan.

"Itu gaun impian Olivia. Dia berharap bisa memakai gaun itu saat akan menikah dengan Stefan. Siapa yang tahu ternyata pertunangan mereka malah batal. Olivia pasti masih ingat kalau dia pernah mencoba gaun itu di depan Stefan," ujar Friska. Satria yang mendengar cerita dari Friska berusaha mencernanya. Dia tidak tahu apa alasan Olivia batal bertunangan dua tahun yang lalu. Dia juga tidak tahu siapa nama mantan tunangan Olivia. Dan Satria juga tak tahu kalau ternyata pertunangan Olivia dulu sudah dekat menuju pernikahan, sampai sudah mencoba gaun pengantin.

"Dia tak boleh memakai gaun itu saat akan menikah denganmu. Yang ada nanti Olivia malah akan teringat terus pada Stefan," ujar Friska lagi. Setelah mengatakan itu, Friska langsung memanggil Olivia agar mendekat padanya. Dia mengajak Olivia untuk segera masuk ke dalam ruang ganti.

Sementara Satria, menunggu di depan ruang ganti. Kini, dia jadi penasaran apa alasan Olivia batal bertunangan. Apakah harus dia menanyakannya pada Olivia nanti agar tidak merasa penasaran?

***

Setelah selesai fitting gaun pengantin, Olivia meminta untuk langsung pergi dari butik. Bukan tak tahu, Satria sangat sadar kalau sikap Olivia jadi aneh saat sampai di butik. Dan mungkin, alasannya seperti yang dikatakan oleh Friska tadi. Olivia jadi teringat pada mantan tunangannya dulu.

"Sebaiknya kita mampir dulu ke restoran untuk makan siang," ujar Satria saat Olivia memintanya mengantarkan langsung ke kantor.

"Tak perlu. Kamu pasti juga sibuk."

"Aku juga belum makan siang." Olivia diam saat mendengar itu. Dia lalu menoleh pada Satria yang sedang mengemudi.

"Kenapa gak ajak sahabatmu saja?" tanya Olivia. Bukan bermaksud sarkas atau menyindir, tapi memang hanya bertanya saja.

"Dia sedang pergi."

"Pergi?"

"Ya. Dia kembali terayu oleh suaminya. Katanya mereka pergi liburan ke Bali hari ini." Olivia yang mendengar jawaban Satria tertawa pelan.

"Lucu sekali. Kenapa kamu membiarkan mereka pergi? Bagaimana kalau sahabatmu itu dianiaya lagi?" tanya Olivia heran.

"Aku melarangnya sekeras apapun percuma. Hanya cinta saja yang Mira pikirkan," keluh Satria. Olivia menggeleng kecil mendengar itu. Well, dia tak masalah mendengar keluh kesah Satria tentang Mira yang dibutakan cinta.

"Satria, jika di pikir lagi sebenarnya kamu sama saja seperti Mira." Olivia tiba-tiba berkata. Satria yang kebingungan langsung meliriknya dengan kening berkerut.

"Mira bertahan bersama suaminya dengan harapan suaminya akan berubah. Kamu juga bertahan mencintai Mira dengan harapan Mira suatu hari nanti berubah dan melirikmu. Sama kan? Tak usahlah menyalahkannya. Karena kamu pun sama saja dengannya," lanjut Olivia dengan berani. Satria yang mendengar itu langsung memicingkan mata, tak terima dengan perkataan Olivia barusan.

"Cinta boleh. Bodoh jangan," lanjut Olivia lagi. Dia melipat tangannya di bawah dada dan memejamkan mata. Satria jengkel sendiri mendengar ucapan Olivia barusan yang terkesan mengejeknya.

"Ya, kamu benar. Cinta boleh, bodoh jangan. Makanya move on dari mantan." Satria balas menyindir dengan perasaan jengkel. Olivia yang mendengar itu langsung menoleh ke arahnya dengan tatapan tajam.

Karena perdebatan yang kurang menyenangkan barusan, akhirnya mereka memilih diam saja selama perjalanan dan tak bicara lagi walau mungkin banyak yang harus dibahas tentang persiapan menikah mereka.

Pada dasarnya, hati mereka sama-sama terluka. Satria terluka karena wanita yang dia cintai tak pernah bisa membalas cintanya. Sedangkan Olivia, terluka karena perlakuan mantan tunangannya dua tahun yang lalu yang sampai sekarang sulit untuk dilupakan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel