Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9

Ancaman tersirat dari sang Jenderal membuat Anthea bergidik. Tidak! Dia tidak boleh merasa terintimidasi seperti ini. Menggelengkan kepalanya kuat-kuat sebelum Anthea kembali memilah makanannya.

“Thea, sepertinya ada yang harus kau jelaskan pada kami.” Kali ini suara nyaring milik Sam membuat Anthea berbalik ke belakang dan menatap tiga rekannya yang sedang bersedekap dada seolah meminta penjelasan.

“Tidak ada yang harus kujelaskan.”

Elyn tersenyum mengejek. “Bagaimana dengan sang Jenderal yang berada dekat denganmu.”

“Wajar. Dia mengambil makanan.” Anthea menyahut tak acuh. Melangkah pelan melewati ketiga temannya.

“Thea, kau tidak perlu berbohong pada kami.” Sam beserta Elyn dan Frysca mengikuti langkah Anthea untuk kembali duduk di tempat semula. “Jelas-jelas Jenderal mengajakmu bicara tadi.”

Frysca mengangguk membenarkan. Menatap Anthea penasaran. “Apa yang kalian bicarakan?”

“Tidak ada. Hanya obrolan kecil mengenai misi.”

“Aku tidak percaya,” sergah Elyn sambil menggeleng. “Wajahmu dan Jenderal sama-sama terlihat kesal, jadi tidak mungkin kalian hanya membicarakan perihal misi.”

Anthea menghela napasnya, menatap ketiga rekannya itu dengan jengah. “Ayolah, aku benar-benar tidak melakukan apapun bersama Jenderal itu. Jika kalian ingin tahu kebenarannya, kenapa tidak kalian tanyakan saja padanya langsung?” sungutnya membuat ketiga rekannya terdiam. Tidak mungkin mereka bertanya pada Jenderal jika ingin nyawa mereka masih selamat.

Akhirnya, Elyn, Frysca dan Sam memilih diam dan kembali menikmati hidangan yang tersedia. Membuat Anthea menghela napasnya lega, namun itu hanya berlangsung sesaat ketika seorang yang paling mereka takuti lewat dari hadapan mereka.

Kompak, semua berdiri tegap. Presiden Carls melewati mereka dengan angkuh diiringi oleh beberapa para petinggi seperti Komandan tertinggi, Jenderal, Letnan Jenderal, direktur, dan beberapa anggota lainnya untuk berjaga. Jenderal Athran berada disamping presiden sambil bercakap-cakap serius.

Anthea menahan napas saat Jenderal Athran melirik ke arahnya dengan sorot dingin. Namun, hanya berlangsung selama beberapa detik karena setelahnya sang Jenderal serta Presiden langsung melewati mereka dan keluar diikuti oleh semua para petinggi.

***

"Sudah lama menunggu?" Seorang wanita cantik menatap kearah kekasihnya yang selalu terlihat tampan. Dikecupnya pipi kiri dan kanan kekasihnya, walau tak dibalas sama sekali oleh si pria.

Aura seorang penguasa terlalu kental pada diri kekasihnya membuat wanita itu tak pernah menyurutkan pesonanya pada prianya.

"Tidak, baru saja," sahutnya datar. Kemudian mengalihkan tatapannya pada jendela cafe. "Langsung saja, Dee. Aku ingin kau tidak lagi menemuiku."

Wanita bernama Deena Caresse membelalak lebar. "Apa maksudmu, Aran?" Deena menggeleng. "Tidak-tidak. Aku tidak mau berpisah denganmu."

Inilah yang paling Athran benci pada diri seorang wanita. Mereka memakai perasaan tapi tidak pernah memikirkan perasaan orang lain disaat pasangannya tidak ingin lagi meneruskan hubungan. Dahinya berkerut samar saat memikirkan kata hubungan. Memang hubungan apa yang dimilikinya bersama Dee? Selama ini hanya wanita itu yang selalu menemuinya, memberinya perhatian padahal Athran tidak pernah memintanya.

Menatap datar pada wanita di depannya tak urung membuat Athran sedikit jengah, pasalnya mereka kembali memulai drama dengan air mata. Hal terakhir yang ingin dilihatnya selama ia hidup.

Drama! Decihnya dalam hati.

"Kenapa? Kenapa kau melakukannya Aran?" bisiknya lemah. "Kenapa kau meninggalkanku?"

Athran mengernyit. Ia paling tidak bisa diajak berbohong, tapi ia juga bingung alasan apa yang harus digunakan untuk menghindari wanita drama di depannya?

"Aku bosan," sahutnya singkat. Ya, dia memang bosan karena tak hentinya Dee mengirimi pesan sejam sekali, mengingatkan makan siang, mengajaknya bertemu dan melakukan hal romantis. Athran benci dengan semua itu.

Dee menggeleng kuat-kuat. "Tidak. Kau berbohong. Apa kau memiliki wanita lain?" tanyanya nanar pada pria yang mengenakan jaket kulit berwarna hitam dan celana senada di depannya.

Athran menghela napas berat sebelum tatapannya tertuju pada seorang wanita yang sedang duduk sendirian di pojokan. Sudut bibirnya terangkat sebelah. "Kau benar. Aku memiliki wanita lain," sahutnya tegas membuat perasaan Dee yang merupakan artis papan atas itu segera hancur tak terbentuk.

"Siapa wanita itu? Apa dia lebih baik dariku? Apa dia cantik?" Dee bertanya menantang membuat Jenderal kembali menatap Dee datar.

Saat itu pula, wanita yang Jenderal lihat berjalan ke arahnya hendak melewati mereka karena ingin keluar dari cafe. Sepertinya wanita itu tidak sadar bahwa Jenderal berada di cafe yang sama.

Dengan sigap, Athran menahan lengan wanita itu membuat langkahnya terhenti dan menatap kaget pada seseorang yang menahan lengannya.

"Dia wanitaku," desisnya tegas. "Wanita ini calon istriku!" putusnya sebelum mencium bibir wanita itu.

***

"Aku tinggal ya? Banyak pelanggan soalnya." Meika sahabat kecil Anthea meminta izin untuk kembali melayani para pelanggan cafe karena hari ini pelanggan lumayan ramai. Meninggalkan wanita itu sendiri.

Anthea hanya mengangguk mengiyakan. Membiarkan dirinya sendiri dan tenggelam dalam keramaian. Ingatannya pada Nichollas yang menemuinya waktu itu masih menimbulkan banyak pertanyaan di benaknya. Belum lagi ancaman langsung dari sang Jenderal yang membuat Anthea berpikir keras bahkan nyaris tidak tidur semalaman.

Menghela napas pelan dan kembali menatap jalanan di luar cafe. Cafe ini sangat mewah dengan design unik. Banyak para pejabat, penyanyi, bahkan selebriti singgah kemari di waktu senggang mereka. Disini juga memiliki tempat privasi tersendiri bagi yang ingin memesan.

Anthea menghela napas pelan. Ia merasakan hidupnya semakin hari semakin tak berguna. Wajah cantiknya tampak sendu. Sudah dua jam dia disini dan hanya di temani Meika untuk mengobrol sebelum gadis itu pergi untuk melayani para pelanggan.

Akhirnya, Anthea memilih untuk membereskan barangnya dan beranjak ke kasir untuk membayar sambil terus berjalan menunduk hingga tiba-tiba saja seseorang menahan lengannya. Membuat langkahnya terhenti. Anthea langsung menoleh menatap lengannya sebelum menatap orang yang sudah berani menghentikan langkahnya.

Matanya membelalak lebar melihat sang Jenderal yang masih duduk santai sambil memegang erat lengannya tanpa menatapnya. Dilihat lawan bicara sang Jenderal yang ternyata seorang perempuan. Wait! Tampaknya Anthea mengenal perempuan itu.

Sekali lagi, jantungnya berdetak kencang saat tahu wanita itu adalah artis ternama yang sedang naik daun. Deena Caresse, wanita yang memainkan beberapa adegan romantis yang mampu membuat para penonton menangis tersedu-sedu.

"Dia wanitaku!" gumam sang Jenderal tiba-tiba. "Wanita ini calon istriku," lanjutnya sebelum berdiri dan mencium bibir Anthea dengan lembut. Tak ada lumatan disana, hanya kecupan ringan namun mampu membuat Anthea nyaris mati berdiri.

Mata Anthea melebar dan ketika kesarannya mulai kembali, ia hendak mendorong Athran, namun pria itu lebih dulu melepaskan tautannya dan menatap tajam wanita yang menjadi lawan bicaranya tadi. "Jadi, jangan pernah menghubungiku lagi!" putusnya sembari menarik Anthea keluar dari cafe tanpa memperdulikan teriakan Deena yang memanggilnya berulang kali.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel