4
4 hari sudah berlalu. Aku sudah kembali ke penthouseku. Si sialan Zava membuatku sangat geram. Wanita sialan itu membuatku menjadi obat nyamuk. Dia tidur dengan CEO tempatnya bekerja sedangkan aku tidur sendirian.
Ah, Zava sangat membanggakan. Satu hari setelah penampilannya berubah. Ia dengan cepat bekerja di McVille Group. Wanita itu bercerita jika CEO group tersebut yang langsung menerimanya dengan satu syarat, Zava menjadi simpanannya. Zava yang mulai liar mengiyakan seruan CEOnya, jadilah ia saat ini simpanan pengusaha kayaraya negeri ini. Kata Zava, ia ingin merasakan jadi simpanan. Ia ingin membuat skandal yang memenuhi fantasy liar dalam otaknya. Ckck, kita akan lihat bagaimana Zava hidup sebagai simpanan pria beristri serta memiliki satu anak. Aku berharap dia tak akan berakhir di tepi jurang lagi kali ini.
Bepp.. bepp.. suara itu menandakan pintu terbuka.
"Sayang," ah, suamiku yang kembali. Ini adalah pertama kalinya dalam satu minggu aku melihatnya.
"Hy, kau pulang cepat." Aku meraih tasnya.
Dia tersenyum hangat lalu memelukku. "Aku merindukanmu, sayang." Dia mengecup ringan bibirku.
"Aku juga merindukanmu." Aku sendiri lupa apa arti kata rindu itu. Sering ditinggal olehnya membuatku lupa caranya merindu.
"Pekerjaanmu sudah selesai?" Aku mendongakan wajah menatap wajah matangnya.
"Sudah." Dia mengeratkan pelukannya. Mengecup puncak kepalaku dengan lembut.
"Aku mencintaimu, Kya." Entah apa maksud dari ucapannya. Mungkin dia mengatakan itu agar dia tidak lupa caranya mengatakan cinta padaku. Ironis, dia mengatakan cinta padaku tapi dia berkhianat di belakangku.
"Aku juga mencintaimu, Tristan." Aku bahkan masih mengatakan itu setelah semua pengkhianatannya. Inilah aku yang dengan keras kepalanya masih mencinta meski aku dikecewakan setengah mati.
"Baiklah, lepaskan pelukanmu. Aku siapkan air mandimu dan juga makanan untuk kita."
"Nanti saja. Aku masih merindukanmu." Seruannya terdengar sangat tulus. Apa benar dia masih merindukan aku? Entahlah, hanya Tristan yang mengetahuinya.
Kubiarkan dia terus memelukku. Setelah beberapa saat dia melepaskanku karena ponselnya berdering. Dia menjauh dariku, itu artinya telepon itu dari istrinya yang lain. Kenapa aku tahu? Jawabannya adalah karena aku kenal Tristan. Dia selalu menjawab panggilan di dekatku kecuali panggilan dari maduku. Maduku? Ckck, menggelikan. Aku bahkan dengan sukarela menyebutnya maduku. Aku ingatkan, untuk kalian yang suka dipanggil madu oleh kekasih kalian, aku sarankan untuk meminta berhenti karena saat kalian diberi madu sungguhan kalian akan lebih senang dipanggil racun.
Tristan menjawab telepon dan aku menyiapkan mandiannya. Aku istri yang baik, kan? Memang beginilah aku. Meski sibuk dengan pekerjaanku aku tak pernah lupa tugasku sebagai istri. Menurutku aku ini istri yang mendekati sempurna tapi semua itu hilang karena 1 ketidaksempurnaan. Aku tidak bisa memberikan keturunan. Ya, seperti halnya semua kebaikan tak ada artinya karena satu kejahaatan.
Selesai menjawab telepon, Tristan segera mandi dan aku segera masak. Kini aku sibuk dengan pisau dan bumbu dapur.
Bau body spray khas Tristan tercium di hidungku. Aku yakin dia sedang mendekat ke arahku. Benar saja, dia sekarang memelukku.
"Sayang, berhentilah." Aku memberikan reaksi dari tangan nakalnya yang saat ini membelai payudaraku dari luar.
"Mmhhhh,," aku melenguh karena tangan sialannya.
"I missed your skin, Kya. I really missed your body." Dia kini meremas dadaku.
Tristan sialan, dia membuat masakku harus berhenti. Tangannya melepaskan pisau yang aku pegang. Dia mengangkat tubuhku dan mendudukan aku di atas meja makan. Peralatan makan yang ada di meja sudah ia singkirkan.
"I want you, Kya. I want to f*ck you, harder and faster." Aku bisa melihat dia begitu bergairah.
"I'm yours, Tristan."
Dia melumat bibirku, lidahnya mengabsen dalam mulutku. Membelit lidahku dan menari disana.
Tangannya melepaskan pakaian yang aku pakai. Kini aku hanya memakai bra dan celana dalam. Tangannya terus bermain di dadaku. Meremasnya dengan lembut. Tangannya yang lain bermain dengan milikku. Menggodanya dari balik celana dalamku. Sial, dia membuatku basah.
"Ahh, Sayang." Aku melenguh saat lidahnya menyesap dadaku. Ibu jarinya menyelinap masuk ke celana dalamku. Membelai kewanitaanku yang sudah siap ia masuki. Ia membelai klitku, ia tahu benar bagaimana caranya membuatku memohon padanya. Dua jarinya masuk ke kewanitaanku. Maju mundur dan terus bergerak.
"F*ck, Tristan. Ah.."
"Aku suka mendengar kau menyebut namaku, Kya." Dia terus membuatku mengerangkan namanya.
"I wanna cum, Tristan."
"Lepaskan, Sayang.""Ah, Tristan." Sialan! Hanya dengan dua jarinya aku sudah mendapatkan orgasme pertamaku.
"I can't wait to be inside you," Tristan membuka celananya, pria sialan ini membuatku tanpa busana sedangkan dia hanya melepaskan celana yang ia kenakan.
"Ah,, F*ck yes,,it feels so good, Tristan. F*ck me harder," Aku mulai meracau, merasakan nikmatnya hujaman Tristan. Aku ingin lebih, lebih cepat dan lebih keras.
"You're so tight, Kya. I'm going to come."
"Me too,"
"Akh, Kyaa.." Dia melenguh panjang bersamaan dengan gelombang kejantanannya yang kini menyemburkan cairan yang sudah memenuhi milikku.
"Another round, Kya?"
"Yes."
Tristan kembali menghujamiku, membuatku terus menerus mengerangkan namanya. "Ah,, Tristan."
"Yes, Kya. Scream my name, you'll be screaming it the whole night because I just started with you." Aku tahu Tristan tipe pria yang akan melakukan apa yang dia katakan, dia akan memasukiku lagi dan lagi, hingga akhirnya kami melupakan makan malam.
♥♥
Pagi ini aku terjaga masih dengan Tristan memelukku. Meski ia telah mengkhianatiku, aku masih merasakan hangat pelukannya meski ia sudah membekukan kebahagiaanku.
"Morning, sexy wifey." Dia mengecup keningku tanpa membuka matanya.
"Morning too, my f*cking sexy hubby."
Dia tertawa kecil, lalu mengecup bibirku. "Hari ini tidak usah bekerja, aku ingin bersamamu, all day long."
"Waw, kau harus membayarku hari ini."
Dia tertawa lagi, "Aku akan memberikan seluruh hartaku untukmu."
Gantian aku yang tertawa, jika dia memberikan seluruh hartanya padaku maka anak dan istrinya yang lain akan dapat apa? "Aku tidak menginginkan hartamu, sayang. I only want you. Only you,"
"And Im yours."
Tidak, kau bukan milikku. Kau tidak menjadi milikku lagi.
"Tidulah lagi, kau pasti masih mengantuk karena 8 ronde panjang semalam."
Sialan, dia membuatku memerah saja. Aku mengingat bagaimana aku memohon padanya untuk terus menghujamku. Damn it.
"Tristan, please, please,," dia mengulangi apa yang aku katakan semalam. "I want you inside me,,"
"Hentikan, Sayang." Aku memukul dadanya.
Dia memelukku erat, "Aku sangat mencintaimu, Kya. Sangat-sangat mencintaimu."
"Aku juga sangat mencintaimu, Sayang."
♥♥
Aku kembali mengajar pagi ini, sudah 5 hari aku membiarkan Ocean tenang. Aku harus mengatakan bahwa aku merindukan pria kasar itu.
"Selamat pagi, semuanya." Aku menyapa para mahasiswaku.
"Pagi, Kya." Mereka menjawab serentak. Di kampus ini aku dipanggil dengan namaku. Bukan kehendak mereka tapi aku yang sengaja melakukan itu agar lebih dekat.
"Well, pagi ini kita akan membahas mengenai karya pelukis terkenal. Sebuah lukisan dari dinasti Joseon. Yups, lukisan dari negeri gingseng. Kita akan membahasnya lalu kalian akan membuatkan makalah mengenai karya pelukis terkenal lain yang terkenal di zaman dahulu."
Mahasiswaku nampak bersemangat, mungkin mereka menyukai tugas kali ini. Ah, aku sangat suka membahas seni lukisan zaman kuno. Menurutku pelukis kuno memiliki jiwa seni yang sangat kental.
Aku menampilkan lukisan pada zaman dinasti Joseon. Menjelaskan mengenai detail lukisan itu.
Waktu sudah berjalan cukup banyak, mata kuliahku hanya tinggal 5 menit lagi. "Oke, class, sampai disini dulu. Mengenai siapa kelompok kalian aku akan menyerahkannya pada ketua kelas dan aku ingin tugas kalian sudah selesai dalam 1 minggu."
"Baik, Kya."
"Ah, yang tidak memiliki kelompok bisa menemuiku sepulang dari mata kuliah ke dua." Aku mengarahkan pandanganku ke Ocean. Hanya untuk berdua dengannya, aku sengaja tak memberikannya anggota kelompok. Well, terdengar jahat memang tapi mau bagaimana lagi. Aku ingin bersama dengannya meski dia tidak ingin bersamaku.
Aku keluar dari kelas, tapi langkahku terhenti saat Ocean mendatangiku lebih cepat dari yang aku perkirakan.
"Berhentilah bermain-main." Entah kenapa dia selalu menganggap aku bermain-main.
"Ini bukan waktu yang aku tentukan, Ocean. Temui aku nanti."
"Kau!" Dia menggeram.
Aku tersenyum lalu memegang bahunya, "Setelah mata kuliah ke dua." Kukedipkan sebelah mataku dan berlalu pergi meninggalkannya. Aku tertawa kecil saat mendengar dia memakiku.
♥♥
Aku menunggu di ruanganku, seperti yang aku duga, Ocean datang menemuiku.
"Sampai kapan kau akan seperti ini!" Bahasanya sudah sangat kasar.
"Sampai kau mau menghangatkan ranjangku."
"Pelac*r!"
"Ayolah, Ocean. Apa yang salah dengan itu? Aku hanya ingin penismu memasukiku. Sangat sederhana."
Brak! Dia menggebrak meja kerjaku.
"Bersikaplah profesional! Jangan menggunakan mata kuliah untuk memaksaku!"
"Sayangnya aku akan melakukan apapun agar kau mau meniduriku."
"KYA!" Dia berteriak.
Aku tersenyum manis, "Hanya satu kali. Dan setelahnya aku tidak akan mengganggumu lagi, aku bersumpah."
"Kau, sialan!"
"Aku hanya ingin memenuhi fantasyku, Ocean. Semakin kau menolak aku semakin menginginkanmu. Aku tidak akan berhenti sampai aku mendapatkanmu."
"Kau maniak seks!"
"Ya. Itu memang aku."
"Menjijikan."
"Jika kau sudah sangat jijik denganku maka lakukan itu dan aku tidak akan mengganggumu lagi."
"Aku bersumpah akan menghancurkanmu jika kau tidak menepati ucapanmu!"
Aku tersenyum, akhirnya dia kalah. "Besok, jam 1 siang. Di kontrakanku." Usai mengatakan itu dia keluar dari ruanganku.
Aku memutar kursiku, rasanya sangat senang karena apa yang aku inginkan tercapai. Ya, aku pikir aku tak akan penasaran lagi dengannya setelah mencobanya. Aku juga lelah terus merendah seperti ini.
"Well, Kya. Besok akan menjadi hari yang bersejarah." Aku benar-benar tidak sabar menunggu besok hari.