Bab 9 Masuk ke Lingkungan Kerja
Bab 9 Masuk ke Lingkungan Kerja
Setelah wisuda, Gala magang di perusahaan kontraktormilik Bapaknya. Ia sibuk mengurus berbagai hal, sehingga Gala kehilangan banyak waktu untuk berkumpul bersama teman-teman, terutama teman-teman KKN. Mereka kerap kali berkumpul dengan personil yang tidak lengkap. Gala sudah sibuk magang, sementara Nasywa juga sedang koas di rumah sakit tempat Ayah dan Bundanya bekerja.
Sementara teman-teman KKN mereka sibuk mengerjakan tugas akhir, sehingga mereka memilih untuk membuat keributan di grup chat saja. Lumayan untuk menghibur mereka yang sedang kelabakan mengerjakan tugas akhir, atau Nasywa yang banyak mendapat ujian di rumah sakit dan Gala yang terus membagi pengalaman magangnya pada teman-teman.
*
Sebagai seorang dokter koas, Nasywa tidak memiliki banyak waktu untuk bermain. Ia sibuk membuktikan diri sebagai seorang lulusan terbaik dari universitas terbaik di kotanya. Nasywa tidak mungkin membuat Ayah dan Bundannya menanggung malu karena kemampuan yang tidak bisa diandalkan. Juga Nasywa ingin mengikuti jejak sukses dari sang kakak, Raynand yang sukses meraih gelar spesialis bedah di usia yang terbilang muda. Karirnya yang cemerlang selalu membuat Nasywa terpacu untuk mengikuti jejak sang kakak.
Diantara mengerjakan semua kesibukan yang Ia miliki Nasywa masih sering mencari tahu tentang Gala dari teman-teman KKN nya dulu, termasuk pada Alan. Komunikasi mereka berjalan seperti seharusnya, tanpa menaruh dendam satu sama lain. Meski Alan, pernah ditolak cintanya oleh Nasywa, laki-laki itu tidak pernah mengabaikan pesan-pesan dari Nasywa sedikitpun. Ia tetap berusaha menjadi laki-laki baik di mata Nasywa.
Alan yang notabene laki-laki dan sudah pasti memiliki kedekatan lebih pada Gala dan Hayyan. Meski Hayyan adalah teman baik Gala, Nasywa memilih Alan saja. Selain Alan, Nasywa juga sering bertanya kepada Radeya. Mengapa Nasywa memilih Radeya yang notabene perempuan, karena Deya memiliki banyak koneksi, tingkah bar-bar wanita itu juga bisa diandalkan dengan baik. Walaupun Deya kadang ceplas-ceplos, Ia tetap menjadi wanita yang handal dalam mencari informasi dan menjaga rahasia.
Hari-hari Nasywa dihabiskan di rumah sakit. Waktu berputar terasa lebih lama dibanding ketika mereka KKN dulu. Nasywa terkadang menertawakan dirinya sendiri, mengingat betapa dulu Ia suka mengagumi Gala secara diam-diam.
Nasywa merasa dirinya sudah seperti penguntit saja. Mencari tahu info tentang Gala secara diam-diam, sementara Gala sendiri, yakin tidak pernah repot-repot memikirkan Nasywa. Nasywa masih memiliki harapan besar, terlebih ketika Nasywa tahu jika orang tua mereka punya hubungan yang baik. Nasywa bisa menjadikannya batu loncatan.
Menjalani kehidupan baru membuat Nasywa harus move on dari kehidupan manis KKN, Ia harus bisa mengikuti poros pergaulan rumah sakit. Manis rasa KKN tidak bisa Ia bawa ke lingkungan kerjanya sekarang.
Nasywa harus menyesuaikan diri dengan berbagai karakter baru. Karakter orang-orang dari dunia yang sama dengannya. Dunia medis. Meski kedua orang tua Nasywa memiliki nama di rumah sakit, tidak serta merta Nasywa bisa berbuat sesuka hati.
Nasywa harus berusaha keras mengakrabkan diri dengan dokter-dokter yang bekerja dengannya. Meski Nasywa sering kali kena semprot oleh senior-seniornya, Ia tidak pernah menyerah. Semangatnya selalu berpacu setiap kali melihat pasien-pasien yang butuh bantuan mereka.
Nasywa tidak ingin mengecewakan pasien dengan pelayanan abal-abal yang Ia berikan, hanya karena Nasywa galau atau badmood karena ulah dokter senior yang terlalu keras dalam membimbing.
Tidak jarang Nasywa akan curhat pada Ana tentang kesulitan yang Ia hadapi. Ia banyak menangis diam-diam karena intimidasi senior. Sedikit saja kesalahan yang Ia perbuat, Nasywa akan mendapat teguran yang tidak sebanding dengan kesalahannya.
Dokter senior menjadikan ajang tersebut sebagai ajang balas dendam pada dokter-dokter Koas. Mereka pernah merasakan hal yang sama. Apa salahnya jika mereka melakukan hal sama seperti yang pernah mereka rasa. Tidak peduli dengan orang tua Nasywa yang memiliki nama baik di rumah sakit. Ia tidak lolos dari masa transisi tersebut.
“Pagi, Dokter,” sapa seorang suster. Nasywa hendak pulang, jam jaganya sudah bisa diganti oleh dokter lain. Nasywa sudah merindukan kasur besarnya. Berendam dalam air panas sebelum tidur sepuasnya. Membayangkan hal tersebut membuat Nasywa kembali bersemangat. Lupa dengan sindiran-sindiran pedas yang semalam Ia terima.
“Dokter Nasywa tolong jangan pulang dulu, katanya hari ini Dokter Adinda tidak masuk, Kamu diminta menggantikannya pagi ini.”
Seketika itu juga, Nasywa melotot dengan mulut menganga. Benarkan Nasywa harus jaga pagi lagi. Ya Tuhan, bahkan mata pandanya sudah membuktikan jika semalamn Nasywa tidak tidur.
“Apa tidak ada Dokter lain yang bisa menggantikan Dokter Adinda, Dok?” tanya Nasywa.
“Tidak ada. Kamu jangan cemen dong. Baru begadang semalam saja sudah menyerah, bagaimana jika kamu berada di posisi dokter lain. Tugas mereka jauh lebih besar dibanding kamu. Mereka bahkan harus tahan begadang berhari-hari,”
Meski Nasywa tidak suka jika usaha dan kerja kerasnya dibanding-bandingkan dengan orang lain, tetap saja Nasywa memilih mengangguk lemah. Ia tidak punya kekuatan untuk melawan senior. Sadar betul posisinya di mana.
“Baik Dok, Saya akan menggantikan Dokter Adinda. Tapi Saya haru pulang mandi dan ganti baju dulu Dok,” Nasywa mengigit bibir, Ia sudah siap jika Dokter perempuan bernama Sena itu kembali memberinya kuliah tujuh menit, hanya perihal mandi dan ganti baju.
“Harusnya Dokter itu sudah mempersiapkan kondisi seperti ini. Seperti membawa baju ganti dan peralatan mandi. Kaliankan punya ruangan yang bisa digunakan untuk mandi dan ganti baju. Jangan manja seperti ini,” pungkas Dokter Sena.
Nasywa menelan salivanya, mengangguk dengan susah payah. Dokter Sena yang paling sering memberi Nasywa kuliah tujuh menit. Entah karena benar-benar melakukan acara balas dendam atau takut jika Nasywa menandingi kecantikannya. Hanya Dokter Sena dan Tuhan yang tahu.
Nasywa segera kembali ke bangsal. Ia tidak punya waktu lagi untuk pulang hanya untuk ganti baju, Nasywa memutuskan untuk meminta tolong pada sang kakak saja untuk membawa baju ganti untuknya.
Meski Nasywa kerap kali mendapat perlakuan yang kurang enak di hati, Ia tidak pernah mengaduh pada orang tua dan kakaknya. Nasywa tidak ingin mendapat cap sebagai dokter cengeng. Raynand pun tidak ingin ambil pusing dan ikut campur dengan masalah Nasywa. Ia pernah berada di posisi Nasywa dan bisa melewatinya dengan baik. Tentu saja, Nasywa juga bisa melewati masa tidak mengenakkan tersebut.
*
Sementara Gala yang juga lulusan terbaik, berusaha membuktikan diri jika Ia pantas menyandang gelar mahasiswa cerdas dan berprestasi. Ia terus mengasah kemampuannya, mempelajari banyak hal dalam periode magangnya.
Meski Gala magang di perusahaan Bapaknya sendiri, Ia tidak mendapat perlakuan istimewa. Seperti karyawan kebanyakan, Gala tetap mengikuti proses magang seperti pada umumnya. Gala juga tidak keberatan dengan hal tersebut, justru dirinya yang bersikeras untuk tidak diperlakukan spesial.
Gala ingin mengikuti proses seperti pada umumnya. Baginya sukses karena prestasi sendiri lebih berkesan dibanding sukses dengan bantuan nama orang tuanya. Gala ingin merasai pahit manis menjadi anak magang. Merintis karir dari nol.
Sebagai alumni Fakultas Teknik, Gala harus bermental baja. Membuktikan dirinya dengan apa yang telah Ia peroleh dari kampus. Baik dari sisi akademik maupun non akademik. Gala dituntut untuk menaklukan peliknya kehidupan dan tidak membuat malu nama baik Fakultas Teknik.
“Gala, tolong foto copy berkas ini, lima rangkap yah,” Gala mengangguk sopan, pekerjaannya sehari-hari sudah bisa ditebak. Seperti anak magang pada umumnya.
Pada minggu pertama, Gala dituntut untuk bisa membuat kopi untuk senior-senior yang satu divisi dengannya, minggu kedua Gala harus bisa melakukan foto copy, pada minggu ketiga, Gala sudah mulai ikut berproses pada proyek yang akan mereka kerjakan. Tugas Gala selanjutnya mampu memisahkan kertas-kertas penting yang akan mereka gunakan. Lalu tugas Gala minggu ini, Ia harus bisa menangani ketiga tugas yang telah Ia lalui secara bersamaan.
Setiap minggu, tugas Gala akan naik satu tingkat. Ia menikmati tugas-tugasnya dengan baik. Seberat apapun pekerjaan jika dilakukan dengan ikhlas dan kalian menikmati prosesnya, maka pekerjaan tersebut akan terasa ringan. Itu menurut pengalaman Gala selama menjadi anak magang.
Minggu depan Gala sudah bisa naik tingkat lagi, Ia sudah tidak sabar menanti pekerjaan apa lagi yang akan diberikan padanya. Gala berharap banyak jika Kepala Divisi sudah membolehkannya ikut mengambil bagian dari proyek yang akan mereka garap bulan depan. Meski demikian Ia tidak bisa memaksakan kehendaknya. Gala memilih menunggu dengan sabar.
***