Bab 10 Misi Kemanusiaan Dimulai
Bab 10 Misi Kemanusiaan Dimulai
Meski Gala telah bekerja di perusahaan Ayahnya, Ia tidak serta merta melupakan kegiatan-kegiatan kampusnya dulu. Ia masih sering mencuri-curi waktu untuk berkumpul bersama senior dan junior setiap kali ada acara kampus. Menyempatkan diri berdiskusi banyak hal, tentang buku, politik, pendidikan bahkan masalah kemanusiaan. Mereka sangat antusias setiap kali topik tersebut menjadi tema dari diskusi mereka.
Keprihatinan tersebut membuat Gala dan teman-teman memiliki simpati yang sama. Gala bahkan memiliki mimpi besar untuk membuat sebuah organisasi kemanusiaan. Bermodal dari kekagumannya pada dr Yoserizal Jurnalis, seorang dokter yang menjadi pelopor pada organisasi MER-C. Organisasi tersebut banyak menoreh jejak dan kisah kemanusiaan.
Selain bergerak di tanah air. Mereka juga menjadi salah satu pelopor kemanusiaan di luar negeri. Termasuk dua misi ke Afghanistan, dua misi ke Irak, dua misi ke Iran (di bawah naungan Departemen Kesehatan RI), satu misi ke Thailand, dua misi ke Kashmir Pakistan, satu misi ke Libanon Selatan, satu misi ke Sudan, satu misi ke Somalia, dua misi ke Palestina dan lima misi ke Palestina yang berkaitan dengan pembangunan RS Indonesia. Berita ini dimuat dalam beberapa situs online tanah air.
Gala mulai dengan mengumpulkan teman-teman satu organisasi Rohisnya di kampus dulu, Hayyan Rafif dan Aydin Falah Pratama. Mereka berdua sangat mendukung dan tidak ingin ketinggalan. Mereka akan ikut membantu menyukseskan misi yang sedang dibentuk oleh Gala.
"Menurutmu apa yang harus kita persiapkan pertama kali?" tanya Hayyan pada satu kesempatan diskusi tatap muka yang mereka lakukan. Tidak banyak personil yang hadir, hanya sekitar tujuh orang.
"Tentu saja, jaringan yang luas." Aydin yang menjawab. Laki-laki yang merupakan ahli IT itu merupakan teman Gala dari kecil. Aydin yakin, apa yang sedang direncanakan oleh Gala adalah sebuah kewajiban yang harus mereka pikul bersama.
"Pertama-tama, kita harus tahu ada berapa banyak oraganisasi kemanusiaan yang ada di Indonesia terutama yang bergerak di dalam dan luar negeri." Gala mulai menjelaskan.
Sebagai seorang yang memelopori kegiatan tersebut, tentu saja Gala harus menunjukan skill yang Ia miliki. Memikirkan ide-ide cemerlang yang harus mereka jadikan terobosan baru dalam membangun sebuah komunikasi yang baik. Mereka harus memiliki keunggulan yang bisa dijadikan acuan dan patokan dalam membangun sebuah ruang berkumpul seperti ini.
Mengangkat tema isu-isu kemanusiaan saja tidak cukup. Mereka harus memiliki solusi dan ide yang bisa disalurkan. Jika hanya sekedar diskusi panjang tak berujung, atau sekedar melakukan protes-protes di jalan, semua orang bisa melakukannya. Gala tidak menyalahkan hal tersebut, hanya saja, mereka perlu gerak lebih. Terjun langsung ke lapangan misalnya atau paling tidak menjadi penyumbang dana yang besar.
"Kami siap membagi tugas," pungkas yang lain. Gala mengangguk, Ia tersenyum melihat antusias dari teman-temannya.
"Hayyan dan Aydin mendapat tugas pendataan, yang lain bisa fokus dengan info-info yang bisa mendukung pergerakan kita," lanjut Gala. Mereka kompak mengangguk sebagai tanda mengerti dan siap memulai misi pertama.
Tugas pertama mereka adalah membangun jaringan yang luas. mereka yang masih kekurangan koneksi dan personil, mulai membangun jaringa-jaringan lokal dengan mendata dan menjalin kerjasama dengan organisasi-organisasi kemanusiaan yang berkiprah di luar dan di dalam negeri.
Tugas selanjutnya adalah mendata gedung-gedung strategis yang hancur di Gaza, seperti rumah sakit dan sekolah. Tugas tersebut sekaligus menjadi target untuk misi yang akan mereka jalankan.
Sayap-sayap kemanusiaan terus mereka bangun. Personil bertambah, tidak hanya yang berasal dari kalangan anak-anak Rohis yang pernah diketuai oleh Gala, tetapi juga dari organisasi lain. Teman mengajak teman. Berbagai keahlian dan profil mulai ikut bergabung dengan mereka.
Pergerakan tersebut tidak luput dari telinga Nasywa. Ia sangat antusias dengan kabar tersebut. Dengan semangat menggebu-gebu, Nasywa menghubungi Gala dan Hayyan secara langsung. Terlepas dari perasaannya yang menyukai Gala dengan sepihak. Nasywa bersemangat dengan satu tujuan dan satu alasan. Kemanusiaan. Alasan yang lain biar menyusul saja.
Nasywa yang merasa terpanggil hatinya segera menodong Gala dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai rencana yang akan dilakukan laki-laki itu. Tidak sampai di sana, Nasywa ikut memberi referensi organisasi yang dikenal oleh ayahnya. Besar harapan mereka bisa menjalin kerjasama yang baik kedepannya.
Membuktikan keseriusan yang Nasywa miliki, Ia terjun langsung ke lapangan. Menemani Gala dan Hayyan menemui Ketua organisasi tersebut adalah tugas pertama yang Nasywa ambil. Meski Nasywa sudah memegang kartu hijau, tetap saja Ia mendapat rintangan kecil.
Salah seorang petinggi di organisasi tersebut meminta agar mereka menyelesaikan magang terlebih dahulu. Tidak ingin jika karir yang sedang mereka bangun jadi terhambat. Pun, mereka akan lebih berkonsentrasi dengan tugas masing-masing jika berhasil mendapat rekomendasi untuk dikirim pada salah satu proyek kemanusiaan yang sedang mereka kerjakan.
Pernyataan tersebut tidak membuat semangat Gala dan teman-teman surut. Mereka melanjutkan magang seperti yang diinginkan. Juga mereka tetap menjalin komunikasi yang telah mereka bangun sebelumnya.Tidak hanya tenaga dan fasion yang harus mereka miliki. PR besar telah menanti. Mereka juga harus memiliki dana yang besar.
Sembari melanjutkan magang, mereka juga melakukan penggalangan dana melalui beberapa situs onlie, bahkan ada yang nekat memasarkan produk jualan mereka yang keuntungannya akan disumbangkan pada misi kemanusiaan yang sedang mereka lakukan.
Gala merasa haru setiap kali melihat antusiasme teman-teman yang ikut berjuang bersama mereka. orang-orang seperti mereka sudah sangat langkah. Di era modern seperti sekarang, sangat jarang manusia yang masih memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi. Gala bangga pada teman-temannya yang ikut bahu-membahu dalam misi besar tersebut.
Gala semakin bersemangat, semakin giat dan tekun menjalani magangnya. Jika dulu semangatnya menyelesaikan magang untuk mendapat proyek besar yang bisa Gala icip rasanya jika menjadi seorang kontraktor hebat. Kali ini semangat Gala berpacu pada misi kemanusiaan yang akan mereka hadapi.
Tidak hanya Gala, Nasywapun sama, kesulitan dari dokter senior yang setiap hari memenuhi telinganya sudah tidak lagi Ia hiraukan. Harapan besar berangkat bersama Gala menjadi pemacu semangat menjalani Koas yang tinggal separuh. Nasywa ingin berada satu lokasi bersama Gala sekali lagi. Alasan lain yang Nasywa miliki untuk bergabung bersama Gala.
Hari-hari yang semula terasa berat menjadi lebih ringan dan bersemangat. Nasywa memiliki kegiatan selingan dikala stres. Mengikuti diskusi alot yang rutin dilakukan oleh Gala. Magang yang mereka lakukan tidak serta merta menjadikan mereka lepas tangan terhadap apa yang telah dimulai. Gala tetap menjaga semangat mereka, tetap pada misi awal mereka dan tetap membangun jaringan-jaringan dengan koneksi luas.
*
"Jadi sekarang kalian terlibat proyek kemanusiaan?" tanya Ana.
Hari ini Nasywa yang sedang kosong jam jaganya memilih mengunjungi Ana, Deya dan Alan. Rumah sakit tempat Nasywa Koas masih berada satu lokasi dengan kampus mereka. cukup mudah baginya mengajak Ana, Deya dan Hayyan untuk sekedar mengobati rindu. Kecuali Hayyan dan Gala yang lokasinya terpisah jauh, mereka harus memiliki waktu yang lebih luas jika ingin berkumpul dengan personil lengkap.
"Sumpah yah, kalian itu gemesin tau gak," Deya mulai mengoceh.
"Gemesin bagaimana maksud kamu?" tanya Nasywa, Ia penasaran. Gosip panas lagi yang sedang wanita itu tekuni.
"Na beneran orang tua kamu dan orang tua Gala temenan baik?" Deya menodong Nasywa dengan pertanyaan yang sedikit privasi. Bagi Deya, hal tersebut biasa-biasa saja.
"Kenapa gitu?" tanya Nasywa lagi. Ia belum bisa menebak ke mana arah pembicaraan Deya. Tidak lucu juga rasanya jika teman-teman Nasywa tahu tentang perasaan yang selama ini Ia sembunyikan. Nasywa akan merasa malu yang sangat besar.
"Pantas ajasih, Gala dan adiknya masuk Fakultas Teknik dengan mudah, wong orang tuanya salah satu petinggi di sana."
"Hey, jangan membuat gosip sembarangan. Gala itu sudah membuktikan kecerdasannya dengan menjadi lulusan terbaik Fakultas Teknik. Hanya dengan empat tahun." Alan ikut terpacing dengan topik Deya yang sama sekali tidak memiliki kesinambungan dengan topik awal yang mereka bicarakan.
"Na, misal nih, Kamu kepilih dalam misi kemanusiaan itu? Kamu serius akan berangkat ke sana?" tanya Ana dengan serius. Alan dan Deya ikut penasaran dengan jawaban Nasywa. Secarakan resiko yang akan mereka hadapi tidak main-main. Terlebih jika itu mengenai Gaza. Perang di sana tidak ada habisnya.
Terakhir serangan-serangan Israel diberitakan menembak salah satu dokter relawan hingga tewas. Berita ini tentu membuat nyali orang-orang yang hatinya mendua akan menjadi ciut.Bahkan pagi ini kembali dihias berita penembakan tiga pemuda Palestina di Jalur Gaza.
***