Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 Cukup Satu

Bab 6 Cukup Satu

Setelah perpisahan di Posko Kecamatan dilakukan, selanjutnya posko Desa masing-masing melakukan hal serupa, tak terkecuali Desa Timpuseng. Di mana ada Gala, Hayyan, Alan, Nasywa, Anastasya dan juga Radeya. Mereka mengadakan syukuran kecil-kecilan dengan mengundang beberapa warga dan juga perangkat desa.

Meski acara tersebut hanya ingin diadakan secara sederhana, rupanya warga tidak setuju dengan hal tersebut. Mereka datang ke posko, berbondong-bondong membawa makanan untuk di santap bersama. Tangis harus peserta KKN mewarnai perpisahan mereka ketika satu per satu menyampaikan kesan-kesan selama ber-KKN di Desa tersebut.

Nasywa hanya bisa menyimpan rasanya sendiri, sebagai seorang perempuan yang menjunjung tinggi perasaan malu, Ia tidak mungkin mengungkap perasaannya secara blak-blakan pada Gala. Laki-laki itu terlalu dingin padanya.

Sebulan kebersamaan mereka, tidak sekalipun Gala menunjukkan rasa suka pada satu dari tiga perempuan yang seposko dengannya. Sikapnya yang tegas dan irit bicara cukup menjelaskan semuanya. Gala sesulit itu untuk ditebak.

Bagaimana Gala bisa tertarik pada perempuan lain ketika Gala sendiri sebenarnya sudah tertarik untuk menjalani taaruf dengan adik tingkatnya Fadhila Ristianinggrum, seorang gadis keturunan Aceh yang cantik. Mereka sudah lama saling mengenal karena sama-sama aktivis Rohis di kampus. Gala sangat mengagumi Dhila yang cerdas dan solehah, sedang Dhila sebenarnya sudah lama menaruh hati kepada Gala.

Keduanya memiliki rasa yang sama, Gala hanya perlu menjaga hatinya hingga waktunya tiba. Gala tidak lagi membutuhkan rasa macam-macam ketika hatinya sudah berlabuh pada seorang gadis. Cukup satu saja,hati Gala sudah tertutup untu yang lain.

"Sedih yah," Deya mengusap air matanya, melalui perpisahan seperti ini terasa berat dan tidak mengenakan di hati. Meski acara berlangsung cukup meriah, lelehan air mata tidak bisa mereka hindari. Terutama dari kaum Hawa. Mereka bertiga sangat dekat selama sebulan masa KKN.

Hayyan menepuk-nepuk punggung Alan, raut wajah laki-laki itu, juga menunjukkan kesedihan yang cukup dalam. Mereka bertiga selalu mendagakan kajian bersama setiap selesai melaksanakan Salat Isya. Baik Hayyan ataupun Gala akan membawa materi-materi dakwah di kamar mereka. Meski demikian teman-teman cewek juga bisa mendengar materi mereka.

Dari sana, Nasywa merasa yakin Gala calon imam yang tepat. Ia sama sekali tidak tahu menaru perihal Gala yang sudah memiliki calon sendiri. Nasywa dengan setia melangitkan nama laki-laki itu untuk dirinya. Sementara Gala sibuk melangitkan nama orang lain disetiap doa-doanya.

Sementara itu, Nasywa tahu Alan menyukainya, seperti Nasywa menyukai Gala. Hanya saja wanita itu benar-benar tidak bisa melirik orang lain, rasa sayang dan cinta memang tidak bisa diatur oleh otak dan nalar. Cukup menyedihkan rasanya berada di posisi Nasywa maupun Alan.

"Kami berterima kasih Kepala Desa dan Ibu Desa yang telah menyambut kami dengan baik. Memberi kami rumah tinggal yang nyaman, dan juga selalu mendukung kegiatan-kegiatan yang kami lakukan selama berada di sini. Kami sudah menganggap Bapak dan Ibu seperti orang tua kami sendiri selama kami berada di sini. Terima kasih, Pak, Ibu, atas segala kemuraha hatinya menyambut dan menjaga kami selama berada di sini."

"Juga kepada perangkat Desa, Kak Said, pak Fahmi, yang sudah membantu dan membimbing kami sangat banyak, dan seluruh warga yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Kami mengucapkan banyak-banyak terima kasih atas gela bantuan yang di berikan. Kami senang ber-KKN di Desa ini, sebulan yang rasanya sangat menjadi begitu cepat ketika kami berada di sini," ujar Gala dalam pesan dan kesannya.

"Nasywa, jangan lupa dengan kami yah," Ana memeluk Nasywa, diikuti oleh Deya. mereka menangis bersama. Perpisahan selalu semenyakitkan, dan setiap perjumpaan pasti ada perpisahan. Mereka masih bisa bertemu di waktu yang lain. Setidaknya mereka masih menapak di bumi yang sama.

"Aku akan senang mengunjungimu nanti setelah kita kembali ke kampus," ujar Deya, Nasywa mengangguk.

"Pokoknya kita harus sering-sering mengadakan reuni." Mereka kembali berpelukan dengan cucuran air mata.

Pemandangan tersebut tidak luput dari perhatian Gala, Alan dan Hayyan. Merekapun memiliki rasa haru dan sedih yang sama. Sebulan tinggal satu atap, makan bersama, saling mendebat dan berselisih paham, menjadikan mereka lebih dekat. Meski hanya sekedar rasa persaudaraan saja. Dunia KKN memang luar biasa jika mendapat teman satu posko yang bisa diajak kompromi. Mereka akan merasakan kedekatan satu sama lain.

*

Pagi-pagi sekali, koper-koper mereka sudah berjejer rapi di teras rumah. Mereka akan dijemput oleh pihak kampus di posko masing-masing.

Nasywa masih berbincang bersama Ibu Desa. Selama ini perempuan paruh baya itu sangat senang ketika rumah mereka diramaikan oleh mahasiswa KKN, dan lagi ada Nasywa yang menjadi nilai plus dari mereka. Ibu Desa banyak berkonsultasi kesehatan pada Nasywa, tidak hanya Ibu Desa, ada banyak ibu-ibu yang rutin mengunjungi Nasywa untuk memeriksa kesehatan mereka, seperti pemeriksaan tekanan darah dan berkonsultasi mengenai makanan yang sehat untuk anak-anak mereka.

Bahkan ada di antara mereka yang melakukan konsultasi kehamilan. Meski Nasywa sedikit malu, Ia harus tetap menjunjung tinggi sikap profesionalnya. Cara Nasywa berkomunikasi dengan para ibu, tidak pernah lepas dari pandangan ketiga cowok yang satu posko dengannya.

Beberapa kali mereka mendapati kejaian lucu ketika para ibu malah membicarakan rumah tangga mereka secara blak-blakan. Selain periksa kesehatan, mereka juga menjadikan Nasywa sebagai tempat untuk curhat. Nasywa tidak pernah keberatan.

Ada satu kejadian yang tidak bisa dilupakan oleh Nasywa. Malam itu sudah sangat larut, Nasywa mendapat telepon dari Ibu Desa yang kebetulan berada di kota. Kabarnya ada ibu-ibu yang ingin melahirkan dan menolak bidan yang akan membantu persainannya. Ia ingin Nasywa saja.

Mendapat kabar tersebut membuat Nasywa sedikit kelimpungan. Ia tidak tega membangunkan Deya maupun Ana. Mereka sedang tidur pulas-pulasnya. Pukul tiga dini hari merupakan waktu tidur yang paing enak juga menjadi waktu berdoa yang paling baik.

Karena tidak ingin menimbulkan keributan akhirnya Nasywa memilih keluar kamar. Alangkah terkejutnya Nasywa dan Gala ketika mereka berpapasan di ruang tengah. Nasywa sebenarnya sangat tidak enak untuk meminta bantuan Gala. Namun Nasywa juga tidak ingin mengecewakan warga. Akhirnya dengan penuh keberanian, Nasywa mengatakan keresahannya pada Gala.

Gala cukup lama bergulat dengan pikirannya sendiri. Akhirnya, setelah Nasywa menjelaskan secara keseluruhan masalahnya. Gala bersedia untuk mengantar Nasywa. Nasywa yang awalnya ingin berangkat sendiri saja, merasa senang, ketika Gala meresponnya dengan baik. Malam itu Gala dan Nasywa meninggalkan posko menggunakan mobil dines Kepala Desa disaksikan oleh Alan yang tidak sengaja mendengar percakapan mereka.

Kejadian itupun menjadi momen yang paling berkesan untuk Nasywa selama sebulan kebersamaan mereka.

"Mobilnya sudah datang," ujar Alan mengabarkan pada teman-temannya. Mereka segera berpamitan pada Bapak dan Ibu Desa. Mereka sempat kembali menitikan air mata.

Begitu menuruni tangga, mereka tidak menyangka jika akan banyak warga yang menunggu mereka di bawah, Alan pun heran dengan orang-orang yang dikenalnya itu. Mereka belum ada di sana ketika Alan naik.

"Hati-hati yah, jangan melupakan ibu, sering-seringlah berkunjung ke sini," sang ibu memeluk mereka satu-persatu.

Mereka mendapat banyak bingkisan seperti kue-kue, buah dan hasil panen sayuran. Bahkan ada warga yang juga membawa ayam dan bebek untuk mereka. Beruntung mereka dijemput menggunakan mobil yang cukup besar, sehingga semua pemberian warga bisa masuk ke dalam bagasi mobil.

Begitu mobil mulai melaju dengan pelan, semua warga melambaikan tangannya, mengiring perjalanan mereka dengan doa-doa terbaik.

Sepanjang perjalanannya hanya ada hening, mereka sibuk tertidur setelah semalaman begadang bersama warga. Hanya ada suara sopir dan juga Gala yang sesekali berbincang, entah apa yang mereka bicarakan. Gala tidak enak untuk tidur dan membiarkan sopir duduk tanpa percapakan sepanjang jalan. Sesekali laki-laki itu menawarkan untuk bertukar posisi, tetapi sang supir menolak dengan halus.

Perjalanan pulang mereka tidak semenyenangkan perjalanan pergi, ketika mereka membuat kerusuhan di dalam bus. Mereka pulang dengan mobil terpisah-pisah. Teruntuk Nasywa, selamat menabung rasa, dan teruntuk Alan, selamat memperjuangkan rasamu. Sementara Gala, semoga jalan taarufnya dimudahkan. Selamat menikmati episode perpisahan.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel