Bab 5 Perpisahan
Bab 5 Perpisahan
Tidak terasa, masa KKN berjalan begitu cepat, seluruh posko sudah bersiap menyelesaikan semua program kerja yang telah mereka rencanakan. Termasuk proker besar mereka, pemeriksaan kesehatan gratis.
Malam ini mereka akan melakukan persiapan penyelesaian proker dengan mengadakan rapat. Lagi-lagi posko Gala yang menjadi pilihan mereka. Alasannya tentu saja karena ada Nasywa. Gadis itu benar-benar menjadi primadona peserta KKN, bukan hanya dari mahasiswa bahkan beberapa pemuda desa ikut mengaguminya.
Meski demikian, Nasywa tetap pada hatinya, menyukai Gala adalah sebuah cerita tantangan tersendiri untuk dirinya. Selama sebulan Nasywa mencoba menarik perhatian laki-laki cuek itu, namun Nasywa tidak juga mendapatkan apa yang selama ini Ia inginkan. Hati Gala sudah jatuh pada orang lain.
Alan, yang juga melakukan pendekatan pada Nasywa secara diam-diam, sudah tidak mendapat tempat di hati gadis itu. Nasywa jatuh pada pesona Gala. Yang paling membuat hati Nasywa menggila, setiap kali mendengar Gala melantunkan suara azan, atau menjadi imam di masjid yang berada tepat di sisi rumah Kepala Desa.
Gala dan Hayyan bergantian menjadi imam dan muadzin di masjid tersebut. Bukan hanya Nasywa, Deya dan Ana juga ikut kesemsem dengan suara merdu kedua laki-laki itu. Benar-benar calon suami idaman.
Tidak ingin larut dengan perasaan yang terus tumbuh di hati Nasywa, iapun memilih menyibukkan diri membantu Ana dan Deya di dapur. Mereka sedang mempersiapkan beberapa cemilan untuk rapat malam ini.
Malam yang akan menjadi rapat terakhir mereka membahas proker harus disambut dengan istimewa. Mereka akan menyuguhkan menu terbaik yang bisa mereka persiapkan.
"Auuu," Nasywa spontan menarik tangannya ketika wajan panas tidak sengaja bersentuhan dengan kulitnya yang putih mulus.
"Kamu tidak apa-apa," Alan dengan cepat mendekati Nasywa, menuntun gadis itu menuju kran air dan mengguyur punggung tangan Nasywa yang mulai memerah.
Sementara Alan sibuk membantu mengguyur tangan Nasywa di bawah air mengalir, gadis itu malah memikirkan orang lain yang menggantikan Alan. Nasywa berharap jika laki-laki yang berdiri di sampingnya adalah Gala. Nasywa tidak sadar jika senyumnya mengembang. Membayangkannya saja sudah sangat bahagia. Jantung Nasywa maraton. Sementara ppipinya menghangat.
"Nasywa," Alan menggerakkan tangannya di depan wajah Nasywa. Namun, gadis itu seperti patung, matanya bahkan tidak berkedip, sementara senyumnya terus melemahkan hati Alan. Sungguh Nasywa adalah pesona yang selalu Ia kagumi.
"Kalian lagi ngapain?" tanya Gala dengan suara sedikit jutek. Nasywa tersentak kaget. Mendapati Gala berdiri tidak jauh darinya membuat pipi gadis itu semakin merona. Nasywa salah tingkah.
"Tangan Nasywa terkena wajan panas," jelas Alan santai. Ia kembali melakukan tugasnya yang sempat terpending. Sementara Nasywa tidak tahu harus bagaimana.
"Jangan ceroboh jika mengerjakan sesuatu. Jangan melamun," Dia Gala, laki-laki yang jarang sekali menunjukkan perhatiannya pada wanita, juga irit bicara pada sesuatu yang menurutnya tidak penting. Tiba-tiba mengucap kata yang seperti perhatian di telinga Nasywa. Sebuah keajaiban.
"Gala, mereka sudah tiba," Hayyan mengabarkan jika rombongan Korcam dan kordes sudah tiba.
Gala segera bergegas meninggalkan dapur, Alan mengikutnya begitu pekerjaannya selesai. Tersisa Nasywa yang melanjutkan acara memasak yang sempat tertunda.
"Loh tangan kamu kenapa Nasywa?" tanya Ana yang baru saja kembali dari kamar mandi menemani Deya, si manusia penakut. Bukan hanya pada sapi dan ayam. Deya juga takut gelap dan suara-suara binatang malam. Memprihatinkan.
Ana yang bertugas menyiapkan minuman, sementara Deya yang bertugas menyiapkan makanan. Sementara Nasywa berganti pakaian dan mengobati tangannya. Ia tidak ingin tampil bau penggorengan dengan kulit wajah berminyak.
*
Rapat berlangsung lancar. Tidak banyak pembahasan penting yang mereka bicarakan. Setelah menetapkan pembagian job dan panitia untuk besok, mereka melanjutkan dengan percakapan tanpa makna. Termasuk, dengan terus menggoda Nasywa.
Nasywa tersipu ketika beberapa diantara mereka menjodoh-jodohkan Nasywa dan Gala yang kata mereka sangat cocok itu. Seperti Habibi dan Ainun. Katanya. Nasywa jadi salah tingkah sendiri.
"Mending sama Aku saja Bu Dok," oceh Radit, salah satu Kordinator Desa.
"Tidak bisa seperti itu bro, Kau haru melangkahi mayatku dulu sebelum mendapatkan hati Nasywa," Sandi, salah satu anak teknik yang menjadi perangkat Posko Kecamatan tidak mau kalah. Ia harus turut mengambil bagian. Barangkali Nasywa tertarik meliriknya.
Bukankah manusia harus melakukan sebaik-baik usaha, kemudian membarenginya dengan doa sebelum melakukan tawakkal kepada Allah. Sandi percaya itu, Allah selalu adil pada hambanya.
"Sudahlah, Nasywa itu lebih cocok bersama Gala dibanding kalian semua," celoteh teman perempuan mereka yang tidak terima jika Nasywa terus diperebutkan oleh kaum cowok-cowok.
Nasywa sudah mentok dengan perasaannya, tidak ada yang bisa mengganggunya lagi. Hanya Gala seorang yang mampu menimbulkan getar-getar aneh pada hatinya. Meski demikian Nasywa tidak mungkin mengakuinya secara terang-terangan. Ia tetap bersikap biasa-biasa saja di depan tamu dan teman-teman seposko.
Percakapan mereka berlangsung hingga larut malam. Mereka tidak kehabisan topik sama sekali, hingga beberapa diantara mereka yang memiliki posko jauh memilih menginap saja. Mereka tidak mungkin pulang di tengah gelap seperti ini. Cuaca malampun sedikit tidak bersahabat. Dingin dan berembun. Tidak ada bulan juga bintang yang menerangi malam.
*
Pagi-pagi sekali mahasiswa KKN sudah sibuk lalu lalang di aula Kantor Camat. Tenda berwarna biru dengan kursi-kursi tersusun rapi di depan Aula sudah siap. Dua mobil PMI, satu mobil ambulance rumah sakit daerah dan satu mobil rumah sakit kampus terparkir rapi di depan aula. Ada satu orang dokter dari rumah sakit daerah, satu Dokter anggota PMI dan dua orang dokter senior dari kampus yang akan membantu menyukseskan proker terakhir mereka.
Semua mahasiswa kembali sibuk dengan job masing-masing, baik yang bekerja di balik layar maupun di depan layar, mereka melakukan persipan dengan baik. Mereka seakan lupa dengan percakapan-percakapan tak berfaedah semalam.
Tak terkecuali dengan Nasywa Ia sedang berbincang-bincang dengan anggota PMI, para dokter dari kampus dan rumah sakit daerah. Mengucap terima kasih yang besar pada mereka karena sudah bersedia meluangkan waktu untuk membatu proker mereka.
Beberapa mahasiswa mengatar kotar-kotak cemilan untuk sarapan. Mereka juga menyiapkan makan siang untuk warga, persiapan jika pemeriksaan berjalan hingga sore hari. Mengingat, target pemeriksaan kesehatan bukan hanya untuk orang dewasa tetapi juga pada anak-anak.
Begitu beberapa warga mulai berdatangan dan mengambil nomor antrian, Nasywa dan para Dokter bersiap di kursi masing-masing. Ada lima dokter yang akan berperan hari ini, termasuk Nasywa. Sementara Gala dan Hayyan mendapat bagian membantu PMI untuk donor darah, Deya dan Ana mempelopori tim dapur dan Alan berada dimeja registrasi.
Kesibukan tidak bisa dihindari ketika warga membludak, semakin berdatangan bersama anak-anak mereka. Bagaimana tidak, setiap posko diwajibkan membawa paling sedikit 15 orang warga. Target tersebut dilakukan untuk menghindari kegagalan proker. Mereka juga menggalakan promosi program kerja tersebut sehingga warga berbondong-bondong datang untuk pemeriksa. Mendapat pelayanan pemeriksaan gratis, siapa yang tidak mau.
Hingga sore hari, mereka masih sibuk dengan warga yang terus berdatangan, mereka sukses besar menjalanakan proker utama mereka. Tidak hanya pemeriksaan kesehatan, donor darah juga mendapat perhatian dari warga. Mereka yang dinyatakan bisa mendonor tidak menyia-nyiakan kesempatan langkah tersebut. Bahkan dari pihak perangkat kecamatan, mereka turut ambil bagian, termasuk supervisor dan mahasiswa KKN. Mereka menyumbangkan darah dengan sukarela.
"Aku tidak menyangka jika Proker ini bisa dikatakan sukses besar," komentar Korcam. "Terima kasih yah Dok, sudah mau membantu kami hari ini," Korcam segera menyalami Dokter satu persatu. Mereka memberi piagam dan juga bingkisan sebagai kenang-kenangan kepada para Dokter dan anggota PMI yang sudah membantu mereka dari pagi hingga sore menjelang magrib, menyelesaikan proker.
Rencananya malam ini mereka akan melanjutkan acara maka-makan dengan semua tim yang telah ikut andil menyukseskan acara mereka. Juga acara tersebut dirangkaikan dengan perpisahan di kecamatan. Mempersiapkan acara kecil-kecilan di aula Kantor Camat.
"Nasywa Kamu keren," Deya mengangkat dua jempolnya pada Nasywa.
"Kalian lebih keren," balas Nasywa dengan dua jempol terangkat. Mereka semua patut mendapat jempol. Baik tim yang bekerja di balik layar maupun yang bekerja di depan layar, mengusahakan yang terbaik.
"Sedih yah, kita akan berpisah," Ana mendesah, wajahnya sendu. Nasywa mengangguk lemah. Benar perpisahan ini sangat menyedihkan. Semoga saja silaturahmi mereka tetap berjalan dengan baik.
Ada banyak kegiatan yang dirangkaikan sebagai malam perpisahan di Posko Kecamatan, termasuk penyampaian pesan dan kesan yang disampaikan oleh beberapa orang perwakilan dari setiap posko. Mereka merasakan campuran perasaan senang, sedih dan haru. Semua perjalanan manis mereka harus berakhir secepat ini.
Sebulan yang awalnya terasa sangat lama, justru berputar terlalu cepat. Mereka masih ingin merasakan betapa manisnya dunia KKN. Termasuk Nasywa yang belum mampu menyentuh hati Gala. Ia ingin memiliki waktu bersama lebih lama lagi.
***