Bab 4 Pasangan Serasi
Bab 4 Pasangan Serasi
Hasil survei dari Dusun ke Dusun yang dilakukan selama lima hari penuh akhirnya berbuah. Peserta KKN Desa Timpuseng melakukan seminar program kerja pada hari keenam mereka di Posko Desa. Ada enam Program Kerja Desa dan juga, masing-masing peserta KKN memiliki dua program kerja individu. Hasil dari seminar tersebut kemudian akan dilemparkan pada posko induk yang bertempat di Ibukota Kecamatan.
Gala tidak menyangka, jika seminar mereka akan seramai ini. Nasywa was-was ketika warga terus berdatangan menghadiri undungan mereka. Ia takut jika warga akan protes dengan hidangan mereka yang tidak cukup.
Gala menarget 50 peserta untuk seminar mereka, sementara undangan yang dibagikan berjumlah 30 saja. Rupanya tokoh masyarakat cukup antusias dengan kehadiran mahasiswa KKN di Desa mereka. Katanya jarang sekali Desa mereka mendapat jatah mahasiswa KKN. Hanya ada tiga tahun sekali.
Tokoh pemuda pun tidak mau kalah. Mereka turut hadir meramaikan acara seminar yang digelar di kantor Desa. Yang paling mengejutkan, mereka kedatangan anggota DPRD, Kapolsek dan Babinsa. Mereka tidak menyangka, jika undangan yang mereka hantarkan mendapat respon yang sangat baik.
Seminar berjalan cukup alot, interaksi antara peserta KKN dan masyarakat terasa kental. Bahkan ada beberapa Guru yang turut hadir dalam seminar tersebut. Mereka mengusulkan sekolah mereka untuk dibina oleh anak KKN. Katanya, kreativitas mahasiswa itu tinggi, sehingga Guru dan mahasiswa KKN bisa berkolaborasi menciptakan terobosan baru untuk sekolah mereka.
Gala yang menjabat sebagai Kordes, menampung semua usulan yang diberikan oleh warga. Mereka harus berembuk kembali, mengutamakan proker yang menurut mereka lebih dibutuhkan. Mengingat jumlah mereka yang bisa dikatakan kekurangan personil. Mereka akan kewalahan jika semua usulan diterima untuk mereka kerjakan.
Warga nampak puas dengan penjelasan Gala yang cukup masuk akal. Bayangkan saja, di desa tersebut, ada tiga Sekolah Dasar Negeri, satu Madrasah Ibtidaiah dan satu MadrasahTsanawiyah. Jika mereka menerima semua permintaan Guru, maka mereka memiliki waktu yang cukup sempit untuk menjalakan Proker lain.
"Gak nyangka warga di sini antusias banget," Deya yang memang cerewet dan blak-blakan, mulai mengemukakan kekagumannya.
"Ya, Aku juga takjub, padahal kata beberapa senior, yang ikut seminar paling perangkat Desa doang. Makanya, Aku merasa bersalah banget sama Nasywa. Aku yang merekomendasikan untuk membeli cemilan sedikit saja," kata Ana penuh penyesalan.
"Makanya jangan terlalu percaya dengan senior," Alan ikut meramaikan. Ikut duduk setelah menyusun kursi-kursi yang telah mereka pakai.
"Nasywa sama Gala mana?" Hayyan datang membawa sekotak jagung rebus.
"Wah, dapat dari mana?" Deya segera menyambut kotak yang diulurkan Hayyan dengan semangat.
"Tadi ada ibu-ibu yang kasih," jawab Hayyan.
"Ada ibu-ibu guys" canda Alan.
"Gak tau, Gala sama Nasywa menghilang begitu seminar selesai," Ana menjawab dengan enteng.
"Lagi mojok kali," cetus Deya.
Uhuk uhuk
Mendengar kata mojok membuat Alan terbatuk. Wajahnya sampai memerah karena keselek biji jagung. Baik Deya maupun Ana menjadi panik mencari air minum. Alan terus menepuk dadanya, terbatuk-tabuk. Hayyan hendak membantunya mengeluarkan makanan yang menjadi biang kerok Alan tersedat.
Alan menggeleng, tidak ada lagi makanan yang tersangkut pada tenggorokannya, hanya saja Ia masih terbatuk parah. Hingga seluruh wajahnya memerah.
"Ini air, minum minum," Deya dengan cekatan membuka penutup botol air kemasan yang Ia bawa. Alan meraih dan meneguknya seperti orang yang tidak minum selama berhari-hari.
"Gila, Sakit banget," keluhnya setelah nyaris menghabiskan air botol tersebut. Alan menyandarkan punggungnya, berusaha mengatur napas yang tidak karuan.
"Eh udah yah," Ana meletakkan botolnya, Alan sudah membaik.
"Makasih yah," ujar Alan melihat ketiga teman yang menolongnya dengan baik.
Nasywa dan Gala berjalan beriringan menuju aula kantor Desa. Mereka kembali setelah mengantar anggota DPRD yang ikut menyaksikan seminar mereka tadi. Sepanjang jalan, baik Gala maupun Nasywa tidak membuka suara. Nasywa beberapa kali berdehem, memancing Gala. Namun, laki-laki itu benar cuek. Ia tidak merespon Nasywa sedikitpun.
Nasywa mulai berpikir, perempuan seperti apa yang disukai Gala. Ia sama sekali tidak bisa menarik perhatian laki-laki itu.
"Assalamu’alaikum," kompak Gala dan Nasywa memasuki aula kantor Desa.
"Waalaikumsalam," Deya, Ana, Hayyan dan Alan tidak kalah kompak dari kedua manusia yang sedari tadi mereka cari.
"Alan kenapa?" tanya Nasywa setelah melihat wajah memerah Alan. Ia ikut duduk di samping Ana.
"Tersedak jagung," celetuk Deya. Alan tidak menjawab, Ia sibuk mencuri pandang ke arah Nasywa yang menurutnya semakin hari semakin manis.
"Sudah baikan, Lan?" tanya Nasywa lagi. Kali ini Alan yang menjawab dengan anggukan. Sedikit malu dengan insiden yang menimpanya. Tersedat biji jagung. Lucu sekali. Beruntung teman-teman satu poskonya tidak ada yang jahil mengolok.
"Jagung dari mana?" Gala yang sedari tadi memperhatikan interaksi teman-temannya, memutuskan untuk bertanya, kemudian mengambil satu tongkol jagung.
"Ada ibu-ibu yang kasih tadi," jawab Hayyan sambil menikmati jagung rebusnya yang tersisa separuh.
*
Hasil seminar Desa yang telah di lakukan tiap-tiap posko, akhirnya terkumpul dan dilanjutkan dengan seminar program kerja Kecamatan. Mereka mengusulkan tiga program kerja besar, yang mana di dalamnya ada pembangunan tugu, pemeriksaan kesehatan gratis plus donor darah, serta kerja bakti tiap jumat di masjid-masjid Desa.
Nasywa dan Gala menjadi pusat perhatian ketika mereka memaparkan program kerja untuk Desa Timpuseng. Keduanya terlihat serasi. Yang satunya tampan dengan aura pemimpin yang kental. Gala yang merupakan keturunan Arab, berkulit putih dengan badan tegap, matanya tajam berpadu dengan hidung yang mancung. Wajahnya terbingkai sempurnya dengan bulu-bulu halus menghias di beberapa bagian. Rambut hitam legam melengkapi ketampanan laki-laki yang diincar banyak wanita itu.
Yang satunya lagi cantik, tinggi, kulitnya putih selembut bayi, rambut hitam dengan ujung sedikit bergelombang, alis matanya tebal serasi dengan bulu mata yang lentik. Hidungnya mancung dengan bibir merah tipis. Tipe perempuan yang diharapkan banyak laki-laki.
"Terima kasih kepada Nasywa yang sudah bersedia untuk menyumbangkan tenaganya pada program kerja besar kita. Semoga kita semua tetap dalam lindungan Allah SWT, tetap diberi kesehatan dan umur yang panjang, sehingga seluruh program kerja yang telah kita rencanakan berjalan dengan lancar." pidato terima kasih dari KoordinatorCamat (Korcam). Namanya Ibnu, Ia dan perangkatnya ditunjuk langsung oleh Supervisor.
Supervisor memberi jempol untuk mereka. Kerja tim setiap posko sudah terlihat, padahal mereka baru seminggu berada di lokasi KKN. Dua Supervisor yang sekaligus menjadi pendamping berjanji untuk mengunjungi mereka secara rutin. Serta berharap besar pada Nasywa yang notabene satu-satunya mahasiswa kedokteran.
Setelah seminar selesai, Supervisor meninggalkan aula kantor Camat. Mereka berpamitan untuk pulang dan berjanji akan berkunjung lagi minggu depan. Tidak ada yang keberatan dengan hal tersebut. Jika terjadi kendala mereka tinggal melapor lewat grup chat yang telah dibentuk.
Acara dilanjutkan dengan rapat perencanaan. Sebenarnya pada pemaparan seminar tadi, sudah sangat jelas. Semua tertata dengan rapi dan apik. Rapat yang digelar sekarang hanya menjadi akal-akalan saja, sehingga mereka bisa berkumpul lebih lama dan berkenalan satu sama lain.
Momen penyambutan satu minggu lalu tidak banyak memberi mereka ruang untuk berkenalan, sehingga momen langkah ini dimanfaatkan untuk saling mengenal dan lebih dekat.
"Jadi kita akan mengadakan rapat rutin setiap minggu, dan InsyaAllah akan di lakukan secara bergiliran. Setiap poskoh akan mendapat gilirannya masing-masing." jelas Korcam.
"Tolong makanannya jangan lupa disiapkan," cetus salah satu Kordes.
Rapat yang awalnya tenang dan damai, mulai ramai dan rusuh. Mereka mulai mengenal satu sama lain. Juga sifat dan karakter mereka mulai kelihatan aslinya. Cukup menyenangkan jika bisa bercengkrama sesantai ini.
"Bagaimana jika rapat pertama di laksanakan di posko Bu Dokter," usul yang lain, ruangan semakin heboh. Nasywa menggeleng melihat tingkah bar-bar teman-temannya.
"Arisan kamu naik," Ana menyikut Nasywa. Nasywa hanya membalasnya dengan tawa lebar.
"Sekalian kita-kita di periksa dulu," satu suara kembali membuat kehebohan.
"Setuju," jawab mereka bersemangat.
Nasywa yang mejadi bulan-bulanan percakapan memilih melirik Gala secara diam-diam. Laki-laki itu sama sekali tidak melakukan apa yang teman-teman mereka lakukan. Ia sedang sibuk mengobrol bersama beberapa mahasiwa, termasuk Hayyan. Mereka membuat forum sendiri.
Nasywa sedikit kecewa mendapati pemandangan tersebut. Nasywa berharap bisa merasakan euforia, hanya dengan Gala yang ikut menyebut namanya. Nyatanya laki-laki itu sibuk dengan dunianya sendiri, tak sedikit pun tertarik. Sungguh menyedihkan.
***