Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

5. Pendekatan Deri

Ban 5

Dengan lesu Faris masuk ke dalam mobil yang sudah menjemputnya. Ia merasa lelah sekali hari ini. Sudah dua minggu ia menjadi siswa di SMU swasta Pelita Jaya, namun seperti sudah menjadi adat istiadat suatu sekolah, bahwa murid baru harus jadi mainan dulu untuk kakak kelas.

Dia menghela napas berat. Deri meliriknya dari kaca spion dan tersenyum.

"Mau langsung pulang, Tuan muda?"

"Memangnya kita bisa mampir dulu?" tanya Faris lesu.

"Kenapa tidak? Kita bisa jalan-jalan dulu," ujar Deri tersenyum.

Faris menatap Deri lewat kaca, lalu tersenyum simpul. Lalu Deri menambah gigi mobil dengan kecepatan penuh. Mereka berdua tertawa berderai.

Mobil yang di kendarai Deri menyalip mobil sedan silver di depannya. Mobil yang sedang di kendarai oleh Fidel.

Deri bukan tidak tahu jika itu juga mobil yang dikendarai oleh anak majikannya. Tapi entah mengapa, Deri seperti sengaja melakukannya.

Fidel menatap mobil hitam yang baru saja menyalip dan hampir bergesakan dengan mobilnya.

"Anak gila! Seperti dikejar setan saja. Mau kemana mereka?" umpat Surya, sopir Fidel.

Fidel hanya tersenyum melihat mobil Faris yang semakin menjauh dan hilang di tikungan. Matanya berkilat, dan secarik seringai tersungging dari bibirnya.

***

Laut tampak berkilauan terkena sinar matahari. Angin sepoi menerpa dua lelaki muda yang duduk santai di pinggir bukit, dengan laut luas di bawahnya yang menjadi pemandangannya.

Deri mengeluarkan sebatang rokok lalu menyulutnya. Ia menawarkan pada Faris dengan hanya membuka bungkus rokok di depannya.

Faris menatap bungkus rokok itu, lalu menggeleng. Deri tertawa melihatnya.

"Jadi laki-laki harus jantan, Tuan. Tidak hanya rokok, tapi juga minum alkohol untuk bisa diterima di kalangan jetset."

"Haruskah seperti itu?"

"Anda sekarang menjadi bagian dari keluarga Wicaksono. Suatu hari nanti, Anda juga akan diajarkan cara berbisnis dan bertemu dengan relasi para konglomerat dan pejabat. Setiap acara seperti itu, pasti ada jamuan alkohol dan ...."

Deri menjeda sejenak, lalu memandang laut luas.

"Dan apa?" Kejar Faris penasaran.

"Dan ... wanita." jawab Deri menelengkan kepalanya pada Faris dan tersenyum penuh arti.

"Maksudnya wanita?"

"Kehidupan orang kaya tidak seperti kita. Mereka di kelilingi oleh uang melimpah, kekuasaan dan wanita. Suatu hari nanti, Anda pasti mengerti."

"Tapi, Deri. Aku hanya anak angkat, bagaimana mungkin ayah Radit akan mengajarkanku bisnis? Sudah bisa sekolah di tempat bergengsi saja bersyukur."

Deri tertawa lepas mendengar penuturan Faris. Ia kembali menawarkan rokok pada Faris. Matanya mengisyaratkan agar Faris mau menerima dan mencoba.

Dengan ragu, Faris menerimanya. Lalu Deri memantik api pada batang rokok itu. Faris menghisapnya, dan terbatuk-batuk hebat. Kerongkongannya terasa seperti tersedak dan sakit.

Deri tertawa sambil menepuk-nepuk punggung Faris.

"Hisap pelan-pelan, Tuan. Nanti Anda bisa merasakan sensasinya."

Faris menuruti kata Deri. Butuh waktu sekitar lima belas menit untuk Faris yang polos bisa benar-benar menikmati sebatang rokok.

"Deri ... kenapa waktu itu, kamu pernah bilang aku harus jadi seorang pemangsa?" tanya Faris tiba-tiba sambil menghisap rokoknya.

Deri tersenyum simpul, lalu menatap Faris.

"Karena mata Anda, adalah mata seorang pemangsa."

"Aku tidak mengerti maksudmu," ucap Faris sedikit bergidik melihat raut wajah Deri yang berubah agak menakutkan.

"Sejak pertama melihat Anda, saya langsung tahu bahwa mata Anda adalah mata seorang pemangsa. Karena ... hanya sesama pemangsa yang bisa melihat mata pemangsa yang lain." Ada kilat di mata Deri.

Faris menatap tajam mata Deri.

"Ya. Seperti itu. Mata seorang predator. Tidak mengenal takut. Bagus, Tuan muda." Deri tergelak melihat tatapan mata Faris.

Faris hanya diam dan mencoba mencerna kalimat Deri.

"Dengar, Tuan muda. Anda harus menjadi lelaki yang tangguh. Lelaki yang tidak terkalahkan. Supaya tidak ada yang akan menginjak harga diri Anda, suatu hari nanti."

Deri memegang ke dua pundak Faris dan meremasnya dengan sedikit kuat.

"Percayalah pada saya. Jadilah pemangsa sebelum Anda yang di mangsa. Jadilah pembunuh, sebelum Anda yang di bunuh!"

Faris dan Deri saling menatap. Ada kilat di mata ke duanya. Kilatan yang hanya mereka berdua tahu dan menyadarinya.

Ekspresi wajah Faris yang dingin membuat Deri semakin meyukainya. Ia telah berhasil membuat anak majikannya perlahan mengikuti jalannya.

Sedangkan Faris, entah kenapa kalimat yang di ucapkan Deri merasuk dalam jiwanya. Seperti ada sesuatu yang jauh dalam jiwanya telah berhasil di bangkitkan. Sesuatu yang selama ini terpendam dan ia tidak mampu untuk melampiaskannya.

Dan dia sangat menyukainya. Perasaannya menjadi lebih baik. Raganya seperti mendadak menjadi bugar.

Faris ... mencerna setiap kalimat yang dilontarkan Deri masuk jauh ke dalam hatinya. Dan menyimpannya ke dalam memori otaknya.

Dia harus jadi seorang pemangsa, agar bisa tetap hidup dalam dunia yang kejam ini.

Dan setelah siang itu, Faris menjadi pemuda yang dingin dan tak acuh. Ia belajar bela diri bersama Deri dengan keras. Dia menempa raga dan jiwanya agar tidak mudah diremehkan orang.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel