Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

18. Pergumulan hebat

Deri melajukan kedaraan roda empatnya membelah keramaian ibu kota. Malam ini, ia akan membuat Faris bersenang-senang dan melupakan sejenak kepenatan hidup.

Dia menuju pada sebuah night club bergengsi di bilangan Jakarta Barat. Night club itu tempat berkumpul banyak selebritis, pejabat dan para pengusaha muda.

"Bersenang-senanglah sedikit, Tuan muda. Saya akan mengenalkan Anda dengan beberapa wanita." Deri mengerling nakal pada Faris.

Faris hanya menanggapinya dengan tersenyum. Memang bukan pertama kali ia menginjakkan kakinya di tempat seperti ini. Tapi biasanya ia hanya minum-minum dan menikmati alunan musik.

Dan untuk wanita, selama ini dia tidak acuh. Karena merasa dia masih di bawah umur. Namun sekarang, Deri meyakinkannya bahwa ia sudah dewasa karena telah berusia lebih dari tujuh belas tahun.

Deri mengajak Faris untuk duduk di depan meja bartender.

"Hai, men." Deri melakukan tos pada sang bartender.

"Dah lama ga ke sini, bos," sapa si bartender.

"Sekarang gue ada di sini. Biasa ya, vodka," ujar Deri lalu menyodorkan sebungkus rokok pada Faris, ia juga yang memantikkan apinya. Deri benar-benar melayani Faris seperti seorang pangeran.

"Ada barang bagus, bos. Mau?" bisik Tom si bartender sambil menuang vodka pada gelas shot.

"Boleh, dua. Sama Tuan muda gue," jawab Deri dengan mendapat acungan jempol dari Tom.

Alunan musik yang menghentak, bau alkohol dan asap rokok. Gadis-gadis dengan pakaian minim seperti berkelebatan dalam kepala Faris. Di tempat ini benar-benar menghilangkan penat baginya.

Beberapa gadis mencuri pandang padanya. Tapi ia tetap bersikap tidak acuh.

Tidak berapa lama, dua orang gadis sexi datang setelah dipanggil Tom. Mereka mulai mendekati dan merayu Faris.

"Hai girl, kita nikmati dulu musik dan minuman. Gue yang akan traktir kalian," ucap Deri pada dua gadis itu. Mereka tampak kesenangan mendapat minuman gratis.

Faris tetap diam dan meminum vodkanya hingga ia mulai terlihat mabuk.

"Der, gue mau ke toilet," ucap Faris.

"Saya antar." Dengan cepat Faris memegang lengan Deri.

"Nggak usah, gue bisa jalan sendiri."

"Tapi Anda mabuk."

Faris menepis tangan Deri dan berjalan menuju kamar mandi. Deri memperhatikan dan mengawasinya dari jauh.

Faris keluar dari kamar mandi setelah selesai. Ia merasa kepalanya berat, maka jalannya sedikit terhuyung. Tiba-tiba dia menabrak seseorang.

"Hei, kalau jalan pake mata!" ketus orang itu.

Faris yang masih setengah sadar merasa tersinggung, ia hendak memukul, tapi yang di hadapinya adalah seorang wanita.

"Jaga mulutmu, Nona." Rahang Faris mengeras.

"Kamu yang ...." Si wanita ingin membalas, tepat pada saat itu, Deri datang dan melerai mereka.

"Deri!" Ternyata wanita itu mengenalinya.

"Ahhh, dunia ini sempit sekali ternyata. Kita bertemu di sini," ujar Deri pura-pura sebal.

Gadis itu tertawa sumbang.

"Aku pikir kamu mengejarku sampai sini, karena merindukanku," sahutnya mengerling manja.

Deri ikut tertawa, lalu ia memberi isyarat pada gadis itu untuk duduk di sofa, agar enak untuk berbincang.

Faris menyandarkan tubuhnya pada sofa, dan memejamkan mata, ia menikmati alunan musik.

Sedang gadis itu terlihat menempel pada Deri. Jarinya yang gemulai, mulai menelusup masuk ke dada bidang Deri, lalu memainkannya.

Deri tertawa.

"Kamu tidak berubah, Bianca. Padahal kudengar sekarang karirmu mulai naik."

"Meski karirku naik, tapi aku juga masih butuh kehangatan," ucap Bianca manja.

Deri tertawa lagi mendengar desah Bianca.

"Tapi sayangnya, aku sudah tidak seperti dulu dengan banyak uang." Deri berbisik di telinga Bianca sambil menjilatnya sedikit.

Bianca cemberut.

"Tapi tenang sayang. Aku akan memberimu uang banyak jika kamu bisa menyenangkan Tuanku," ujar Deri yang membuat Bianca langsung tersenyum senang.

"Tapi dia terlihat masih muda sekali." Bianca memperhatikan Faris yang masih terpejam.

"Kamu mau dapat uang tidak?" kata Deri tersenyum simpul.

"Tiga puluh plus hotelnya," sahut Bianca.

"Oke, deal." Deri tertawa. Dia begitu mengenal Bianca yang matre ini. Dia adalah artis pendatang baru yang bergaya hidup mewah. Karena itu dia selalu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang demi memenuhi gaya hidupnya.

Deri mengajak Faris untuk keluar dari night club itu. Mereka bertiga menuju hotel bintang lima yang tidak jauh dari night club.

"Saya ada di kamar sebelah, jika Anda membutuhkan saya, Tuan muda."

Faris hanya mengangguk. Deri mengantarnya sampai masuk ke dalam kamar bersama Bianca.

"Dia akan menemani Anda, namanya Bianca."

"Hallo, Tuan muda." sapa Bianca ramah. Faris hanya meliriknya sekilas.

"Tuan muda menyukai white wine, Bianca." Deri memberi isyarat pada gadis itu lalu keluar dari kamar.

Bianca dengan cekatan menuang white wine untuk Faris. Ia memberikannya, dan jemari Bianca mulai menelusuri rahang Faris.

Faris masih diam dan menikmati white winenya. Ia mencabut sebatang rokok yang juga sudah disiapkan Deri di sana.

Bianca cepat-cepat memantik api buat Faris. Ia menghembuskan asap rokoknya pada wajah Bianca sambil menatap wajahnya dengan mata sayu.

Dengan cepat, Bianca mencium bibir Faris. Dan Faris mulai terpancing, ia melumat bibir sexi gadis itu.

Bianca mulai melepas satu-persatu kancing kemeja Faris. Terlihatlah dada bidangnya, yang membuat Bianca kagum. Meski masih sangat muda, tapi Faris sangat menjaga bentuk tubuhnya.

Mereka saling melumat, tangan kanan Faris menelusup dalam baju Bianca. Sedang tangan kirinya masih memegang rokok.

Mereka melepaskan ciuman sebentar untuk mengambil napas. Bianca mengambil rokok Faris lalu ikut mengisapnya, ia mengembuskan asapnya pada mulut Faris. Dan mereka saling melumat lagi lebih bergairah.

Bianca mulai melepas tank top di badannya, terlihatlah dua gundukan besar yang padat masih tertutup bra. Lalu ia membantu Faris melepas kaosnya. Faris membuang rokoknya pada sebuah asbak, lalu menyerang Bianca. Ia menciumi lehernya lalu turun ke bawah, jarinya dengan lihai melepas pengait bra.

Faris mengambil white wine dan menuangkannya pada dua gundukan milik Bianca, lalu menjilat dan mengisap dengan kuat. Bianca mendesah keras.

Pergumulan mereka berlanjut di atas ranjang. Namun Bianca seorang pelacur profesional, sebelum mereka bermain, ia memasang pengaman dahulu pada batang Faris. Tapi sebelum memasangnya, Bianca dengan lihai menjilati dan mengisap, membuat Faris mendesah panjang.

Permainan mereka sampai dua kali. Meski itu yang pertama bagi Faris, tapi Bianca merasa sangat puas.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel