Bab 2 Kecelakaan
Lima tahun kemudian.
Sebuah toko obat yang didekorasi dengan unik di Kota Awanda.
Daneesa menjual sejumlah bahan obat dan mendapatkan penghasilan yang lumayan.
Suasana hatinya sedang baik. Dia berjalan menuju ke tempat parkir mobilnya, berniat untuk membawa kedua anaknya makan makanan enak.
Lima tahun yang lalu, ketika dia melahirkan anak kembarnya, dia dan neneknya membawa kedua anak itu tinggal di pinggiran kota, di mana dia bertemu dengan seorang dokter tua yang mengajarinya prinsip-prinsip penyembuhan dan mengidentifikasi berbagai jenis tanaman obat, yang meliputi budidaya tanaman obat dan sebagainya.
Selama lima tahun terakhir, dengan cara inilah dia mampu menghidupi keluarganya.
Saat ini, kedua anaknya sehat dan tumbuh besar, kehidupannya pun berjalan lancar dan menyenangkan.
Di tengah lamunannya, Daneesa melewati alun-alun.
Saat itu, layar LCD besar di atas alun-alun sedang menyiarkan sebuah berita.
"Putri Keluarga Hudson, Liona Hudson, akan menikah dengan tuan muda Keluarga Miller, Alvaro Miller. Hubungan cinta mereka yang telah terjalin selama lima tahun akhirnya membuahkan hasil baik."
Daneesa berhenti di tengah jalan, mengangkat matanya dan melihat ke layar.
Kebetulan, dia melihat pria dan wanita yang terpampang di layar yang mengenakan baju pernikahan.
Keduanya saling berpelukan dengan mesra dan penuh cinta.
Daneesa merasa bahwa pemandangan ini begitu menusuk mata, bahkan hatinya juga menerima pukulan berat.
Pada suatu hari, Alvaro pernah berkata bahwa dia akan menggandeng tangannya dan berjalan menuju aula pernikahan, menjalani hari tua bersama.
Alvaro juga pernah berjanji bahwa dia hanya akan mencintainya seorang.
Namun, yang didapatkannya adalah pembatalan pertunangan yang dilakukan Alvaro dan dia malah memutuskan untuk bersama Liona.
Sementara itu, Alvaro belum memberikan penjelasan apa pun tentang apa yang terjadi malam itu!
Daneesa sempat bertanya-tanya apakah yang terjadi malam itu adalah taktik yang disengaja olehnya untuk membatalkan pertunangan lebih cepat ....
Pikiran-pikiran itu berkecamuk di dalam hati Daneesa. Hatinya bergejolak sedemikian rupa. Dia membutuhkan waktu beberapa saat untuk menenangkan diri.
Anak-anak masih menunggunya, keduanya sangat cerdas dan Daneesa tidak boleh membuat mereka menyadari kalau suasana hatinya sedang kalut.
Tidak lama kemudian, Daneesa sampai di tempat parkir.
Daneesa masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi pengemudi. Dia mengangkat matanya dan melihat melalui kaca spion bahwa kedua anaknya tengah duduk dengan patuh di kursi belakang menunggunya.
Anak laki-lakinya memiliki wajah kecil yang kalem, sorot matanya terlihat begitu bijaksana. Mulutnya terkatup rapat, mengungkapkan rasa keseriusan. Mata anak perempuannya terbuka lebar dan berkedip menggemaskan, terlihat lembut dan patuh.
Kedua anak kecil itu memiliki kepribadian yang berbeda, tetapi fitur wajah mereka sangat mirip. Keduanya terlihat seperti boneka yang menggemaskan yang memegang seekor kucing kecil berwarna putih di tangan mereka.
Mereka duduk di belakang dan bersikap sangat patuh.
Ketika melihat Daneesa, mereka tersenyum cerah dan riang. "Ibu sudah datang?"
"Selamat datang lagi, Bu. Kami sudah menunggu Ibu cukup lama."
Anak kucing, "Meong, meong, meong ...."
Hati Daneesa pun berbunga-bunga.
"Ibu, pendapatan Ibu hari ini lumayan, bukan?"
Suara menggemaskan Axel terdengar begitu perhatian.
Daneesa mengencangkan sabuk pengamannya, lalu menjawab sambil tersenyum, "Tentu saja. Semua bahan obat terjual habis, jadi Ibu bisa ajak kalian makan enak hari ini."
"Wah!"
Alexa bersorak, matanya bersinar cerah saat dia bertanya, "Ibu, boleh makan seafood tidak? Aku ingin makan itu."
"Tentu saja."
Melihat keinginan kuat di mata anaknya, Daneesa tidak tega untuk menolak. Jadi, dia langsung menyetujuinya, "Ayo kita makan seafood."
"Berangkat!" Alexa mengangkat tangannya saat menjawab.
" ...."
Daneesa menyalakan mobil dan meninggalkan tempat parkir.
Dia membeli mobil bekas. Karena harganya yang murah, jadi kondisi mobil pun tidak terlalu bagus. Namun, setidaknya dia bisa mengantarkan barang dengan mobil ini.
Krieet ... krieet ...
Baru setengah jalan, mobil tiba-tiba mogok. Daneesa masih belum menyadari apa yang terjadi dengan mobil ini.
Brak!
Tiba-tiba terdengar suara keras di belakang mobil.
"Ah!"
Daneesa terkejut bukan main dan berteriak tanpa sadar. Mobil tertabrak dari belakang dan sedikit bergetar, seperti akan hancur karena kondisinya yang tidak bagus.
"Axel, Alexa!"
Respon pertamanya adalah melihat ke belakang, di mana kedua anaknya duduk.