Chapter 06 : Even Meet
Tok tok tok. Suara ketukan pintu terdengar sementara Savi bersama kekasihnya yang bernama Saaih tengah muntah di kamar mandi. Membuat Sarah yang menyaksikan keduanya memijat kepalanya sendiri. "Kalian sepertinya benar-benar berjodoh, bahkan urusan jet lag pun sama."
"Huekkk... ah cepatlah buka pintunya," perintah Savi membuat Sarah mendecih mendengarnya.
Sarah pun berjalan menyusuri rumah baru milik mereka yang akhirnya mereka temukan usai berkeliling Sisilia hampir dua jam lamanya.
Sarah berdiri di depan pintu lalu membukanya. Sarah lalu melihat seorang laki-laki berambut kuning yang asing baginya. "Ciao posso aiutarti?"
Sarah berbicara menggunakan bahasa Italia dengan kaku membuat laki-laki di hadapannya menahan tawanya. Laki-laki yang tak lain dan tak bukan adalah Kalid itu pun tersenyum. "Anda tidak perlu berbahasa Italia."
Sarah menutup mulutnya tak percaya menggunakan telapak tangannya usai mendengar kalimat itu.
"Tak perlu terlalu kaget, ada banyak orang Jepang di sini. Jadi Anda mungkin tak akan terlalu merasa kendala bahasa," jelas Kalid.
"Oh syukurlah, saya hampir gila belajar bahasa Italia dalam hitungan hari. Omong-omong Anda siapa?" ucap Sarah sekaligus bertanya.
"Ah ya benar. Perkenalkan nama saya Kalid Hilker, biasa dipanggil Kalid. Saya juga merupakan dokter di rumah sakit tempat dimana Anda akan bertugas selanjutnya errr Dokter Sarah Hamilton?" ucap Kalid menjelaskan sambil melihat name tag pada pada pakaian yang dikenakan Sarah.
"Ah ya salam kenal Dokter Kalid," ucap Sarah mengulurkan tangannya hingga ia dan Kalid berjabat tangan.
Sarah menarik tangannya bersamaan dengan Kalid. Kalid pun mengedarkan pandangannya lalu bertanya. "Maaf apakah Anda hanya sendiri? Saya dengar ada tiga orang di rumah ini?"
"Ah ya dua lainnya sedang err Anda tahu?" ucap Sarah menggerakkan tangganya seolah mempraktekkan gerakkan muntah. Melihatnya pun Kalid kembali tertawa, memperlihatkan kemanisan wajahnya saat tertawa.
"Ada apa ya?" tanya Sarah.
"Emmm... sejujurnya saya datang kemari untuk mengantarkan kalian ke rumah sakit. Beberapa tenaga medis lainnya juga sudah diantar rekan-rekan saya ke rumah sakit. Namun sepertinya ada baiknya kalian beristirahat," ucap Kalid membuat Sarah buru-buru menggelengkan kepalanya.
"Tidak Dok, saya bisa ikut," ucap Sarah.
"Apa tidak apa yang dua lagi ditinggalkan?" tanya Kalid membuat Sarah menganggukkan kepalanya.
Keduanya pun pergi bersama, berjalan menyusuri jalanan Sisilia yang tak begitu ramai. Mereka pun melewati sebuah kebun anggur, melihat seorang laki-laki yang tak terlihat tua di sana.
"Oh Kalid?" Sapaan itu terdengar membuat mereka sama-sama menghentikan langkah kakinya.
Jantung Sarah rasanya berdebar-debar usai melihat wajah laki-laki itu. Wajah itu selintas mengingat Sarah pada laki-laki di malam itu namun tatapannya jauh lebih hangat.
"Astaga bukankah sudah kukatakan, berhentilah mencarikan jodoh yang tepat untukku," ucap laki-laki itu membuat Kalid tertawa pelan.
"Sulit dipercaya. Siapa juga yang mau mencarikanmu jodoh? Umurmu bahkan sudah 80 tahun Nanno." Sarah melotot mendengar ucapan Kalid yang mengatakan bahwa laki-laki di hadapannya itu berusia 80 tahun. Kalid pasti bercanda, jika laki-laki itu dikatakan berusia 40 mungkin Sarah masih bisa percaya.
"Tapi kalau yang cantik begini, baiklah jika kamu memaksa," ucap laki-laki itu seolah mengabaikan ucapan Kalid sebelumnya.
"Astaga jikapun aku mencarikan seseorang jodoh, mungkin aku akan mencarikan untuk Helios. Eh tunggu dulu, astaga Nanno Apollo!! Bukankah Helios sudah mengatakan agar tak datang lagi ke kebun anggur?!" ucap Kalid.
"Aiss anak muda hanya bisa mengomel," ucap laki-laki berusia 80 tahun bernama lengkap Apollo Cornelius itu.
"Pulanglah atau akan kulaporkan kepada Helios," ucap Kalid sambil mengeluarkan ponselnya.
"Iya iya aku pulang, dasar anak muda tak mengerti arti kesenangan," omel Apollo membuat Kalid geleng-geleng kepala melihatnya.
"Sampai jumpa Calon Istri," ucap Apollo sambil melambaikan tangannya ke arah Sarah. Tak sampai itu saja, ia bahkan melemparkan hati dengan gerakan Korean heart sign berbentuk V. Sarah yang melihat tingkah konyolnya pun pada akhirnya tertawa.
"Harap maklum ya Dok, beliau memang begitu," ucap Kalid tak enak sambil menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal sama sekali.
"Tapi benar umurnya 80 tahun?" tanya Sarah tak percaya. Kalid menganggukkan kepalanya.
"Banyak orang tak percaya dengan usianya namun memang benar ia berusia 80 tahun. Mungkin tak terlihat tua sebab ia tinggi dan rajin berolahraga," ucap Kalid menjelaskan.
"Sepertinya benar, aku harus minta resep awet muda darinya nanti," ucap Sarah membuat Kalid yang mendengarnya tertawa pelan.
"Omong-omong siapa Helios?" tanya Sarah.
"Helios? Ah dia cucu dari Nanno Apollo yang memiliki kebun anggur ini. Tapi kenapa Anda bertanya?" ucap Kalid menjelaskan sekaligus bertanya, merasa aneh karena Sarah tiba-tiba mempertanyakannya.
"Tidak hanya saja menurutku namanya bagus," ucap Sarah membuat Kalid tersenyum, laki-laki itu lantas menganggukkan kepalanya pelan.
"Ya, benar," sahutnya pelan.
°°°
"Dokter Sarah coba lihat berkas ini." Seorang perawat memberikan berkas kepada Sarah membuat Sarah menelitinya.
Hari pertama kerja membuat Sarah memiliki begitu banyak pekerjaan, ia juga harus mempelajari beberapa kondisi pasien yang akan dia tangani. Semuanya terasa berat baginya tanpa kehadiran Saaih dan Savi.
Tok tok tok. Sarah menolehkan kepalanya ke arah pintu usai mendengar ketukan itu. "Ya, masuk."
Pintu itu dibuka menampilkan sosok Kalid membuat Sarah tersenyum hangat melihatnya. "Sepertinya Anda begitu sibuk?"
"Ya, ada banyak sekali yang harus saya pelajari," jelas Sarah.
"Tapi Anda tak bisa melewatkan makan siang Anda. Saya merasa menjadi rekan kerja yang buruk jika itu terjadi." Sarah pun tersenyum mendengar ucapan Kalid.
"Kalau begitu mari makan siang bersama," ucap Sarah membuat Kalid menganggukkan kepalanya. Sarah pun beranjak dari duduknya.
Keduanya baru saja keluar dari pintu ruangan kerja Sarah saat tiba-tiba Kalid menerima telepon. Kalid pun menatapnya. "Sebentar ya Dokter Sarah, saya harus mengangkat panggilan telepon."
"Ah ya Dok," sahut Sarah membiarkan Kalid pergi mengangkat panggilan telepon itu.
Sarah pun menolehkan kepalanya hingga ia tak sengaja melihat siluet yang tak asing baginya. Sarah buru-buru melangkahkan kakinya mengejarnya namun ia buru-buru berhenti, bersembunyi di balik dinding sambil mengintip.
"Tuan Muda Kedua, semuanya obat-obatan yang dibutuhkan sudah dikirim," ucap seseorang mendekati laki-laki yang Sarah anggap tak asing itu.
"Itu benar dia kan?" ucap Sarah tak percaya, melihat laki-laki yang sama malam itu di sini.
"Bagaimana bisa?" ucap Sarah lagi masih tak percaya hingga laki-laki itu tiba-tiba menolehkan kepalanya. Sarah pun buru-buru bersembunyi, takut laki-laki itu melihatnya.
Saat Sarah mendengar suara derap langkah itu mendekat, jantung Sarah rasanya berdebar-debar. Buru-buru ia kabur dan kembali ke dalam ruangannya. Hingga ketika sang laki-laki berdiri di tempat di mana ia bersembunyi, ia tak menemukan apa-apa.
"Tuan Muda Kedua?" Suara panggilan itu membuat laki-laki yang tak lain adalah Helios itu menolehkan kepalanya, melihat Korvin memberikannya ponselnya.
"Tuan Muda Pertama menghubungi Anda," ucap Korvin.
Helios mengambil ponsel itu dengan enggan, menekan tombol hijau dengan terpaksa lalu menempelkan benda pipih itu pada telinganya.
"Helioseeeee.....!!" Suara teriakan itu hampir memecahkan gendang telinga Helios rasanya. Dan pada akhirnya dengan tidak berperasaan Helios mengakhiri panggilan telepon itu.
"Apa yang dilakukannya selama ini?" tanya Helios.
"Tuan Muda Pertama? Entahlah saya bahkan ragu jika ia benar-benar bekerja. Seharian saya hanya melihatnya berada di depan televisi dan menonton film Spongebob," jelas Korvin membuat Helios yang mendengarnya mendecih.