Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 12 Kedatangan Juan Lin di kamar Ah Nian

Begitu Ah Nian tiba di kediaman Hua Mei, Hua Mei berencana memburunya dengan kemarahan yang meledak-ledak. Hua Mei merasa Ah Nian sengaja mempermalukan dirinya di depan semua orang saat di rumah sakit. Meski sebenarnya semua itu kesalahan Lian er putrinya sendiri, Hua Mei sengaja melampiaskan semua kekesalan hatinya pada Ah Nian.

Setelah turun dari mobil, Ah Nian berjalan pelan dengan tongkat penuntun jalan miliknya. Pada saat memasuki pintu rumah, Ah Nian mendengar suara langkah cepat high heels mendekatinya dengan terburu-buru.

Ah Nian tahu bahwa wanita itu adalah Hua Mei. "Hua Mei sungguh tidak sabar ingin menunjukkan sikap buruknya padaku, Wei Zhang pasti sudah pergi ke perusahaan, jika tidak mana mungkin Hua Mei berani bersikap semena-mena menindasku," bisik dalam hati Ah Nian.

"Apa maksudmu melakukan semua ini pada keluarga kami? Kamu sungguh tidak tahu cara berterimakasih padaku! Padahal aku sudah menampungmu di rumah ini karena nasehat dari suamiku." Hua Mei berkacak pinggang sambil menunjuk-nunjuk wajah Ah Nian.

Ah Nian meremas tongkat penuntun jalan dalam genggaman tangannya lalu membuka kata.

"Nyonya Hua, di mana letak kesalahan saya? Saya pergi ke rumah sakit juga berdasarkan jadwal yang Nyonya atur untuk saya,"tanya Ah Nian dengan begitu tenang. Ah Nian sengaja berpura-pura lugu dan tidak tahu apa-apa. Padahal Ah Nian sengaja membuat rencana untuk memancing kemarahan Lian er dan mengintruksikan kepada semua orang agar membawa Ah Nian ke rumah sakit untuk memeriksa ulang kondisi mata Ah Nian.

"Memang kelihatannya kamu tidak salah! Tapi-tapi, jika bukan karena kamu aku tidak akan pernah dipermalukan seperti hari ini!" Elak Hua Mei yang tidak mau mengakui bahwa semua itu terjadi karena kesalahannya sendiri.

Dengan santainya Ah Nian berlalu dari hadapan Hua Mei. Ah Nian hendak menuju ke lantai atas, Nuan dan Liu sudah menunggu untuk membantunya menuju ke kamar.

Hua Mei tidak bisa mengatakan apa-apa lagi dan hanya bisa menatap punggung Ah Nian pergi meninggalkannya begitu saja.

"Sampai hari ini Juan Lin tidak menunjukkan kemampuan sama sekali, aku sudah mencoba merayu pria itu untuk membawaku masuk ke perusahaan, jika terus begini aku tidak akan sudi bersikap lembut padanya lagi, aku harus bertindak," batin Ah Nian.

***

Pada sore hari Juan Lin dengan tergesa-gesa pergi menemui Ah Nian yang sedang duduk bersantai di halaman.

"Ah Nian," panggilnya sambil berjalan mendekat ke bangku.

Ah Nian menoleh ke arah suara. Ah Nian tahu Juan Lin tengah berjalan menuju ke arahnya sekarang.

"Tuan Muda Lin," balas Ah Nian dengan sopan. Ah Nian segera berdiri untuk memberi hormat padanya tetapi Juan Lin segera menyela.

"Duduklah dengan santai, jangan bersikap terlalu formal padaku, kita sudah jauh lebih dekat sekarang," ucapnya.

Nuan yang tadinya berada di sana menemani Ah Nian segera undur diri dan pergi meninggalkan mereka berdua.

"Nona Nian, saya undur diri dulu," pamit Nuan pada Ah Nian. Ah Nian menjawab dengan anggukan kepala.

Setelah Nuan pergi, Juan Lin langsung duduk tepat di sebelah Ah Nian.

"Maafkan Mamaku, aku sudah dengar situasi hari ini, kalau aku tidak sibuk di perusahaan pasti aku akan mencegah semuanya," tutur Juan Lin dengan suara rendah.

Ah Nian meremas gagang tongkat dalam genggamannya.

"Tuan Muda Lin tidak perlu cemas, ini hanya salah paham saja, bukan salah Nyonya Hua yang meragukan saya," ujar Ah Nian dengan seutas senyum yang dipaksakan.

"Tetap saja ini sudah kelewatan, sejak awal kamu datang ke rumah ini semuanya juga tahu kalau kamu tidak bisa melihat, aku akan melindungi mu di rumah ini, kamu tidak perlu cemas." Juan Lin mengambil jemari tangan Ah Nian, menggenggamnya erat. Melihat Juan Lin berusaha menenangkan perasaannya, Ah Nian tidak ingin menyia-nyiakan waktu lagi. Ah Nian segera menanyakan pada Juan Lin tentang keinginannya untuk masuk ke perusahaan keluarga.

"Bagaimana dengan permintaanku pada Tuan Muda Lin untuk masuk ke perusahaan? Apakah Tuan Muda Lin sudah mempertimbangkannya?" Ah Nian mengukir senyum tanpa menoleh ke arah Juan Lin.

Juan Lin terlihat salah tingkah, dia tidak mungkin berani membawa Ah Nian masuk ke dalam perusahaan begitu saja.

Ah Nian sudah tahu pasti sangat sulit bagi Juan Lin untuk mengabulkan apa yang Ah Nian inginkan apalagi kondisi Ah Nian yang buta tentu saja tidak memenuhi kualifikasi untuk mengambil peranan penting di dalam perusahaan. Belum lagi Hua Mei pasti tidak akan membiarkan keinginan Ah Nian terwujud dengan mudah.

"Bagaimana kita bicarakan setelah kita menikah? Aku yakin tidak akan sulit masuk ke perusahaan," tawar Juan Lin pada Ah Nian.

Ah Nian spontan menarik tangannya dari genggaman Juan Lin.

"Saya tidak menyangka Tuan Muda Lin ternyata sangat perhitungan, meskipun kita sudah menikmati malam di ranjang yang sama sepertinya itu masih belum cukup bagi Tuan." Nada bicara Ah Nian terdengar kecewa.

"Bukan begitu, akan lebih mudah jika kita sudah resmi menikah, aku bisa membawamu ke tempat manapun yang kamu inginkan," bujuk Juan Lin.

Ah Nian segera berdiri dari bangku taman, dia tidak ingin membuang-buang waktu hanya untuk berpura-pura manis di depan Juan Lin. Ah Nian merasa muak dan ingin mengakhiri pertemuan itu secepatnya.

"Saya tidak akan memaksa lagi, Tuan Muda Lin tidak perlu mengusahakannya, saya tahu diri siapa saya, kalau begitu saya permisi untuk beristirahat di kamar," pamit Ah Nian dengan punggung membungkuk hormat.

Juan Lin merasa kesal dia tidak menyangka Ah Nian masih tetap memperlakukan dirinya dengan dingin meski mereka sudah sepakat untuk membina hubungan lebih jauh.

Ah Nian berjalan pergi dengan tongkat penuntun jalan miliknya. Juan Lin hanya bisa menatap gadis impiannya pergi, hatinya merasa geram dan tidak sabar.

"Nian! Apa kamu pikir aku hanya main-main belaka dengan ucapanku sebelumnya?" Teriak Juan Lin dari kejauhan.

Ah Nian bisa mendengarnya dengan jelas tapi tidak ada yang bisa menahan langkah kakinya untuk tetap tinggal apalagi menimpali perkataan Juan Lin yang menurutnya tidak perlu diambil hati.

Ah Nian memutuskan untuk beristirahat di kamar.

Ketika hari sudah sangat larut, Ah Nian mendengar suara kenop pintu kamarnya dibuka disusul dengan suara langkah kaki pria masuk ke dalam kamarnya.

Ah Nian sedang tidur dengan tubuh berbalut gaun malam tipis yang hanya ada satu tali sebagai pengait di belakang tengkuknya. Ah Nian tidur memunggungi tepi ranjang, jemari tangan Ah Nian mengepal kuat meremas selimut. Dari aroma parfum yang menyapa indera penciumannya Ah Nian tahu yang kini berdiri di belakangnya adalah Juan Lin!

"Sepertinya aku terlalu menganggap remeh Juan Lin, bagaimana dia bisa memiliki kunci kamarku lalu berinisiatif masuk begitu saja?" Batin Ah Nian.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel