Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4

Felix cepat-cepat meraih tubuh Bintang dan menaruhnya dalam pelukannya. Lalu dia berkata, “Apakah kamu merasa sangat ketakutan tadi? Maafkan aku.” Katanya sambil memeluk Bintang dengan eratnya.

Tubuh Bintang yang lemas terus menempel dalam pelukan erat Felix. Diam-diam dia menyadari bahwa tubuhnya saat ini sedang memberikan reaksi yang sangat kuat. Tiba-tiba saja Bintang bukan lagi terkesan sebagai wanita yang sedang membutuhkan hiburan dan perlindunngan dari Felix saat ini, namun Bintang lebih terkesan sebagai wanita yang lembut dan feminin.

Bintang jauh lebih menyenangkan dibandingkan dengan wanita-wanita lain yang pernah dipeluknya. Lalu dia memanggil nama Bintang dengan lembut, " Bintang!”

Bintang mengangkat kepalanya. Kedua mata Bintang yang coklat tampak menatap ke arah Felix. Entah dalam keadaan sadar atau tidak, lalu tiba-tiba Bintang berkata, “Peluk aku! Peluk aku yang erat!”

“Baiklah.” Kata Felix dengan tegasnya.

Lalu dia memeluk Bintanh dengan erat. Kepala Bintang menyentuh dada Felix. Dan tiba-tiba saja bibir Bintang menyentuh kulitnya, sehingga dia merasakan sebuah sensasi yang hebat sedang menjalar hingga ke pusat gairahnya.

“Aku sudah memelukmu, Bintang.” Sahut Felix.

Dan tanpa disadari, dia langsung menghujani Bintang dengan kecupan-kecupan ringan di rambut dan di pipi. Tangan Felix menyentuh dagu Bintang dan dia mendongakkan kepala Bintang, lalu bibirnya kemudian menyentuh bibir Bintang.

Felix semakin menekankan bibirnya pada bibir Bintang. Sesaat dia merasakan kalau tubuh Bintang sempat menjadi tegang, namun tidak berapa lama kemudian menjadi rileks kembali. Dengan perlahan-lahan lidahnya menyelinap masuk ke dalam bibir Bintang yang merah.

Pada awalnya, Felix merasa masih sedikit ragu. Namun, saat Bintang menanggapi sentuhan lidahnya, kendali dirinya langsung terlepas. Sambil menggeram pelan, Bintang menjadi semakin agresif. Secara otomatis lidah Bintang menguasai dan menjelajah ke seluruh sudut rongga mulut Bintang.

Tangan Bintang mengcengkram erat bagian depan baju Felix. Kakinya meregang.

Bintang bergumam dalam hatinya, “Ya ampun! Apakah saat ini aku sedang berada di alam mimpi atau kenyataan?”

Dengan secepat kilat, tangan Felix meraba bagian depan tubuh Bintang. Dia bermaksud melingkarkan lengannya ke punggung serta mempererat pelukkannya pada Bintang.

Namun, kedua gunung kembar Bintang tampak sangat menggoda sehingga dia mengurungkan niatnya itu dan beralih membelai gunung kembar Bintang dengan lembut.

“Rasanya sangat menyenangkan. Lakukan lagi!” Ujar Bintang dengan penuh gairah.

Felix sangat keget atas ucapan Bintang barusan. Lalu dia mengangkat kepalanya sambil menatap Bintang dengan matanya yang berwarna hitam, seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

Para wanita biasanya sangat menyukai sentuhan-sentuhan yang lembut dan mengganggap diri mereka spesial. Para wanita bersikap lugas saat bercinta.

Bahkan Felix belum pernah mendengar permintaan polos dan blak-blakan seperti ini. Dia mengamati wajah Bintang sembari menyelipkan tangannya kembali ke gunung kembar milik Bintanh. Dengan perlahan-lahan, dia memegang dan membelainya dengan lembut.

Bintang langsung memejamkan kedua matanya dan menikmati belaian Felix yang lembut. Sementara senyuman yang kecil menghias bibirnya yang merah.

Felix kini semakin berani mengusapkan jemarinya dengan gerakan berputar di dekat puncak dada Bintang. Bintang bisa merasakan meskipun hanya lewat kemeja dan bra. “Wow, Bintang!” Bisik Felix dengan suara yang berat sebelum menempelkan bibirnya ke bibir Bintang kembali.

Ciuman Felix semakin mendalam dan belaiannya semakin hangat. Dia menjelajahi sekujur tubuh Bintang, seluruh lekuk tubuh, juga sambil menikmati gemersiknya suara pakaian mereka. Yang entah mengapa membuat apa yang mereka lakukan ini menjadi lebih mengasyikkan.

Posisi mereka sekarang, yang sedang berada di sofa membuat Felix menjadi frustasi kerena gerak geriknya menjadi terbatas. Akhirnya dia bangkit berdiri dan menarik tangan Bintang supaya mengikutinya berdiri. Tubuh Bintang yang sedang sempoyongan kini bersandar pada tubuh Felix. Hal itu membuat Felix tersadar. Ternyata Bintang sedang mabuk akibat meneguk minuman wine pemberiannya tadi.

Felix menertawakan dirinya sendiri sambil berkata di dalam hatinya, “Ternyata Bintang telah mabuk setelah meminum wine yang kuberikan tadi.”

Bintang bukan dimabuk cinta. Tetapi, dia mabuk akibat meminum wine yang diberikan Felix tadi. Bahkan Bintang juga sempat trauma akibat listrik padam dalam lift tadi.

Felix menghela napas panjang, mengumpati dirinya sendiri akibat kekonyolannya sambil dia berharap napfunya terhadap Bintang segera reda.

“Ayolah, Bintang! Segera sadarlah! Aku akan membahagiakanmu di tempat tidur.” Lalu dia mencengkram bahu Bintang, kemudian berusaha menjauhkan dirinya dari Bintang. Dia menatap kedua mata Bintang dalam-dalam. Dan tiba-tiba saja, Bintang mengganggukkan kepalanya, artinya Bintan setuju dengan ajakan Felix.

Sambil menarik tangan Bintang, Felix beranjak menuju kamar tidur. Dan bagaikan anak-anak yang patuh, Bintang mengikutinya dari belakang.

Lalu dia menyalakan lampu kamar saat mereka melalui ambang pintu. Lalu dia berkata, “Tunggu sebentar di sini, aku akan menyiapkan tempat tidur.”

Lalu Felix meyandarkan tubuh Bintang di kusen pintu. Kemudian dia melangkahkan kakinya menuju sebuah tempat tidur yang besar. Lalu melemparkan bantal dan guling ke sofa dan menepuk-nepukkan bantal untuk Bintang berbaring. Setelah itu, dia merapikan sprei yang bernuansa kecoklatan. Lalu dia berkata, “Nah, silahkan!”

Bintang masih berdiri di ambang pintu. Bintang melihat setumpuk pakaian di dekat kaki Bintang. Rupanya Bintang baru saja melucuti semua pakaian yang dikenakannya. Saat Felix bepaling melihat Bintang, dia sedang menanggalkan roknya. Felix hanya melonggo menyaksikan aksi Bintang itu.

Tidak lama kemudian, Bintang juga menanggalan stokingnya. Setelah stoking dibuka, terlihatlah paha kaki Bintang yang indah serta mulus, yang layak untuk diasuransikan.

Kemudian Bintang menatap Felix dengan hanya menggunakan bra dan celana dalam yang transparan. Tubuh Bintang kelihatan begitu seksi dan menggairahkan. Namun, dia memang benar-benar bersikap seperti pemuda ingusan yang baru pertama melihat wanita tanpa busana. Bibirnya menjadi kering.

Bahkan Felix sudah begitu sering menyaksikan wanita tanpa busana, sehingga nyaris tidak terhitung. Wow!

Malah Felix sendirilah yang melucuti pakaian-pakaian wanita itu. Dia sudah begitu terbiasa. Bahkan dia mampu melucuti pakaian wanita sebelum wanita itu sendiri menyadari apa yang telah dia lakukan.

Tetapi, Bintang telah bertindak di luar perhitungannya sehingga sekarang Felix sendirilah yang diam termangu.

Bintang tersenyum malu-malu saat berjalan berjalan melewatinya, menuju ke tempat tidur. Dia merebahkan diri dan dengan santainya meletakkan pipinya di atas bantal.

“Tidak ada seorang pun yang percaya kalau aku telah melewatkan yang ini.” Gumam Felix pada dirinya sendiri saat beranjak ke tempat tidur. Dia tersenyum pada Bintang dan berkata, “Selamat malam, Bintang. Siapa pun kamu, tidurlah dengan nyenyak.” Lalu dia mencium pipi Bintang.

Dengan refleks meraih tombol lampu kamar yang berada di samping tempat tidur dan mematikannya.

“Tidak! Jangan! Jangan matikan lampunya!” Seru Bintang langsung duduk dengan tegak. Irama napasnya menjadi tidak teratur dalam suasana gelap yang mendadak itu.

Tangannya menggapai-gapai seakan-akan sedang mencari keberadaan Felix.

Lalu apakah yang akan terjadi selanjutnya? Nantikan kisahnya pada bab berikutnya……….

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel