Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5

”Maaf!” Ujar Felix sambil mengumpat atas tidakkan bodohnya. Lalu dia melangkah menghampiri Bintang dan duduk di atas tempat tidur itu. Lalu memeluk Bintang dan merasakan tubuh Bintang yang nyaris tanpa busana itu. Seluruh tubuh maskulinnya langsung menegang.

“Tinggallah bersamaku. Bukankah kamu sudah berjanji padaku tadi?” Isak Bintang.

Kedua tangan Bintang melingkar di leher Bintang. Sementara gunung kembar Bintang menempel rapat di dada Felix.

Bayangan akan kedua gunung kembar Bintang yang ranum dengan puncak dada yang berwarna gelap terpatri dalam bena Felix saat itu.

“Tadi bukankah kamu bilang akan memelukku dengan erat?”

“Bintang!” Panggil Felix. Akal sehat dan respon tubuhnya saling berdebat dalam benaknya. “Kamu tidak tahu kalau……”

“Please!”

Akhirnya Felix pun ikut merebahkan diri bersama dengan Bintang di tempat tidur. Hanya beberapa saat saja sampai Bintang benar-benar tertidur, janjinya pada diri sendiri.

Namun, apa daya, Bintang memeluknya dengan erat. Tangan Felix mulai mengusap-usap tubuh Bintang dengan maksud tertentu dan bukannya sekedar menenangkan wanita itu saja. Tubuh Bintang terasa begitu hangat di bawah sentuhan jari jemarinya. Felix akhirnya mencium bibir Bintang.

Namun, Felix semakin nekad membuka celananya lalu dia lemparkan ke sembarang arah.

Nafasnya menderu tidak beraturan, dan wajahnya yang penuh nafsu tergambar jelas di wajahnya.

Dalam keadaan mabuk berat, tiba-tiba Bintang melihat sebuah benda yang menyembul di balik segitiga biru Felix. Sekarang tubuhnya yang kekar itu sudah benar-benar sudah terlihat polos, hanya mengenakan segitiga biru saja sebagai penutup. Dan Bintang tidak berani membayangkan seperti apa bentuk dalamnya.

“Ya ampun! Apakah ini salah? Bahkan aku sama sekali tidak mengetahui apa pun mengenai wanita ini. Mungkin saja wanita ini sudah menikah. Tetapi wanita ini sama sekali tidak mengenakan cincin. Itu bukan berarti dia belum menikah, bukan?” Kata Felix dalam hatinya.

Hal ini bisa membuatnya dalam masalah besar. Bayangan publikasi tentang dirinya di media sosial.

Atau seorang suami yang sedang kalap menyerbu masuk ke dalam apartemen miliknya itu saat subuh dengan sejumlah wartawan.

Berbagai peringatan muncul dalam benaknya. Tetapi, bibir yang menggairahkan serta tubuh wanita itu membuat Felix melupakan semua akal sehatnya.

Bahkan Felix tidak pernah ragu untuk menggunakan cara-cara licik dalam upaya memperoleh apa yang diinginkannya.Tetapi, sekarang malah dia tidak tega memanfaatkan seorang wanita, seperti Bintang. Wanita ini benar-benar sudah mabuk sehingga sama sekali tidak menyadari apa yang sedang dilakukannya itu.

Sementara Felix tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Dan dia hanya bisa menikmati sensasi itu sekarang.

Dia menyadari bahwa dia tampak jauh lebih tua dari Bintang. Selisih umur mereka mungkin sekitar lebih dari lima belas tahun.

Felix merasa akan hangus di neraka karena melakukan hal ini. Namun, dia tetap tidak peduli. Sekarang pun sudah benar-benar sudah terbakar di neraka.

Dan mereka benar-benar telah melakukannya pada malam itu.

Keesokan paginya, Bintang pelan-pelan mulai terjaga. Dia membuka kedua kelopak matanya sekali, dua kali. Lalu menguap. Bintang membuka matanya sekali dengan malas-malasan.

Tiba-tiba matanya terbelalak lebar. Dilihatnya dirinya sedang berbagi bantal dengan seseorang pria yang tidak dikenalnya. Dan tiba-tiba saja, pria itu terbangun dan berbisik ke arahnya dan berbisik ke arahnya, “Selamat pagi.”

Bintang menjerit dengan histeris dan berusaha bergerak menjauhi pria itu. Kakinya tertindih kaki pria itu. Dan… Ya ampun! Tangan pria itu berada tepat di atas gunung kembarnya. Bintang meronta dan berusaha menjauhi Felix. Bintang meringkuk di pojok kamar tempat tidur, kemudian dia melontarkan erangan bagaikan seekor singa yang sedang marah. Bintang terperangkap saat menyadari dirinya bersama dengan seorang pria sama-sama tidak mengenakan busana. Dia mencengkram ujung seprai kemudian menariknya sampai ke atas dagunya.

“Siapa kamu? Dan dimana aku sekarang?” Tanya Bintang dengan mata yang terbelalak dan dengan tarikan napas yang memburu. “Kalau kamu tidak segera menjelaskan maksud dari semua ini, aku akan menelpon dan melaporkanmu pada polisi.” Ancaman Bintang terdengar sangat menggelikan dan lucu. Dan Bintang sendiri menyadarinya. Dia bahkan tidak tahu dimana ponselnya sekarang.

“Tenanglah!” Sahut Felix sambil mengulurkan sebelah tangannya ke arah Bintang. Sebisa mungkin Bintang mencoba untuk menghindar dan bergerak semakin menjauh darinya.

“Apa kamu tidak ingat bagaimana kamu bisa berada di tempat ini?”

“Tidak!” Sahut Bintang pendek. “Aku cuma tahu kalau aku tidak berada di atas sini atas kemauanku sendiri. Kamu siapa?”

“Ya ampun! Dari semalam aku sudah merasa sangat khawatir kalau kamu tidak bakalan ingat apa-apa. Kamu minum terlalu banyak wine.” Kata Felix sambil mengusap dadanya yang bidang dan dipenuhi bulu sambil menatap Bintang dengan sorot mata yang sedang bingung.

“Wine? Sejak kapan aku bisa minum wine?” Kata Bintang bingung. Dia mengerutkan dahinya, namun tetap tidak bisa mengingat apa-apa. “Kamu memberikanku minum Wine? Lalu apalagi yang kamu berikan padaku? Narkobakah?” Kata Bintang dengan suara yang meninggi.

Dengan nada Bintang yang semakin tinggi, Felix tahu tidak lama lagi dia akan kehilangan kendali dirinya. “Biarkan aku jelaskan dulu.”

“Ok. Baiklah. Kamu jelaskan sekarang juga! Lalu dimana pakaianku?”

Felix menyibakkan spreinya, lalu berdiri. Wajah Bintang langsung pucat melihat sosok pria tanpa busana di hadapannya. Dia berjalan dua langkah menuju lemari.

Bintang langsung mendekap mulutnya dengan kedua tangannya untuk meredam jeritan paniknya saat itu begitu Bintang melihat bercak darah merah kecoklatan di atas sprei.

Untuk pertama kalinya, Bintang menatap Felix dengan mata berkaca-kaca. Dan untuk pertama kalinya, Felix kelihatan salah tingkah dibuatnya. “Aku tidak tahu sebelumnya kalau kamu ternyata masih perawan.” Dia mengangkat kedua tangannya tanpa memperdulikan dia tidak memakai sehelai benang pun di hadapan Bintang. “Bagaimana aku bisa tahu itu sebelum sebelum semuanya terjadi, Bintang?”

“Darimana kamu tahu namaku?” Tanya Bintang dengan tubuh yang gemetar dan terlihat tampak bibirnya pucat.

Felix menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tidak percaya. Felix lalu berjalan melangkahkan kakinya menuju lemari pakaian. Dan mengeluarkan sebuah kemeja dan handuk, kemudian kembali mendekati tempat tidur. Lalu dia menyodorkan kemeja beserta handuk itu pada Bintang. Bintang tidak menyambut pemberian Felix itu. Lalu dia meletakkan kemeja dan handuk itu di dekat Bintang.

Lalu dia berkata, “Bukankah kamu menyebutkan namamu saat kita terjebak dalam lift? Apakah kamu juga tidak ingat kita berada dalam satu lift denganku?”

Akhirnya Bintang memakai kemeja Felix juga. Dikenakan kemeja Felix itu walaupun agak sedikit kebesaran.

Sedangkan Felix sedang mencari-cari sesuatu dalam lemari pakaiannya. Dan akhirnya dia menemukan sebuah celana piyama. Lalu memakai piyama itu, walaupun sebenarnya dia bukan tipe orang yang biasa mengenakan piyama.

Sembari manatap Bintang lagi, Felix bertanya padanya, “Apakah kamu ingat saat memasuki lift itu?”

Bintang mengangkat sebelah tangannya ke pelipisnya yang sedang berdenyut, sambil berusaha mengingat-ingat kejadian kemarin. Dia berusaha mengingat tentang apa saja yang bisa dia ingat.

Apakah Bintang bisa berhasil mengingat semua kejadian yang menimpanya? Nantikan kisah mereka selanjutnya pada bab selanjutnya……………

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel