Bab.16. Rival on Love
Seusai kembali dari toilet, Deasy mengerjakan kembali sketsa desainnya sementara Donovan memperhatikannya dalam diam. Pria itu sepertinya memiliki perasaan tertarik pada Deasy.
Leeray memandangi Donovan dan Deasy dari kursi CEO. Dia merasa tidak nyaman, tetapi dia masih membiarkan Donovan memandangi kekasih kecilnya itu. Selama pria itu menjauhkan tubuhnya dari Deasy, dia tidak akan marah. Lagipula bila mereka berdua ribut karena wanita, tentunya tidak akan baik bagi hubungan kerjasama kedua grup.
"Ehmm Donovan, apa kau tidak ada agenda pekerjaan lainnya hari ini?" tanya Leeray mengusir secara halus.
Donovan menoleh ke arah Leeray sembari berkata, "Aku ada meeting di gedung Harper group satu jam lagi."
"Deasy, apa nanti malam kau sudah ada acara? Aku ingin mengajakmu hang out ke kelab, apa kau mau?" tanya Donovan pada Deasy yang serius menggambar sketsa desain dan mengacuhkannya dari tadi.
"Maaf, Sir. Aku masih harus lembur mengerjakan sketsa desain superblock. Sepertinya masih belum bisa hang out ke kelab. Lagipula saya kurang suka pergi ke kelab," jawab Deasy menatap Donovan.
"Ohh baiklah. Bagaimana kalau aku mengundangmu ke kapal pesiarku? Aku mengadakan pesta 2 hari lagi," tanya Donovan lagi berusaha mengajak Deasy kencan.
"Kurasa masih belum bisa, Sir," sahut Deasy dengan enggan.
Donovan menghela napas dengan kesal, dia tidak biasanya ditolak ajakan kencannya oleh seorang gadis. Harper grup terkenal kaya raya, semua gadis yang mengenalnya berlomba-lomba mendapatkan perhatian Donovan. Kenapa gadis ini malah menghindarinya?
Leeray tersenyum puas mendengar gadisnya menolak ajakan kencan Donovan dua kali. Gadisnya memang berbeda yang tidak mudah tergoda oleh harta dan wajah tampan seorang pria.
"Deasy, besok aku ingin melihat pameran seni di Fringe World Festival, apa kau mau ikut denganku?" tanya Leeray bersedekap seraya bersandar santai di kursi kantornya menatap Deasy.
Gadis itu menatap Leeray dengan berbinar-binar seraya menjawab, "Wow! Tentu saja, Lee. Aku juga berencana ke Fringe World Festival, tapi belum ada waktu karena kau memintaku lembur terus."
Leeray terkekeh ketika melihat Donovan kesal melihat reaksi Deasy ketika mendapat tawaran pergi ke festival seni tahunan yang begitu biasa di Perth. Sepertinya Donovan benar-benar belum mengenal Deasy.
"Kalau begitu aku akan ikut bersama kalian ke Fringe World Festival," ucap Donovan menyengir pada Leeray dan Deasy bergantian.
Senyum di wajah Leeray sontak lenyap mendengar ucapan Donovan. 'Pria itu memang menyebalkan!' batinnya.
"Apa kau tidak keberatan berjalan kaki jauh di bawah terik sinar matahari, Sir?" tanya Deasy memastikan, dia sudah pernah ke festival musim panas itu tahun lalu. Festival itu memang diadakan sepanjang hari, biasanya dari siang hingga malam.
Donovan berdehem dan salah tingkah, dia tidak pernah ke festival musim panas sekalipun dia warga negara Australia asli yang tinggal seumur hidupnya di Perth.
"Tidak ada salahnya dicoba ...," balas Donovan mengendikkan bahunya. "Jam berapa kalian akan pergi ke festival?" tanyanya lagi.
Leeray menjawab, "Setelah makan siang sekitar pukul 13.00. Datanglah ke kantorku lagi, Don."
"Hmmm baiklah. Sudah waktunya aku pamit, sebentar lagi rapat direksi Harper grup akan dimulai. Bye Deasy and Leeray," ujarnya berpamitan lalu bergegas keluar dari ruang kantor CEO.
Deasy dan Leeray saling berpandangan kemudian Leeray berjalan ke meja kerja gadis itu. Dia duduk di tepi meja itu seraya mengulurkan tangan kanannya. Deasy pun tanpa disuruh mengulurkan tangan kanannya pada Leeray. Pria itu memijat telapak tangan Deasy sambil tersenyum melihat wajah gadis itu.
"Capek?" tanya Leeray.
"Sedikit. Ohh ya, apa memang besok kita akan ke Fringe World Festival? Kupikir kau hanya ingin menggoda Donovan ...," ujar Deasy bingung.
Leeray menghela napas sembari berkata, "Aku memang ingin melihat-lihat festival itu, sepertinya menyenangkan. Kau tahu aku baru menetap lama di Perth tahun ini."
"Oohh aku senang mendengarnya, kupikir tadi kau hanya bercanda. Aku juga baru tahun lalu menetap di Perth, tapi untungnya sudah pernah datang ke festival itu. Menurutku bagus dan menarik pertunjukannya, banyak seniman dari negara lain juga yang ikut berpartisipasi di Fringe World Festival. Kurasa kau akan menyukainya," ujar Deasy sembari merasa nyaman karena tangannya dipijat oleh Leeray.
"Tanganmu begitu halus, Sayang," puji Leeray yang memijat telapak tangan Deasy. "Sudah selesai, Cantik," ucapnya ketika mengembalikan tangan Deasy ke meja. Dia pun membelai wajah Deasy dengan telapak tangannya.
Deasy merasa senang dengan segala kelembutan dan perhatian Leeray padanya. Entah kenapa dia berpikir bahwa apa yang dilakukan Leeray begitu tulus dan tidak norak.
Berbeda dengan Donovan yang terkesan agresif ingin mengajak Deasy berkencan, tapi di tempat yang kemungkinan besar akan membuatnya merasa asing.
"Lee, aku lapar. Sepertinya aku ingin makan siang," ucap Deasy manja.
Pria itu tertawa lalu bertanya, "Kamu mau makan apa dan dimana? Aku bisa menyuruh koki rumahku untuk mengirimkan makan siang kalau kamu mau, Sayangku."
"Aku mau ... masakan Bibi Rina enak sekali," sahut Deasy dengan antusias.
"Oke, baiklah. Aku akan menyuruh Andy memesan makan siang ke rumah. Sebentar ya ...," balas Leeray lalu kembali ke mejanya untuk menghubungi sekretarisnya dengan telepon kantor agar memesan makan siang ke rumah.
Deasy melanjutkan menggambar desain sketsa superblock lantai 6. Ada banyak detail yang harus dia sertakan. Lantai 6 adalah bagian pusat perbelanjaan yang terdiri dari banyak space outlet-outlet berukuran kecil dan sedang. Dia membuat beberapa macam tampilan outlet dalam kondisi ruangan kosong.
Leeray juga melanjutkan review proposal kerjasama vendor untuk mengisi spot pusat perbelanjaan di superblock nanti ketika sudah siap dibuka. Ada banyak perusahaan, mungkin ratusan brand yang akan membuka cabang di outlet superblock itu nantinya. Dia mengkategorikan level perusahaan itu ke 3 jenis, kelas super premium, premium, dan standar.
Hampir dua jam berlalu ketika Andy mengetuk pintu ruang kantor CEO untuk mengantar makan siang. Dia segera menata kotak-kotak makanan itu di meja makan di salah satu sudut ruangan dan juga menyiapkan sepasang alat makan untuk Leeray dan Deasy.
"Sudah siap, Pak. Saya pamit dulu," ujar Andy seraya bergegas keluar dari ruang kerja Leeray.
Leeray menggandeng Deasy ke meja makan. "Makan yang banyak ya, Cantik. Aku tidak ingin mendengar kamu kelaparan lagi," ujar Leeray terkekeh seraya mencubit hidung mancung Deasy.
Deasy pun merona wajahnya, dia menepuk lengan Leeray. "Jangan menggodaku, Tuan CEO."
Pria itu menangkap pinggang Deasy lalu mengecup bibir mungil kekasihnya itu yang membuat wajah gadis itu semakin merah saja.
"Sebuah kecupan untuk membuka makan siang sungguh menyenangkan," ujar Leeray seraya tersenyum menatap sepasang mata biru cantik itu. "Ayo kita makan siang, Baby Girl."
Mereka pun duduk bersebelahan di meja makan bundar itu. Deasy mengambilkan Leeray nasi putih ke piringnya. Kemudian dia mengambil nasi putih untuk dirinya sendiri.
Menu hari ini rendang daging, gulai ikan tongkol, perkedel kentang, ayam bakar balado, gulai sayur nangka, sayur daun singkong rebus, dan sambal hijau. Seperti menu restoran nasi Padang favoritnya. Deasy curiga bahwa kekasihnya yang memesan menu spesial ini untuknya ke Bibi Rina.
"Apa kau memesan menu khusus ini ke Bibi Rina, Lee?" tanya Deasy penasaran sembari mengambil sepotong rendang daging dan gulai sayur nangka.
Leeray tertawa lalu menjawab, "Bagaimana kamu tahu, Sayang?" Dia pun mengambil sepotong ayam bakar balado.
"Aku menebak saja, tapi mencurigakan ketika melihat menunya khas masakan Padang. Tapi terima kasih, Leeray Sayang. Aku mencintaimu karena kau memanjakanku," ucap Deasy dengan ceria.
Pria itu hampir tersedak makanannya ketika mendengar ucapan Deasy bahwa gadis itu mencintainya. Dia pun segera minum air putih.
Deasy cekikikan melihat Leeray. "Aku akan makan banyak kali ini," ujarnya.
"Habiskan, Sayang. Jangan malu-malu!" goda Leeray usil.
Deasy pun tertawa berderai seraya memukul lengan Leeray dengan gemas. Kekasihnya itu gemar sekali menggodanya dalam hal makan.