Bab.17. Antara Tesla dan Lamborghini
Sekalipun Leeray terkadang bossy dan suka memaksa bila menginginkan sesuatu, tapi Deasy sangat senang ketika menghabiskan waktu bersama kekasihnya itu. Pria itu memiliki aura pelindung yang membuat Deasy merasa tenang dan nyaman seolah segalanya terkendali. Hanya saja dia mulai merindukan aktivitas outdoor yang memacu adrenalin.
Pagi ini ketika mereka berbincang-bincang di ruang kantor CEO, Deasy memberitahu rencananya untuk weekend pada Leeray.
"Lee Sayang, aku akan ikut panjat tebing dengan kelompok pecinta alam kampusku besok Sabtu," ujar Deasy sambil duduk di meja kerjanya sehabis mengerjakan sketsa desain sebagian lantai 7 superblock.
Pria itu mengerutkan alisnya, dia selalu tidak setuju dengan aktivitas petualangan Deasy yang selalu bersinggungan dengan maut. Di dalam benaknya, olahraga panjat tebing itu berbahaya sekali. Ada terlalu banyak hal yang dapat menyebabkan kecelakaan.
"Seandainya aku melarangmu, apa kau akan membatalkan rencanamu itu, Deasy?"
Gadis itu mencebik menatap Leeray yang bertopang dagu di meja kerjanya sambil membaca berkas proposal.
"Aku akan marah kalau kau melarangku!" ucap Deasy dengan nada keras.
Leeray mengangkat wajahnya dari berkas proposal yang sedang dibacanya. Dia merasakan dilema, di satu sisi dia takut Deasy marah, di sisi lain dia sangat kuatir dengan keselamatan gadisnya itu. Dia pun berdiri kemudian berjalan ke meja Deasy.
"Berdirilah, Sayang," pinta Leeray.
Gadis itu pun berdiri. Leeray menggandeng tangannya ke sisi jendela di belakang kursi CEO lalu mendekap tubuh Deasy dari belakang seraya berkata, "Sayangku, kita berada di lantai 8, mungkin kurang lebih sama seperti tinggi tebing yang akan kau panjat besok Sabtu. Aku tidak bisa ikut denganmu, itu terlalu berbahaya bagiku. Aku mengkuatirkanmu juga, aku sangat mencintaimu, Deasy."
Deasy terdiam sembari berpikir. Dia sudah beberapa kali melakukan panjat tebing dan belum pernah sekalipun mengalami kecelakaan. Apanya yang berbahaya?
"Bagaimana kalau aku tetap melakukan panjat tebing, kau melihatku dari bawah?" tanya Deasy.
"Tskkk ... baiklah kalau kau memaksa untuk tetap panjat tebing," gerutu Leeray.
Deasy berbalik memeluk Leeray seraya tertawa senang, dia berkata, "I love you, Dear."
"Hmmm ... jaga dirimu baik-baik, Sayang. Kau tidak boleh jatuh! Apa aku perlu memesan ambulance untuk stand by di bawah tebing yang akan kau panjat?" ujar Leeray bingung seraya mengelus rambut panjang Deasy yang bergelombang.
Deasy meledak dalam tawa. "Astaga, Lee. Kau berlebihan! Tenanglah, aku pasti akan naik dan turun dengan selamat."
Leeray mengeratkan lengannya di tubuh Deasy. "Kau selalu membuatku kuatir dengan petualangan-petualanganmu, Gadis Gilaku!"
Gadis itu menautkan bibirnya ke bibir Leeray. Dia menyukai rasa posesif ketika kekasihnya itu membelai lidahnya, menarik bibirnya masuk ke dalam mulut Leeray. Saat dia melepaskan bibirnya dengan segera ditangkap kembali oleh bibir Leeray. Dia menepuk-nepuk dada bidang Leeray memohonnya melepaskan dirinya dari pagutan yang posesif itu.
Leeray pun tertawa berderai seraya mengatur napasnya. "Rasanya begitu menyenangkan, aku ingin lagi dan lagi ... bermurah hatilah padaku, Sayang."
"Kau ganas dan menakutkan! Ouchh bibirku terasa kebas akibat perbuatanmu!" protes Deasy dengan mencebik menatap wajah Leeray.
"Mana yang kebas, Sayang?" tanya Leeray seraya menelusurkan jari telunjuknya di bibir Deasy membuat jantung gadis itu berdebar kencang.
"Berhenti menggodaku, Lee. Kau nakal!" seru Deasy seraya kabur dari pelukan pria itu kembali ke meja kerjanya.
Leeray menyengir bandel pada Deasy lalu berkata, "Aku hanya suka menggodamu dan senang berdekatan denganmu, Cantik." Dia pun duduk kembali ke kursi kerjanya sendiri.
"Kerjakan tugasmu, Deasy. Kita punya deadline," ucap Leeray dengan bossy seperti biasanya.
"Oke, Mister CEO," sahut Deasy sembari menekuri kertas desainnya.
Menjelang tengah hari Donovan Harper datang ke ruang kantor Leeray lagi.
"Hello, Guys. Kita berangkat ke Fringe World Festival jam berapa?" tanya Donovan ketika masuk ke ruangan. Dia memakai baju santai kali ini t-shirt putih yang membalut ketat tubuh berototnya dan celana jeans biru tua, sebuah kacamata Rayband tergantung di kerah tshirt itu.
Leeray melirik jam tangannya, sudah pukul 12.15. Mungkin sebaiknya mereka bertiga makan siang dulu di restoran nanti di area festival sebelum ke Woodside Pleasure Garden dan berjalan sepanjang area festival yang sangat luas di Northbridge.
"Sayang, ayo kita berangkat sekarang," ajak Leeray pada Deasy yang masih sibuk menggambar sketsa desain.
Gadis itu pun menghentikan pekerjaannya lalu merapikan kertas-kertas desainnya dan alat gambarnya. Dia menggambar sketsa desain itu full color dengan pensil warna. Leeray sering mengatakan gambarnya seperti gambar dari murid taman kanak-kanak yang jenius.
Deasy menggantungkan miring tali sling bag-nya ke tubuhnya. Dia menggandeng tangan Leeray. Donovan melihat mereka berdua bergandengan tangan dengan alis berkerut.
"Apa kalian berpacaran?" tebak Donovan.
"Ya, kami pasangan baru. Jangan ganggu pacar kecilku, oke?" sahut Leeray dengan nada congkak melirik ke Donovan sambil menunggu lift untuk turun ke basement.
"Hmmm ... tapi kalian kan baru sekedar berpacaran. Aku sepertinya masih punya kesempatan," balas Donovan mengendikkan bahunya seraya menatap Deasy dan Leeray bergantian.
"Ohh ya, sebelum aku lupa, Deasy, apa kau mau ikut panjat tebing bersamaku besok Sabtu?" ujar Donovan lagi.
Deasy agak terkejut, tapi dia senang mendengar tawaran Donovan. "Well, aku juga berencana untuk panjat tebing dan menghabiskan weekend di Margaret River."
"Wow! That's cool. Besok Sabtu aku juga akan ke Margaret River, Deasy." Donovan mengajak Deasy toss.
Mereka berbincang dengan seru tentang tour adventure di Margaret River, rupanya penyedia tur yang mereka pesan sama yaitu Margaret River Climbing Co. Mereka akan berangkat naik pesawat amfibi dari Swan River menuju ke kawasan wisata alam Margaret River.
Leeray hanya bisa terdiam mendengarkan kedua pecinta olahraga adrenalin itu bertukar kata hingga mereka sampai di basement tempat parkir mobil.
"Kita lanjutkan obrolannya di festival, Don. Ayo Deasy," ujar Leeray seraya naik ke Lamborghini birunya.
"Nice car, Leeray," puji Donovan, dia sendiri mengendarai mobil Tesla Roadster warna putih dengan tipe pintu yang membuka ke atas.
"Mobilmu juga keren, Don," puji balik Leeray ketika melihat Tesla Roadster milik Donovan. Sayangnya dia lebih suka mobil berbahan bakar fosil dibanding mobil listrik.
"Kapan-kapan pinjamkan gadismu padaku, Lee. Aku ingin mengajaknya naik Tesla-ku. Bagaimana kalau kita balapan ke Northbridge?" goda Donovan dengan berani.
Leeray mendengkus kesal seraya berkata, "Bermimpilah, Don. Dia lebih suka naik Lamborghini-ku."
Deasy berdiri di atas Lamborghini yang dibuka atapnya oleh Leeray seraya berseru, "Apa kita akan berdebat saja di parkiran mobil hingga malam?!"
"Kau lucu, Deasy!" balas Donovan seraya masuk ke Tesla Roadster-nya lalu memacu mobil sport itu meninggalkan Lamborgini biru Leeray di belakangnya.
"Ohh kalian para pria memang menakjubkan dengan ego kalian yang setinggi Mount Everest," ujar Deasy ketika mobil Leeray melaju mengejar mobil Donovan di jalanan kota Perth yang agak lengang siang itu.
"Jangan mengebut, Leeray!" omel Deasy dengan kesal.
Leeray pun menurunkan kecepatan Lamborghini-nya seraya meringis kepada Deasy. "Maaf," ucapnya.
"Apa aku tidak boleh mengejar Donovan?" tanya Leeray dengan kekanak-kanakan dan tidak mau mengalah.
"Tidak. Kecuali kau mau aku nanti pulang naik Tesla milik Donovan," tantang Deasy.
Pria itu pun mencebik menggemaskan dan membuat Deasy tertawa berderai. "Kendalikan egomu, Lee," ucap Deasy.
Akhirnya mereka sampai di parkiran tempat Fringe World Festival. Parking lot itu benar-benar padat dengan mobil, pengunjung festival siang itu sungguh membludak.
"Sayangku, ayo turun," ajak Leeray setelah berhasil menemukan tempat parkir yang kosong dan memarkir mobilnya dengan rapi. Mobil Lamborghini birunya tampak begitu mencolok di antara mobil-mobil lainnya.
Donovan berjalan mendekati mereka berdua. "Deasy, berjalanlah bersamaku ...," ucap Donovan.
"Berhenti menggoda Deasy, dia pacarku," tegur Leeray dengan cemberut.
"Tapi kau kalah balapan denganku tadi ...," balas Donovan telak.
"Aku tidak taruhan apa pun denganmu," ucap Leeray datar.
"Dan aku lapar ... kalian silakan bertengkar, aku mau mencari makan saja," ujar Deasy seraya berjalan cepat ke arah outlet-outlet penjual makanan di festival itu.
Kedua pria itu pun mengejar Deasy dan saling sikut satu sama lain seraya tertawa berderai. Deasy menoleh ke belakang sekilas lalu menggeleng-gelengkan kepalanya dengan putus asa karena tingkah kedua pria besar yang kekanak-kanakan itu.